Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

faidah hadits ke 21 arbain an nawawi : mengupas hakikat istiqomah

7 tahun yang lalu
baca 9 menit

Kajian Hadits: Syarh Arbain anNawawiyyah
HADITS KE-21

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ: أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ  [رواه مسلم]

Dari Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdillah radhiyallahu anhu, ia berkata: "Aku telah berkata: ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu’. Bersabdalah Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam: ‘Katakanlah: Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah kamu’“. [HR. Muslim]

📌 Sekilas Penjelasan tentang Sahabat yang Meriwayatkan Hadits

Sufyan bin Abdillah ats-Tsaqofy, pernah ikut dalam perang Hunain. Beliau juga diperintah oleh Umar (saat menjadi Khalifah) untuk mengurusi zakat di Thaif.

Orang-orang yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah anak-anaknya, yaitu ‘Ashim, Abdullah, ‘Alqomah, ‘Amr, Abul Hakam, dan yang lain (al-Ishobah fii tamyiizis Shohaabah karya al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqolaany no 3317)

Banyaknya anak-anak Sufyan bin Abdillah yang meriwayatkan hadits dari beliau (mendengar dari beliau kemudian menyampaikan kepada orang lain), menunjukkan pentingnya kita memberikan pelajaran – pelajaran Islam kepada anak-anak kita. Janganlah melupakan pengajaran kepada anak-anak kita sendiri pada saat kita sibuk menyampaikan kebaikan pada orang lain. Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memberikan taufiq dan pertolongan kepada kita untuk meneladani Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- dan para Sahabatnya.

📌 PENJELASAN HADITS SECARA UMUM:

Sahabat Nabi Sufyan bin Abdillah ats-Tsaqofy meminta kepada Nabi untuk mewasiatkan kepadanya suatu kalimat yang jelas dan mencakup Dienul Islam seluruhnya, sehingga ia tidak akan menanyakan kepada selain Nabi lagi setelahnya.

Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- kemudian menyatakan: Ucapkanlah (dengan hati dan lisanmu): Aku beriman kepada Allah. Kemudian beristiqomahlah (terus menerus berusaha tetap lurus tidak bengkok) di atasnya hingga meninggal dunia.

Istiqomah artinya adalah terus menerus berada di jalur yang lurus. Berusaha untuk tetap berada di jalur itu hingga meninggal dunia. Berusaha untuk selalu menjalankan ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.

Hadits ini memberikan bimbingan agar seseorang beriman kepada Allah dengan sepenuh iman, dan menjalankan konsekuensi iman tersebut dengan menjalankan ketaatan kepadaNya dan menjauhi laranganNya, serta berkomitmen untuk istiqomah hingga akhir hayatnya.

Seseorang seharusnya berusaha untuk kokoh berkomitmen terhadap keimanannya. Tidak mudah tergoyahkan dengan berbagai gangguan dan penghalang dalam mengarungi kehidupan dunia. Ia terus bertekad untuk istiqomah dalam keimanan hingga maut menjemputnya.

📌 Istiqomah Bukan Berarti Tidak Pernah Tergelincir pada Kesalahan

Istiqomah bukanlah berarti seseorang tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Namun seharusnya saat ia tergelincir, ia kembali bangkit memohon ampunan kepada Allah, dan berusaha untuk istiqomah lagi. Karena itu, Allah gandengkan perintah istiqomah dengan perintah beristighfar.

...فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ...

...maka bersikaplah istiqomah kepadaNya, dan memohonlah ampunan (beristighfarlah) kepadaNya… (Q.S Fushshilat:6)

Ibnu Rojab menyatakan: ayat ini merupakan isyarat bahwasanya dalam upaya beristiqomah pasti mengandung kekurangan, sehingga ditutupi dengan istighfar yang mengharuskan adanya taubat dan kembali untuk bersikap istiqomah. Hal ini juga seperti sabda Nabi kepada Muadz (bin Jabal): Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan ikutkanlah perbuatan kebaikan setelah perbuatan keburukan, niscaya (kebaikan) itu akan menghapusnya (keburukan) (Jaami’ul Uluum wal Hikam (1/205))

Nabi juga telah menyatakan bahwa seseorang tidak akan mungkin bisa berbuat istiqomah dengan sebenar-benarnya istiqomah (secara sempurna tanpa cacat sedikitpun):

اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا...

