Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ilmu tidak diambil dari tukang debat

3 tahun yang lalu
baca 6 menit

ILMU TIDAK DIAMBIL DARI TUKANG DEBAT

Ilmu Tidak Diambil dari Tukang Debat

HAKIKAT ILMU HANYALAH APA YANG DATANG  DARI KIBAR ULAMA

UCAPAN AL-IMAM AHMAD RAHIMAHULLAH

Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr meriwayatkan sebuah atsar dengan sanadnya pada kitab beliau Jami' Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi dari al-Imam Ahmad bahwa beliau berkata:

"Ilmu yang sebenarnya hanyalah apa yang datang dari atas." 

Yakni ilmu yang datang dari kibar ahli ilmu. Inilah hakikat ilmu. Inilah kebaikan yang tidak tercampuri oleh kejelekan dan hawa nafsu. Apa yang datang dari kibar ahli ilmu, itulah kebaikan. Ilmu yang hakiki adalah apa yang datang dari atas.

Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah menyebutkan pada kitabnya Siyar A'lam an-Nubala dari Abul Hasan al-Maimun, dia adalah murid al-Imam Ahmad. Abul Hasan al-Maimuni berkata:

"Al-Imam Ahmad berkata kepadaku, "Wahai Abul Hasan, janganlah engkau membicarakan suatu perkara melainkan engkau memiliki imam yang mendahului ucapanmu itu."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahmatullahu ‘alaihi menjelaskan makna atsar ini pada Majmu' al-Fatawa bahwasanya orang yang datang belakangan dari kalangan umat manusia, jika bersendirian pada suatu permasalahan, tidak ada satu atsar tidak pula ucapan dari sekian ulama mutaqadimin yang mendahuluinya, tindakan ini termasuk pula kekeliruan.

Kita harus memerhatikan perkara yang agung ini. Kita harus mengembalikan (perkara baru kepada ulama), kita tidak sendirian (dalam bertindak), serta tidak menjadi orang yang suka ‘nyeleneh', karena orang yang nyeleneh lagi bersendirian, mayoritas ucapannya salah. Demikian juga terlahir dari manhaj-manhajnya tersebut kejelekan-kejelekan, fitnah, dan malapetaka, jika dia bersendirian pada suatu perkara dari sekian permasalahan yang menyelisihi seluruh ulama, baik ulama zamannya atau ulama mutaqadimin.

Al-Imam Ahmad berkata:

"Ya Abul Hasan, janganlah engkau berbicara suatu permasalahan  sementara tidak ada imam yang mendahuluimu. Engkau harus memiliki pendahulu seorang alim dari kalangan ulama kibar, baik mutaqaddimin atau ulama zaman itu sehingga engkau bisa mencontoh dan menjadikan ucapannya sebagai bukti. Dengan demikian -biidznillah- engkau selamat dari kekeliruan, ketergelinciran, dan berbagai fitnah."

Kita harus bersemangat dan mendengarkan dengan seksama ucapan, nasehat, dan bimbingan al-Imam Ahmad bin Hanbal rahmatullah ‘alaih ini. Jangan berkata-kata, mengikuti, dan berbicara tentang suatu perkara di mana engkau tidak memiliki seorang imam yang diakui dari kalangan kibar ulama baik mutaqadimin maupun belakangan. 

UCAPAN SUFYAN ATS-TSAURI RAHIMAHULLAH

Bahkan sebagian ahli ilmu berlebihan dan tegas dalam permasalahan ini. Hingga diriwayatkan ucapan Sufyan ats-Tsauri, yang diriwayatkan oleh Abu Ismail al-Harawi dan selain beliau pada kitab Dzammul Kalam dari Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, beliau berkata:

"Jika engkau mampu untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan atsar, lakukan."

Yakni berdasarkan kabar dan ucapan ahli ilmu, lakukan. Maksudnya engkau tidak berkata, tidak bertindak sesuatupun walaupun itu perkara yang kecil, sementara engkau tidak memiliki imam baik dari kalangan mutaqadimin maupun ulama yang sezaman denganmu.

Ucapan, metode, atau tindakan ini harus didahului oleh seorang imam atau alim. 

Beliau berkata:

"Jika engkau mampu untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan atsar, lakukan." 

Atsar ini disebutkan oleh Ibnu Muflih pada al-Adab asy-Syar'iyah dan dinisbahkan kepada al-Imam Ahmad.

KEMBALI KEPADA KIBAR ULAMA

Kesimpulan perkara dan permasalahan ini adalah komitmen dan kembali kepada kibar ulama dalam menghadapi perkara dan kejadian-kejadian yang baru. Kita harus kembalikan kepada ulama.

ATSAR IBNU MAS'UD RADHIYALLAHU ‘ANHU

Engkau telah mendengar atsar yang kita sebutkan pada pelajaran yang sebelumnya, atsar Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

"Umat manusia senantiasa berada pada kebaikan jika ilmu yang datang kepada mereka berasal dari para shahabat Muhammad semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau dan keluarganya."

