ختصار الحديث
Bismillahirrohmanirrohim.
|
Hukum Meringkas Hadits |
أ - تعريفه.
ب - حكمه.
أ - اختصار الحديث : أن يحذف راويه، أو ناقله شيئًا منه.
Meringkas hadits : bahwasanya seorang perowi atau penukil hadits meringkas hadits yang diriwayatkannya.
ب - و لا يجوز إلا بشروط خمسة :
Ikhwah Rahimakumulloh Arsyadakumulloh, bahwa tidak diperbolehkan meringkas hadits kecuali dengan lima syarat :
الاولى : أن لا يخل بمعنى الحديث : كالاستثناء، و الغاية، و الحال، و الشروط, و نحو ها.
Syarat yang pertama adalah tidak merusak makna hadits : seperti pengecualian, tujuan, keadaan, syarat syarat dan yang selainnya.
Seperti sabda Rasulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam :
▫️((لا تبيعوا الذهب بالذهب إلا مثلًا بمثل)).
Janganlah kalian menjual menukar emas dengan emas kecuali semisal dengan semisal.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory Rahimahulloh dalam Kitabul Buyu' (nomor hadits : 2177), dan Imam Muslim Rahimahulloh dalam Kitabul Masaqoh (nomor hadits : 1584).
▫️((لا تبيعوا الثمر حتى يبدو صلاحه)).
Janganlah kalian menjual buah buahan hingga nampak baiknya.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory Rahimahulloh dalam Kitabul Buyu' (nomor hadits : 2183).
▫️((لا يقضين حكم بين اثنين و هو غضبان)).
Janganlah memutuskan hukum antara dua buah perkara sedangkan dia dalam keadaan marah.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory Rahimahulloh dalam Kitabul Ahkam (nomor hadits : 7158), dan Imam Muslim dalam Kitabul Aqdhiyah (nomor hadits : 1717).
▫️((نعم، إذا هي رأت الماء)). قاله جوابًا لأم سليم حين سألته : هل على المرأة من غسل إذا هي احتلمت؟
Benar, jika dia melihat air.
Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzy Rahimahulloh dalam Kitabut Thoharoh (nomor hadits : 122), Imam Al-Bukhory Rahimahulloh dalam Kitabul Ghasl (nomor hadits : 282), Imam Muslim Rahimahulloh dalam Kitabul Haidh (nomor hadits : 312).
Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda demikian sebagai jawaban untuk Ummu Sulaim Radhiaalloh Ta'ala 'Anha saat bertanya kepada Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam : Apakah wajib bagi seorang wanita untuk mandi apabila wanita tersebut ihtilam?
▫️((لا يقل احدكم : اللهم! اغفر لي إن شئت)).
Janganlah salah seorang di antara kalian berkata : Ya ALLOH! Ampunilah aku jika Engkau kehendaki.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory Rahimahulloh dalam Kitabud Da'awat (nomor hadits : 6339), dan Imam Muslim dalam Kitabudz Dzikr Wad Du'a (nomor : 2678).
▫️((الحج المبرور ليس له جزاء إلا الخنة)).
Haji mabrur tidaklah ada baginya balasan kecuali surga.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory Rahimahulloh dalam Kitabul Umroh (nomor hadits : 1773), dan Imam Muslim dalam Kitabul Haj (nomor hadits : 1349).
لا يجوز حذف قوله : ((إلا مثلًا بمثل))، ((حتى يبدو صلاحه))، ((و هو غضبان))، ((إذا هي رأت الماء))، (( إن شئت))، ((المبرور)).
Tidak boleh menghilangkan sabda Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam :
((إلا مثلًا بمثل))،
Kecuali semisal dengan semisal.
((حتى يبدو صلاحه))،
Hingga nampak baiknya.
((و هو غضبان))،
Dan dia dalam keadaan marah.
((إذا هي رأت الماء))،
Apabila dia melihat air.
(( إن شئت))،
Apabila Engkau kehendaki.
((المبرور))،
Mabrur.
🔖لأن حذف هذه لاشياء يخلَّ بمعنى الحديث.
Karena menghilangkan sesuatu dari hadits hadits tersebut akan menghilangkan makna hadits.
الثاني : أن لا يحذف ما جاء الحديث من أجله
Yang kedua, Ikhwah Rahimakumulloh, agar tidak dihilangkan bagian dari matan hadits tersebut yang datang hadits tersebut karenanya.
🌾مثال : حديث أبي هريرة رضي الله تعالى عنه أن رجالًا سأل النبي صلى الله عليه و سلم فقال : إنا نركب البحر، ونحمل معنا القليل من الماء، فإن توضأنا به عطشنا! أفنتوضأ بماء البحر؟ فقال النبي صلى الله عليه و سلم : ((هو الطهور ماؤه، الحل ميتته)).
Seperti contoh adalah : Hadits Abi Huroiroh Radhiaalloh Ta'ala 'Anhu bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam, dia berkata : Sesungguhnya kami berada di tengah samudra, dan kami membawa sedikit air, jika kami gunakan untuk berwudhu kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu menggunakan air laut? Bersabda Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam :
((هو الطهور ماؤه، الحل ميتته)).
Air laut adalah suci airnya, halal bangkainya.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitabuth Thoharoh (1/22/41), juga Imam Abu Dawud dalam Kitabuth Thoharoh (83).
