Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kasih sayang yang kian hilang

3 tahun yang lalu
baca 11 menit

KASIH SAYANG YANG KIAN HILANG

✍🏻 Al-Ustadz Abu Falih Yahya حفظه الله تعالى

Kasih Sayang yang Kian Hilang

Di era persaingan ketat dalam segala lini kehidupan ini, ketamakan manusia akan harta menjadi kian dominan. Dalih “carinya saja payah" telah menjadikan sebagian orang hilang kepeduliannya kepada golongan yang membutuhkan. 

Yang kuasa menginjak jelata, yang kaya lupa kaum papa. Bahkan, tak jarang kita dengar orang tega membunuh karena harta. Sekali pun itu adalah kerabat saudara atau darah dagingnya, karena khawatir jadi beban tanggungan yang memberatkan. Apalagi 'sekadar' menghardik atau membentak orang yang benar-benar membutuhkan uluran tangan. Ini hanya secuil contoh dari seabrek potret kehidupan lain yang menggambarkan betapa rakusnya manusia dengan yang namanya harta.

Barangkali dia mengira bahwa harta akan mengekalkannya di kehidupan dunia. Atau, harta adalah segalanya dalam mencapai kebahagiaan. Bisa juga karena tipisnya iman pada hari kemudian. Padahal demi Allah, tidaklah dunia ini seluruhnya di sisi Allah سبحانه وتعالى sebanding dengan satu sayap nyamuk. Maka jangan sampai anda terperdaya, wahai orang yang berakal!

Saudara pembaca, yang dimuliakan Allah, mari kita buka lembaran masa silam dari generasi terbaik umat. Sungguh mereka adalah para teladan terindah. Jalan hidup mereka bisa menjadi penuntun arah bagi siapa yang ingin menempuh jalan menuju Rabbul 'Izzah, Allah سبحانه وتعالى. 

Sebuah kisah menakjubkan yang hampir tidak akan pernah kita jumpai di masa ini. Kisah yang dialami oleh Ummul Mukminin 'Aisyah رضي الله عنها bersama seorang ibu yang membawa kedua putrinya. Mari langsung saja kita dengar penuturan beliau. 

Dari 'Aisyah رضي الله عنها berkata: 

جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتْ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللّٰهِ ﷺ فَقَالَ إِنَّ اللّٰهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنْ النَّارِ

“Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua putrinya. Aku pun memberinya tiga butir kurma. Si ibu memberikan kurma kepada kedua anaknya masing- masing satu. Saat ia mengangkat kurma ketiga ke mulutnya untuk memakannya, kedua putrinya memintanya (karena masih lapar). Ibu itu pun membagi dua kurma tersebut dan memberikannya kepada kedua putrinya.

Aku sangat kagum terhadap sikap ibu tersebut. Maka aku ceritakan kepada Rasulullah ﷺ. Beliau ﷺ pun bersabda, “Sungguh, Allah telah mewajibkan surga untuknya, (atau) membebaskannya dari neraka, karena sebutir kurma tersebut.” (H.R. Muslim no. 2630). 

Dalam hadits lain disebutkan: 

جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ ﷺ فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ ﷺ مَنْ ابْتُلِىَ مِنْ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ

“Seorang perempuan masuk (menemuiku) bersama dua putrinya untuk meminta sesuatu. Namun, ia tidak mendapati sesuatu pun padaku selain hanya sebutir kurma. Maka aku berikan padanya. Lalu dia membagi kurma itu untuk kedua putrinya, sedang dia sendiri tidak makan sedikit pun. Selanjutnya dia bangkit dan pergi.

Nabi ﷺ kemudian masuk menemuiku dan aku ceritakan kepada beliau (kejadian itu). Maka beliau pun bersabda, “Siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan seperti ini, lalu dia berbuat baik padanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (H.R. Al Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629).

Ada seorang perempuan fakir dengan membawa kedua putrinya datang ke rumah Ummul Mukminin 'Aisyah رضي الله عنها meminta sesuatu. Kondisi yang sangat mendesak telah memaksanya untuk melakukan hal ini. Sungguh dia bukanlah orang yang berkecukupan, atau bahkan menjadikan perbuatan ini sebagai profesi sehari hari, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang di masa ini. Ada orang yang kesehariannya meminta-minta, namun ternyata dia justru lebih kaya dibandingkan banyak orang yang dimintainya. والله المستعان.

Padahal, telah datang ancaman keras dari Rasulullah ﷺ terhadap orang mampu yang meminta-minta. Dari Ibnu 'Umar رضي الله عنهما bahwa Nabi ﷺ bersabda yang artinya, "Perbuatan meminta-minta senantiasa dilakukan oleh salah seorang dari kalian, hingga kelak pada hari kiamat dia akan bertemu Allah dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya." (H.R. Al Bukhari dan Muslim). 

Saudara pembaca, yang dimuliakan Allah. Ternyata di salah satu rumah Nabi, manusia yang paling mulia, di rumah beliau yang paling mulia, di dalamnya ada istri yang paling dicintainya, sering tidak didapati makanan apa pun selain hanya satu atau tiga butir kurma.