Bersikaplah istiqomah, (namun kalian) tidak akan mampu bersikap demikian (secara sempurna)… (H.R Ahmad, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)

Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam juga menyatakan:

 سَدِّدُوا وَقَارِبُوا

Berusahalah untuk mengerjakan kebaikan secara tepat benar (tidak melampaui batas dan tidak pula kurang darinya), (jika tidak bisa) usahakan mendekati  (H.R alBukhari dan Muslim, disarikan dari Jaami’ul Ulum wal Hikam karya Ibnu Rojab (1/205)).

📌 Keutamaan Istiqomah dalam Keimanan

1️⃣ Perintah Allah kepada para NabiNya

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ

Maka beristiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu (Q.S Huud:112)

2️⃣ Kabar gembira dari para Malaikat untuknya ketika menjelang meninggal dunia, di dalam kuburnya, dan ketika dibangkitkan

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang yang berkata: Robb kami adalah Allah, kemudian ia beristiqomah, para Malaikat akan turun kepada mereka dengan menyatakan: Janganlah kalian takut dan bersedih. Bergembiralah dengan surga yang dijanjikan untuk kalian (Q.S Fushshilat:30)

3️⃣ Dilapangkan rezekinya di dunia

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

Dan jika kalian beristiqomah di atas jalan (Islam), niscaya Kami akan memberikan kepada kalian minuman yang banyak (Q.S al-Jin:16)

Al-Imam al-Qurthuby menyatakan: Jika orang-orang kafir itu beriman, sungguh Kami akan berikan kelapangan mereka di dunia dan Kami akan bentangkan rezeki untuk mereka (Tafsir al-Qurthuby (19/17))

(Faidah ini disarikan dari Syarh al-Arbain anNawawiyyah karya al-Luhaimid).

📌 Menjaga Keistiqomahan dengan Menjaga Hati dan Lisan

Hal paling awal yang harus dijaga agar seseorang bisa istiqomah adalah menjaga hati. Jika hati seseorang baik, maka akan baik anggota tubuhnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits anNu’man bin Basyir riwayat al-Bukhari dan Muslim (hadits ke-6 Arbain anNawawiyyah).

Setelah menjaga hati, selanjutnya adalah menjaga lisan agar tidak mengucapkan ucapan-ucapan yang dilarang Allah.

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

Pada pagi hari, seluruh anggota tubuh anak Adam semuanya tunduk pada lisan, dan berkata: (wahai lisan), bertakwalah kamu kepada Allah atas (keselamatan) kami.Karena keadaan kami tergantung engkau.Jika engkau istiqomah, kami akan istiqomah. Jika engkau menyimpang, kami (juga) menyimpang (H.R atTirmidzi dari Abu Said al-Khudry, al-Munawy menyatakan bahwa sanadnya shohih dalam Faydhul Qodiir)

Sesuai juga dengan kelanjutan lafadz hadits ini, bahwa setelah Rasul memberikan wasiat untuk beriman dan beristiqomah, Sahabat Nabi Sufyan bin Abdillah bertanya lagi:

مَا أَكْثَرُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ

Apakah yang paling banyak engkau takutkan terhadapku?

فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا

Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam memegang lisan beliau sendiri, kemudian berkata: Ini (riwayat Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati adz-Dzahaby)

Hal itu menunjukkan bahwa untuk bisa istiqomah, seseorang harus menjaga lisannya.