PERHATIKAN IKHWAH RAHIMAKUMULLOH
فلا يجوز حذف قوله : ((هو الطهور ماؤه، الحل ميتته)). لأن الحديث جاء من أجل، فهو المقصود بالحديث.
Tidak boleh menghilangkan dari hadits tersebut sabda Rasulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam :
((هو الطهور ماؤه، الحل ميتته)).
Air laut adalah suci airnya, halal bangkainya.
Karena hadits tersebut datang disebabkan perkara ini, dan dia, adalah yang menjadi maksud dari hadits.
الثالث : أن لا يكون وردًا لبيان صفة عبادة قولية أو فعلية.
Yang ketiga dari syarat syarat diringkasnya sebuah hadits adalah : agar yang dibuang tersebut bukan merupakan penjelasan tentang sifat ibadah baik berupa perkataan ataupun perbuatan.
Seperti pada hadits Ibni Mas'ud Radhiaalloh Ta'ala 'Anhu, bahwasanya Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam:
((إذا جلس احدكم في الصلاة فليقل : التحيات لله، و الصلوات و الطيبات، السلام عليك أيها النبي و رحمة الله و بركاته، و السلام علينا و على عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله، و أشهد أن محمدًا عبده و رسوله)).
Apabila salah seorang dari kalian duduk di dalam sholat, hendaklah mengucapkan :
((التحيات لله، و الصلوات و الطيبات، السلام عليك أيها النبي و رحمة الله و بركاته، و السلام علينا و على عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله، و أشهد أن محمدًا عبده و رسوله)).
Attahiyatul lillah, wash sholawatu wath thoyibah, assalamu 'alaika ayyuhan Nabi wa rohmatullohi wa barokaatuh, wassalamu 'alainaa wa 'ala 'ibadillahish sholihin, asyhadu alla ilaha ilalloh, wa asyhadu anna Muhammadan 'Abduhu wa Rosuluh.
فلا يجوز حذف شيء من هذ الحديث، لإخلاله بالصفة المشروعية إلا أن يشير إلى أن فيه حذفًا.
Maka tidaklah boleh menghilangkan sesuatu dari hadits ini, karena akan menghilangkan sifat ibadah yang telah disyari'atkan, kecuali dengan mengisyaratkan bahwa hadits tersebut telah terpotong.
الرابع : أن يكون من عالم بمدلولات الألفاظ، و ما يخل حذفه بالمعنى و ما لا يخل، لئلا يحذف ما يخل بالمعنى من غير شعور بذلك.
Yang keempat adalah : hendaknya orang yang melakukannya seorang yang mempunyai ilmu tentang kandungan kandungan lafadz. Mana dari lafadz hadits yang dia buang tersebut yang merusak makna dan mana yang tidak merusak makna, supaya dia tidak membuang lafadz yang justru bisa merusak makna sedangkan dirinya tidak menyadari.
5⃣الخامس : أن لا يكون الراوي محلًا للتهمة، بحيث يظن به سوء الحفظ ان اختصره، أو الزيادة إن أتمه، لأن اختصاره في هذه الحال يستلزم التردد في قبوله، فيضعف به الحديث.
Yang kelima Ikhwah Rahimakumulloh, adalah : tidaklah rowi yang melakukannya yakni melakukan pengurangan pada sebuah hadits menjadi sasaran tuduhan, di mana dia akan dituduh karena pengurangan tersebut dengan jelek hafalannya tatkala meringkasnya, atau dia akan dituduh menambah nambahkan di dalam hadits tatkala dia menyempurnakannya. Karena pengurangan yang dia lakukan pada keadaan ini menjadikan ragu ragu orang untuk menerimanya, maka jadilah hadits tersebut dho'if.
و محل هذا الشرط في غير الكتب المدونة المعروفة، لأنه يمكن إلى الرجوع إليها فيبقى التردد.
Penerapan syarat ini adalah untuk selain hadits hadits yang telah tercatat dan telah dikenal, karena untuk kitab kitab hadits yang telah tercatat ataupun dikenal, memungkinkan untuk seseorang merujuk kepada kitab kitab tersebut yang mencatatnya dan hilanglah keraguan.
فاذا تمت هذه الشروط جاز إختصار الحديث، و لا سيما للاحتجاج بكل قطعة منه في موضعها، فقد فعله كثير من المحدثين و الفقهاء.
Jika telah sempurna syarat ini, maka boleh untuk meringkas hadits, terlebih lagi apabila untuk berdalil dengan potongan hadits tersebut pada tempat yang tepat. Telah melakukannya banyak dari kalangan muhaditsin dan fuqoha.
و الأولى أن يشير عند اختصار الحديث إلى أن فيه اختصارً، فيقال : إلى آخر الحديث، ذكر الحديث و نحوه.
Yang utama adalah hendaknya dia mengisyaratkan pada saat meringkas hadits, penjelasan bahwa ada padanya ringkasan, kemudian dia mengatakan : hingga akhir hadits, telah disebutkan pada suatu hadits , dan yang semisalnya.
Bersambung insyaalloh..
Wallohu'alam.
Baarakalloh fiikum.
Sumber : Kitab Mustholahul Hadits karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad Ibn Sholih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh, halaman : 22-23.
https://telegram.me/BELAJAR_MUSTHOLAH_ALHADITS
Alfaqir ilaa rohmati Robbihi Abdulloh Kisworo Lasem.