سبحا ن الله

Sementara di meja makan kita, dihidangkan berbagai jenis makanan. Lantas mengapa dunia ini dibuka luas untuk kita, sementara ditutup atas mereka? Apakah karena kita lebih dicintai Allah dibandingkan mereka? Bukan, demi Allah! Bahkan mereka jauh lebih Allah سبحانه وتعالى cintai dibandingkan kita. 

Hanya saja Allah سبحانه وتعالى memberikan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan hakikatnya kita sedang diuji dengan kenikmatan ini untuk kelak diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah سبحانه وتعالى. Apakah kita syukur ataukah kufur ? Sebab, Allah menguji hamba-Nya bukan hanya dengan musibah, tetapi juga dengan nikmat.

Ini adalah suatu bentuk ujian berat dan tidak jarang orang gagal menghadapinya. Karenanya Allah سبحانه وتعالى berfirman: 

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur (berterima kasih).” [Q.S. Saba: 13].

Saudara pembaca, yang dimuliakan Allah, kondisi sangat sederhana yang dialami Ummul Mukminin ini ternyata tidak menyurutkan semangatnya untuk bersedekah dan meringankan beban saudaranya. Pemandangan sangat langka dan hampir mustahil ada di masa ini. Beberapa kurma yang sangat beliau butuhkan itu pun disedekahkan demi mengharap wajah Allah سبحانه وتعالى dan pahala besar di sisi-Nya. Inilah akhlak mulia yang disebut itsar, sikap lebih memprioritaskan orang lain yang juga membutuhkan.

Jika sedekah dalam jumlah besar itu dilakukan oleh orang kaya, maka itu sangatlah wajar. Sebab, kadar yang diberikan itu relatif kecil dibandingkan dengan apa yang masih dia simpan. Sehingga sebenarnya dia tidak begitu butuh pada harta yang dikeluarkan tersebut. Namun, jika sedekah itu dari orang miskin, atau bahkan orang yang dirinya saja sangat butuh, maka akan menjadi luar biasa meskipun jumlahnya sedikit.

Dan jangan kita pandang dari nilai yang disedekahkan! Sebab, betapa banyak amalan besar dijadikan kecil (pahalanya) oleh niat, dan betapa banyak amalan kecil yang dibuat besar (pahalanya) oleh niat. Tapi coba lihat luasnya karunia Dzat Yang Maha membalasi. 

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata, Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Siapa yang bersedekah seukuran satu butir kurma dari hasil yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali dari yang baik, maka Allah akan menerima sedekah itu dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah akan mengembangkannya sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak kudanya, hingga kelak akan menjadi sebesar gunung." [H.R. Al Bukhari dan Muslim].

Saudara pembaca, yang dimuliakan Allah, setelah itu, apa kiranya yang dilakukan oleh sang ibu dari kedua putri tersebut?

Lagi-lagi, pemandangan yang juga jarang dijumpai. Dia bagi satu butir kurma itu menjadi dua bagian untuk kedua putrinya. Sementara dia sendiri tidak makan sedikit pun darinya. Kesempitan hidup yang dialaminya tidak menghalangi dia untuk berbuat baik pada anak-anaknya.

Setelah mendengar kisah ajaib dari Ummul Mukminin ini, Nabi ﷺ pun bersabda yang artinya, “Sungguh, Allah telah mewajibkan surga untuknya, (atau) membebaskannya dari neraka, karena sebutir kurma tersebut.” Atau dalam kisah yang hampir sama beliau ﷺ bersabda yang artinya, “Siapa yang diberi ujian dengan anak-anak perempuan semisal ini, lalu dia berbuat baik terhadapnya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."

Keutamaan besar bagi siapa yang ditakdirkan oleh Allah سبحانه وتعالى memiliki anak-anak perempuan, lalu dia bersabar dan berbuat baik terhadap mereka dalam urusan kebutuhan jasmaninya seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, maupun kebutuhan rohaninya dengan pengajaran, pendidikan, pengarahan, amar ma'ruf dan nahi mungkar. Mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka sekaligus sebab masuk ke dalam surga. 

Dikhususkannya anak perempuan, sebab biasanya perempuan itu lebih lemah untuk memenuhi kemaslahatan dirinya. Sehingga menjadi tanggung jawab penuh keluarga. والله أعلم. 

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah ini, di antaranya: 

1⃣ Dalam kondisi sangat lapar dan mendesak, diperbolehkan bagi seseorang untuk meminta kepada yang lain demi menghilangkan rasa pedihnya. 