📌 Cara untuk Bisa Istiqomah

1️⃣ Berdoa kepada Allah.

Seperti doa dalam al-Qur’an:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk. Anugerahkan kepada kami rahmat dari sisiMu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Anugerah (Q.S Aali Imran:8)

Seperti doa yang banyak dibaca Nabi shollallahu alaihi wasallam :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Wahai (Allah) Pembolak-balik hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ahmad, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)

2️⃣ Menjaga hati dan lisan (seperti dijelaskan di atas).

3️⃣ Selalu mengkaji Aqidah yang shahih dan prinsip-prinsip utama dalam Islam dan Iman.

Para Ulama’ telah menulis prinsip-prinsip aqidah yang shahih dalam Islam, seperti Ashlus Sunnah wa I’tiqodud Dien karya Ibnu Abi Hatim, Ushulus Sunnah karya Imam Ahmad, Syarhus Sunnah karya al-Muzany maupun al-Barbahary, dan karya-karya Ulama Ahlussunnah setelahnya. Banyaklah mengikuti kajian-kajian ilmiyyah, membaca buku, mendengarkan rekaman untuk kajian ilmu yang dibimbing oleh orang yang berilmu, beraqidah dan bermanhaj lurus.

Karena sepanjang kehidupan kita akan sering ditemui syubhat-syubhat dan penyimpangan dalam hal aqidah atau dalam hal muamalah. Kuatkan pondasi ilmu kita, agar tidak mudah goyah dan terpengaruh dengan berbagai penyimpangan yang ada.

Sebaliknya, jauhilah bacaan-bacaan atau ceramah-ceramah yang menyimpang dari aqidah yang benar dan ajaran Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.

4️⃣ Selalu berkumpul bersama orang-orang yang beraqidah dan bermanhaj lurus, orang-orang shalih dan bersabar di atas manhaj yang lurus.

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنْ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ

Wajib atas kalian untuk bersatu dalam al-Jamaah, hati-hatilah dari perpecahan. Karena syaithan bersama 1 orang (yang menyendiri), dan terhadap 2 orang syaithan lebih jauh (H.R atTirmidzi, anNasaai, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)

Jika seseorang menyendiri, akan mudah dipengaruhi oleh syaithan. Berbeda dengan jika ia sering berkumpul bersama komunitas yang sarat dengan ilmu, iman, amal sholih, dakwah, amar ma’ruf nahi munkar di atas Tauhid dan Sunnah Rasul shollallahu alaihi wasallam dengan pemahaman para Sahabat Nabi dan Ulama’ Ahlussunnah yang mengikuti mereka dengan baik. Tinggalkanlah komunitas orang-orang yang lalai dari mengingat Allah, atau komunitas yang banyak melakukan kesyirikan, kebid’ahan, atau kemaksiatan.

5️⃣ Banyak beramal sholih di atas Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam.

Memperbanyak amal sholih yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan bimbingan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah tameng dari fitnah yang membahayakan agama seseorang.

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Bersegeralah beramal (sebelum datang) fitnah, bagaikan potongan malam yang gelap. Pagi harinya seorang masih mukmin, sorenya menjadi kafir. Atau, sorenya masih mukmin paginya kafir. Ia menjual agamanya (ditukar) dengan kepentingan dunia (H.R Muslim)

6️⃣ Bersabar karena Allah dalam menjalani kehidupan dunia.
Faidah Hadits Ke 21 Arbain An Nawawi : Mengupas Hakikat Istiqomah
Faidah Hadits Ke 21 Arbain An Nawawi : Mengupas Hakikat Istiqomah via Pexels
_______________
Disalin dari Draft Buku "40 HADITS PEGANGAN HIDUP MUSLIM (Syarh Arbain anNawawiyah)". Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman حفظه الله

WhatsApp Salafy Kendari
Website Resmi || http://ahlussunnahkendari.com
Channel Telegram || https://telegram.me/salafykendari