Tabalong adalah satu dari 13 kabupaten di Kalimantan Selatan. Tabalong berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Mendarat di Bandara Syamsudin Noor, kami sempatkan berkunjung ke Pesantren Al Manshurah di Landasan Ulin Banjarbaru.
Sebelum melanjutkan ke Tabalong, melalui perantara seorang perwira menengah Polri, khutbah Jum'at dijadwalkan di Masjid Mapolda Kalsel.
Perjalanan menuju Tabalong lumayan melelahkan. Hampir 7 jam dihabiskan. Hujan deras di tengah perjalanan menjadi alasan kendaraan tidak bisa dipacu lebih cepat.
Tabalong, sebagaimana banyak kabupaten di Kalimantan, adalah lokasi penambangan batubara skala besar.
Walau tidak terlalu lama di area tambang batubara, melihat secara langsung aktifitas penambangan telah memberikan gambaran betapa kayanya negeri ini. Negeri yang berlimpah sumber energi.
Di balik aktivitas penambangan batubara, banyak cerita tentang dakwah Salaf di sana. Dari kurang lebih 40 KK ikhwan Salafy di Tabalong, 90% nya adalah karyawan perusahaan batubara.
Hampir semuanya mengenal dakwah Salaf di tambang batubara. Hingga kini, khutbah Jum'at masih rutin dijadwalkan di masjid-masjid tambang.
Setelah memberi kabar kepada seorang kawan di Jawa bahwa saya sedang berada di Pesantren Al Manshurah Tabalong Kalimantan Selatan, kawan itu membalas pesan :
" Alhamdulillah...Ustadz sudah menyempatkan waktunya ditempat saudara-saudara Ana di Tabalong, tempat dimana Ana dan keluarga pertama kali mengenal dakwah yg haq ini, Ustadz. Jazaakumullahu khairan katsiran njeh, Ustadz"
Hasil bincang ringan dengan beberapa kawan di Tabalong; rupanya awal mula ketertarikannya kepada dakwah Salaf karena adanya figur seorang salafy yang menjadi rekan kerja atau teman mess nya.
Sikap terpuji yang ditunjukkan, perilaku baik yang diperlihatkan, serta akhlak mulia yang ditampilkan, menjadi daya tarik untuk mengundang rasa ingin tahu orang.
Ternyata, berdakwah itu tak terbatas di atas mimbar, tak harus dengan berceramah di depan umum, atau tak mesti dalam forum resmi. Berakhlak mulia justru sarana dakwah terbaik dan paling strategis.
Syaikh Rabi' Al Madkhali ( Al Majmu' 1/473 ) mengungkapkan kesedihan karena fakta dakwah Salaf yang mundur dan surut disebabkan sikap tidak hikmah. Padahal, dakwah Salaf dapat tersebar di penjuru dunia karena akhlak mulia, ilmu, dan sikap hikmah.
Beliau menegaskan, " ... Akhlak-akhlak mulia di atas, jika engkau jelaskan, dan tolong jelaskan kepadanya, seperti ; hikmah, lemah lembut, halus, sabar, lapang dada, yaitu sifat-sifat wajib dalam berdakwah di jalan Allah, juga sebagai faktor yang menarik simpati orang terhadap dakwah yang benar ini, maka sungguh, hasilnya adalah orang-orang akan masuk ke agama Allah secara berbondong-bondong "
8 tahun lalu, pertama kali ke Tabalong, hanya mushalla kecil di sebuah perumahan yang digunakan untuk kajian. Kini, masjid ukuran 18 x 18 telah dikelola sendiri dengan komplek perumahan dan lembaga pendidikan anak di sekelilingnya.
Ada satu cerita inspiratif yang saya tangkap. Proses pembangunan masjid tersebut ada yang unik, yaitu sistem kerjabakti saat membuat galian cakar ayam untuk 20 calon tiang masjid.
Ditawarkan kepada ikhwan-ikhwan untuk bertanggungjawab atas titik galian secara sukarela. Maka tiap titik dari 20 titik galian, dipasanglah kayu beserta kertas yang ditempelkan berisi nama-nama personil yang bertanggungjawab.
Kultur kerja perusahaan tambang dengan sistem roster (bergilir) tidak mendukung jika pembuatan galian dilakukan bersama-sama di satu waktu. Maka, masing-masing menggali sesuai waktu longgarnya. Bahkan, ada yang pernah menggali sendirian di malam hari.
Kini, masjid bernama Utsman bin Affan telah berdiri dan dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan dakwah dan pendidikan. Semoga terus berkembang dan tidak merasa cukup sampai di garis ini.
Selama masih ada tambang-tambang batubara, selama itu pula dakwah Salaf memiliki daya tarik bagi para karyawannya. Dakwah yang menjadi obat dari penat, penawar untuk lejar, dan penyembuh berkeluh.
http://t.me/anakmudadansalaf