2⃣ Kondisi rumah Ummahatul Mukminin yang sangat sederhana. Rumah-rumah paling mulia, padanya terdapat orang-orang mulia, dan bahkan kekasih Rabb semesta alam, namun keduniaan mereka hanya pas-pasan saja. Bahkan pernah dikatakan oleh 'Aisyah رضي الله عنها, “Demi Allah wahai putra saudariku (maksudnya adalah 'Urwah bin Az Zubair), benar-benar kami telah melihat hilal, kemudian hilal lagi, kemudian hilal berikutnya, tiga kali hilal dalam dua bulan, tidak pernah sama sekali dihidupkan api di rumah-rumah Rasulullah.” (H.R. Al Bukhari dan Muslim). 

Maksudnya, sering dalam waktu yang lama, bahkan sampai dua bulan berturut-turut, keluarga Rasulullah ﷺ tidak pernah memasak makanan karena memang tidak ada bahan makanan.

Sebabnya, karena dunia ini begitu rendah di sisi Allah. Dia berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, yang Dia cintai ataupun yang tidak Dia cintai. Sehingga dunia semata bukaniah perlambang kemuliaan. Apalagi, kenyataannya harta dunia melalaikan dari tujuan hakiki penciptaan manusia dan akhirat. Adapun agama, hanya diberikan kepada hamba yang Dia سبحانه وتعالى cintai saja.

3⃣ Kedermawanan 'Aisyah رضي الله عنها yang sangat besar. Beliau menyedekahkan beberapa butir kurma yang sangat dibutuhkannya. Beliau mendahulukan orang lain yang lebih membutuhkannya. Dan inilah gambaran umum yang terjadi pada para shahabat. Mereka orang-orang yang paling tidak butuh terhadap dunia. Mereka orang-orang yang paling berjiwa derma. Sebagaimana Allah سبحانه وتعالى pun memuji mereka dalam surat Al Hasyr ayat 9. 

4⃣ Kecilnya nilai suatu harta jangan sampai menghalangi seseorang untuk menyedekahkannya. Janganlah memandang remeh kebajikan sekecil apa pun. Bisa jadi harta yang dipandangnya remeh itu sangat berarti bagi orang lain yang sangat membutuhkan. Alasan yang lain, bahwa Allah Maha luas karunia -Nya dan Maha membalasi amalan para hamba. 

Amalan yang sedikit, jika diniatkan ikhlas karena Allah, maka Allah akan membalasinya dengan berlipat ganda, sepuluh kali lipat, hingga tujuh ratus kali lipat, dan bahkan hingga hitungan kelipatan yang sangat banyak. Sehingga, bagi siapa yang hendak bersedekah, maka bersedekahlah dengan apa yang mudah baginya, sedikit ataupun banyak. 

5⃣ Boleh menyebutkan suatu kebaikan yang diperbuat, dan membicarakan nikmat Allah berupa amal shalih tersebut, selama bukan untuk kebanggaan, riya', atau mengungkit-ungkit pemberian.

6⃣ Keutamaan sikap itsar (memprioritaskan orang lain) atas dirinya sendiri dalam urusan duniawi. Bahkan ini adalah ciri orang-orang yang mendapat keberuntungan. Sebagaimana firman Allah Subhanallahu Wa Ta'ala dalam sanjungan-Nya kepada kaum Anshar: 

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhijirin), atas diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al Hasyr: 9).

Namun perlu diketahui bahwa itsar ini hanya disyari'atkan dalam perkara-perkara dunia. Adapun dalam perkara akhirat, maka yang disyari'atkan adalah bersegera dan berlomba dalam mengejarnya. Allah سبحانه وتعالى berfirman: 

وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

“Dan untuk yang demikian itu (kebajikan), hendaknya orang berlomba-lomba." [Q.S. Al Muthaffifin: 26].

Sebagai contoh dalam masalah shaf terdepan bagi laki-laki. Tidak disyari'atkan kita mempersilahkan orang lain untuk menempatinya, sementara kita sendiri rela dengan shaf yang ada di belakangnya. Yang dituntunkan, masing-masing saling berlomba mendapatkannya, sebagaimana dulu dicontohkan juga oleh para shahabat. Karena keutamaan yang besar pada shaf awal. 

7⃣ Keutamaan orang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuan dengan kebaikan apa pun. Sebab, mereka relatif lebih lemah dan kurang dari pada anak laki-laki. 

8⃣ Allah سبحانه وتعالى tidak menjadikan manusia sama semuanya. Bahkan, manusia sangat beragam. Ada yang miskin, ada yang kaya. Ada yang bertani, berdagang, nelayan, dokter, dan yang lainnya. Hal ini juga didapati pada para shahabat. Adanya perbedaan tersebut tentunya untuk suatu hikmah yang Allah kehendaki. Sebagaimana terdapat dalam firman-Nya سبحانه وتعالى: 

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang Iain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Q.S. Az Zukhruf: 32). 

Tanpa perbedaan seperti ini, tidak akan ada saling membutuhkan dan tidak akan ada saling ketergantungan. Sehingga tidak ada saling melengkapi dan bekerja sama. 

والله أعلم بااصواب.

Sumber || Majalah Qudwah Edisi 11
t.me/majalah_qudwah

Oleh:
Atsar ID