Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kadzab (pendusta) lebih buruk daripada ahli bid'ah

7 tahun yang lalu
baca 5 menit

KADZAB (PENDUSTA) LEBIH BURUK DISISI AHLUSSUNNAH DARI PADA AHLI BID'AH

Berkata Al-allamah Rabi' Bin Hadi _hafizhahullah_:

الكذب أخبثُ من البدع يا إخوان ، والكذَّابُ أخبث عند أهل السنة من المبتدع ،
المبتدع يُروى عنه ؛ رَوَوْا عن القدرية ، و رَوَوْا عن المُرجئة ، و رَوَوْا عن غيرهم من أصناف أهل البدع مالم تكن بدعة كفرية ، مالم يكن كذَّابًا .

لو كان ينتمي إلى أهل السُّنة كذَّابٌ فهو عندهم أحقر من أهل البدع .

Dusta lebih buruk dari pada bid'ah wahai ikhwan, kadzab lebih buruk disisi ahlussunnah dari pada mubtadi (ahli bid'ah), mubtadi masih diambil riwayatnya; mereka (ahlussunnah) masih mengambil riwayat dari kelompok qadariyah, murjiah dan selain mereka dari kelompok-kelompok ahli bid'ah selama bukan bid'ah kekufuran, selama bukan seorang kadzab.

Seandainya seorang kadzab menisbatkan diri kepada ahlussunnah maka dia disisi mereka adalah orang yang paling hina dari pada ahli bid'ah.

[Al-washaya al-manhajiyah (45)]

Channel Telegram: https://telegram.me/manhaj_salafy

MENUKIL UCAPAN SEORANG ALIM DI DALAM MENJARH SESEORANG

Pertanyaan ke - 19:
Bila penuntut ilmu pemula butuh menukil ucapan seorang alim di dalam menjarh seseorang kepada sebagian ikhwan, maka bolehkah hal itu baginya?

Jawab:
Tidak mengapa di dalam hal itu dengan syarat ia menyandarkannya kepada orang alim yang dengan jelas menyebutkan jarh mufassarnya (jarh terperinci) dan tidak boleh ia menisbatkannya kepada dirinya, dan dengan sikap ini sungguh ia telah menunaikan amanah ilmiah dan ia selamat dari tanggung jawab bila ditinjau kepada menjarh orang yang pantas dijarh.


نقل كلام عالم في تجريح شخص

سؤال (19): إذا احتاج طالب العلم المبتدئ إلى نقل كلام عالم في تجريح شخص؛ إلى بعض الإخوة فهل يجوز له ذلك ؟

الجواب: لا حرج في ذلك بشرط أن يعزوه إلى العالم الذي صرح بجرحه المفسر، ولا ينسبه لنفسه، وبهذا يكون قد طبق الأمانة العلمية،  وبرأ من العهدة بنسبة التجريح إلى صاحبه .

المصدر :
التعليق المتين على كتاب أصل السنة واعتقاد الدين للإمامين الرازيين، لفضيلة الشيخ العلامة زيد بن محمد بن هادي المدخلي رحمه الله تعالى 178-179 .


Channel Telegram:
Https://telegram.me/manhaj_salafy

ILMU JARH DAN TA'DIL TERMASUK ILMU-ILMU SYARIAT

Pertanyaan ke - 13:
Bila seorang alim dalam bidang jarh dan ta'dil menjarh seseorang atau jamaah, apakah harus bersikap taqlid di dalam hal itu?.

Jawab:
Ya, harus bersikap taqlid di dalam hal itu bila ia adalah seorang yang berilmu (alim) terhadap sunnah dan bid'ah, dan dikenal dengan kesahihan aqidah, manhaj, dan terpercaya, terlebih bila ia menyebutkan bukti-bukti seseorang yang dijarh atau orang-orang yang dijarh; sebab ilmu jarh dan ta'dil termasuk ilmu-ilmu syariat, dan ilmu-ilmu syariat harus diambil dari ahlinya yang terpercaya dengan penuh kepercayaan.

علم الجرح والتعديل من علوم الشريعة

سؤال (13):إذا جرح عالم بالجرح والتعديل شخصا ما أو جماعة، فهل يقلد في ذلك؟ 

الجواب: نعم يقلد في ذلك إذا كان عالما بالسنة والبدعة، ومعروفا بصحة الاعتقاد والمنهج والثقة، لا سيما إذا أورد الأدلة على بدعة المجروح أو المجروحين؛ لأن علم الجرح والتعديل من علوم الشريعة، وعلوم الشريعة تؤخذ عن أهلها الثقات بعين الاعتبار.


المصدر :

التعليق المتين على كتاب أصل السنة واعتقاد الدين للإمامين الرازيين، لفضيلة الشيخ العلامة زيد بن محمد بن هادي المدخلي رحمه الله تعالى : 147 .

Channel Telegram: https://telegram.me/manhaj_salafy

BOLEHKAH MENGAMBIL ILMU DARI PENDUSTA

Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiry hafizhahullah

Pertanyaan:
Apa hukumnya menuntut ilmu dari seseorang yang diketahui suka berdusta dan mengada-ada dengan tuduhan dan zhalim tanpa bukti terhadap orang yang menyelisihinya?

Jawaban:
Orang seperti ini adalah safih (orang dungu –pent), dan para ulama telah mentahdzir orang-orang yang dungu dan melarang manusia untuk mengambil ilmu dari orang-orang semacam itu. Al-Imam Malik rahimahullah mengatakan:

(لَا يُؤْخَذُ الْعِلْمُ عَنْ أَرْبَعَةٍ، سَفِيْهٍ مُعْلِنِ السَّفَهِ) وَصَاحِبِ هَوًى يَدْعُوْ النَّاسَ إِلَيْهِ، وَرَجُلٍ مَعْرُوْفٍ بِالْكَذِبِ فِيْ أَحَادِيْثِ النَّاسِ وَإِنْ كَانَ لَا يَكْذِبُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَرَجُلٍ لَهُ فَضْلٌ وَصَلَاحٌ لَا يَعْرِفُ مَا يُحَدِّثُ بِهِ.

“Ilmu tidak boleh diambil dari 4 orang; orang yang dungu yang terang-terangan menampakkan kedunguannya, pengekor hawa nafsu yang menyerukan kesesatannya, seseorang yang dikenal berdusta pada perkataan manusia walaupun dia tidak berdusta atas nama Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, dan seseorang yang memiliki keutamaan dan keshalihan namun dia tidak mengetahui dengan benar apa yang dia sampaikan.”  (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, karya Ibnu Abdil Barr, terbitan Daar Ibnul Jauzy, hal. 821 riwayat no. 1542. Yang dinukil oleh Asy-Syaikh hanya yang kami beri tanda kurung –pent)

Termasuk yang jenis ini adalah orang-orang yang suka melaknat, suka mencaci maki, mulutnya kotor dan kasar serta suka berdusta dan membuat berita bohong terhadap siapa saja yang menyelisihinya.

Orang yang dungu tidaklah berbicara dengan pembicaraan para ulama, tetapi dia berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak pantas diucapkan dan kotor di mana orang yang hatinya bersih akan menjauhi ucapan-ucapan semacam itu. Inilah yang dimaksud dengan orang dungu yang menampakkan kedunguannya.

Alih bahasa: Abu Almass | Sabtu, 21 Jumaadal Ula 1435 H | Sumber: http://forumsalafy.net/bolehkah-mengambil-ilmu-dari-pendusta/


Kadzab (Pendusta) Lebih Buruk daripada Ahli Bid'ah