Umat manusia senantiasa berada pada kebaikan, jauh dari berbagai fitnah, kejelekan, dan perpecahan. Umat manusia senantiasa berada pada kebaikan jika ilmu yang datang kepada mereka berasal dari para shahabat Muhammad semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau dan keluarganya serta kibar ulama mereka.

Lalu beliau berkata:

"Jika ilmu datang dari shigar ulama, di saat itulah mereka binasa. … Kebinasaan, kejelekan, berbagai fitnah, dan malapetaka menimpa mereka. Jika ilmu datang dari shigar ulama, mereka menyendiri, pada perkara yang tidak didahului oleh atsar, manhaj, sumber, maupun ucapan kibar ulama. Inilah kebinasaan yang hakiki."

MAKNA ATSAR IBNU MAS'UD

Al-Imam Abdullah bin Muslim bin Qutaibah pernah ditanya tentang ucapan Ibnu Mas'ud, apa makna ucapan Ibnu Mas'ud. Al-Imam Abdullah bin Muslim bin Qutaibah menjawab:

"Makna ucapan  Ibnu Mas'ud, sesungguhnya umat manusia senantiasa berada di atas kebaikan jika ulama mereka (yang menjadi rujukan) adalah masyayikh bukan dari kalangan ahdats (ulama belakangan, ulama muda) yakni ashaghir maupun para pemuda. Jika ilmu diambil dari kibar ulama, sementara ahdats dan para pemuda mengambil, menukil, dan menyebarkan ilmu tersebut kepada umat manusia, inilah hakikat kebaikan."

MAYORITAS PEMUDA TERGESA-GESA DAN GEGABAH 

Adapun jika ahdats (orang-orang baru), para pemuda, dan shigar ulama berbicara sendiri tanpa didahului (oleh kibar ulama), beliau berkata:

"Makna ucapan  Ibnu Mas'ud, sesungguhnya umat manusia senantiasa berada di atas kebaikan jika ulama mereka (yang menjadi rujukan) adalah masyayikh bukan dari kalangan ahdats (ulama belakangan) yakni ashaghir maupun para pemuda. 

Beliau lanjutkan:

"Sesungguhnya masyayikh tersebut, jiwa muda, kemarahan, ketergesa-gesaan, dan sikap gegabah telah lenyap dari mereka."

Sifat-sifat ini ada pada para pemuda, ketergesa-gesaan, gegabah, terburu-buru, mudah marah, serta semangat jiwa muda.

Kata beliau:

"Sesungguhnya masyayikh tersebut, jiwa muda, kemarahan, ketergesa-gesaan, dan sikap gegabah telah lenyap dari mereka."

Masyayikh (kibar ulama) telah melampui sekian banyak pengalaman dan uji coba. Demikian juga, ketenangan, kemuliaan, dan kewibawaan senatiasa menyertai mereka.

Beliau berkata:

"Jika demikian kenyataan yang ada pada diri masyayikh (kibar ulama), ilmu mereka tidak disusupi syubhat, tidak dikuasai oleh hawa nafsu, serta tidak ada kecenderungan untuk  mengumbar tabiat seorang manusia. Mereka, kibar ulama, selamat dari semua perkara jelek itu. Adapun para pemuda, jika sifat-sifat negatif ini merasuk pada diri-diri mereka, lalu mereka berbicara dan berfatwa, di saat itulah mereka binasa dan membinasakan umat ini."

Berarti, wahai ikhwah sekalian, kita wajib memegang teguh ucapan ulama. Jika Anda berbicara, mengajar, berkhuthbah, member nasihat, dan berpidato, wajib bagi Anda untuk menelusuri dalil al-Quran dan as-Sunnah, serta mencukupkan diri dengan atsar salaf umat ini, sehingga Anda selamat dari kontradiksi, tindakan ganjil (nyeleneh), dan dari berbagai fitnah.

Inilah nasihat al-Imam al-Barbahari rahmatullah ‘alaih. Demikian juga nasihat yang bersumber dari ucapan al-Imam Ahmad, Sufyan ats-Tsauri, dan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu. Semoga Allah merahmati ulama salaf umat ini.

Sumber: [Pelajaran Syarhus Sunnah yang dikupas oleh asy-Syaikh Yasin al-Adeni hafizhahullah pada hari Jum’at malam Sabtu 11 Dzul Qa’dah 1435H]

Baca juga : Perbedaan Antara Jidal (perdebatan), Munaqasyah (diskusi) Dan Al-Mira’ (debat kusir)

••••••••••

📝Disalin oleh Abu Bakar Jombang

📆12 Dzul Qa'dah 1435H

📂Arsip dari WA Salafy Lintas Negara

Oleh:
Atsar ID