CANDU ITU BERNAMA...
Buletin Al-Faidah Edisi 16
Vol. 3 | Tahun-5 | 1440 H
Penulis : Al-Ustadz Abu Rufaidah Yahya حفظه اللّٰه
|
Candu Itu Bernama Game |
Malam kian larut, namun bukan semakin surut, obrolan kami tentang para anak didik malah makin berlanjut. Tak ada habisnya memang jika sudah membicarakan problematika anak didik di masa ini. Tantangan zaman semakin kuat sementara kesadaran iman generasi muda tak berbanding lurus. Bertambah lagi generasi tua yang tidak lagi sebaik dulu dalam memahami perkembangan zaman khususnya perkembangan teknologi.
Alhasil, pemuda di zaman ini benar-benar seakan berjalan sendiri di tengah belantara teknologi yang hitam, tanpa perhatian dan pengawasan orang tua. Tak ada lagi yang melindungi kecuali iman dan ilmu agama yang baik.
Pembaca yang dirahmati Allah سبحانه و تعالى, Jika dulu di pekarangan rumah dan jalan-jalan gang, tampak anak-anak yang tertawa riang, kejar-kejaran atau bermain layang-layang, kini teknologi hitam mengubah pemandangan itu. Jarang dan nyaris hilang, keriuhan itu kini telah berpindah tempat di warnet-warnet pinggir jalan, di sudut-sudut taman ber-hotspot, atau di pojok kamar sendiri (dengan smartphone nya). Jangan tanya tentang masjid-masjid dan tempat belajar Al-Qur'an, nyaris tutup karena sepi. Hanya beberapa gelintir anak-anak kampung yang itu-itu saja.
Ya, itulah salah satu pembunuh generasi muda di zaman ini, game atau game online. Perlahan tapi pasti, mengasyikkan tapi membinasakan, bisnis yang menguntung-kan namun menghancurkan. Itulah game yang kini berada di tangan 'anak-anak bayi' generasi ini.
PEMBUNUH?
'Pembunuh' anak muda, bahkan 'pembunuh' bangsa. Dalam sebuah penelitian studi terkait game beberapa bulan lalu, menyatakan bahwa gamers di Indonesia telah mencapai jumlah 60 juta dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 100 juta di tahun 2020.
Disamping terjangkaunya harga peralatan gaming (seperti hp, laptop) dan statusnya sebagai hiburan, game atau game online juga digadang-gadang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi bangsa di era modern ini. Disebutkan pertumbuhannya bisa mencapai angka 11-12 triliun per-tahun. Tak heran jika akhirnya game semakin diobral di tingkat nasional dan internasional.
Dan tak heran jika penyebaran game tersebut akhirnya menembus perkampungan dan dinding-dinding sekolahan, tak terkecuali tempat belajar kami.
Beberapa siswa dilaporkan memiliki nilai akhlak dan akademik yang rendah dan kemerosotan tajam, malas mengikuti KBM, sering membolos dengan alasan tak jelas, bahkan shalat wajib berjamaah pun alpa. Setelah diusut dan dipelajari, ternyata siswa tersebut sedang gandrung bermain game online dengan handphone orang tuanya. Upaya dan nasihat diberikan, namun tampaknya hanya menembus telinga saja. Yang ada semakin nekat dan menjadi-jadi.
Kejadian ini tentu mewakili gambaran kejadian di tempat-tempat yang lain. Kecanduan game menjadi sebab kemerosotan akhlak, agama, bahkan kecerdasan anak muda. Padahal, anak muda adalah aset paling berharga sebuah bangsa. Mereka adalah pembela dan pejuang harapan di saat bangsa dalam kondisi berbahaya. Namun, jika ketajaman dan kepekaan mereka sudah dibuai dengan permainan sia-sia, bagaimana bisa memperjuangkan semua?!
Jika sudah demikian kondisinya, bagaimana kita bisa memperbaiki? Kecanduan game telah dinyatakan secara resmi sebagai gangguan kesehatan mental oleh organisasi-organisasi kesehatan; di antaranya WHO. Artinya, tidak mudah untuk mengubah otak yang sudah terlanjur terpapar kecanduan game.
Bahkan tak jarang kecanduan game tersebut mengantarkan kepada tindak kejahatan dan kriminalitas. Tentu sudah menjadi rahasia umum, pencurian, jambret, bahkan perampokan, disebab-kan karena tuntutan untuk memuaskan hasrat bermain game. Tak bisa dibayangkan, bagaimana jika 100 juta pemuda di bangsa ini terpapar kecanduan game seperti ini? Bukan ekonomi yang semakin kuat dan naik, justru kriminalitas, keamanan, dan karakter bangsa semakin buruk.
SOLUSI?
Pembaca yang dirahmati Allah سبحانه و تعالى, Solusi satu-satunya adalah pendidikan iman dan takwa kepada Allah سبحانه و تعالى. Tidak ada benteng yang bisa melindungi anak-anak muda dari berbagai petaka selain bertakwa kepada Allah سبحانه و تعالى. Allah سبحانه و تعالى berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
“Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar baginya.” (QS. At-Thalaq: 2)
Termasuk usaha melawannya adalah dengan mendidik putra-putri kita untuk tetap istiqamah di atas jalan-Nya. Jangan pernah bermudah-mudah meskipun dalam urusan hiburan untuk anak-anak. Terlampau banyak hiburan-hiburan positif yang mendidik dan membangun hubungan sosial tanpa mengorbankan waktu dan kreativitas anak-anak kita.
Selain itu, kesadaran iman dan takwa generasi muda harus terus dipicu sesegera mungkin. Jangan bersandar kepada orang lain atau lembaga pendidikan untuk mendidik putra-putri kita sendiri. Namun, berdoalah kepada Allah سبحانه و تعالى dan mulailah dengan pengawasan dan bimbingan dari kita sebagai orang tua mereka. Jika bukan kita yang paling memahami karakter dan sifat anak-anak sendiri, lantas siapa lagi?!
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
'Dan pemeliharaan keluarga dan anak-anak dari api neraka adalah dengan mengajari mereka adab dan ilmu. Serta mendorong kuat mereka untuk melaksanakan perintah Allah سبحانه و تعالى. Sehingga tidak akan selamat seorang hamba kecuali dengan melaksanakan perintah Allah pada dirinya dan orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya dan tanggungannya; istri-istri, anak-anak, dan selain mereka.' [Tafsir As-Sa'di]
Harta yang Allah سبحانه و تعالى titipkan kepada manusia adalah amanah yang wajib diberikan di jalan-jalan yang baik. Allah سبحانه و تعالى pun menasihati hamba-Nya untuk tidak bermudah-mudahan memberikan harta kepada anak-anak yang belum sempurna akal pikirannya.
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (QS An-Nisa: 5)
Pembaca yang dirahmati Allah سبحانه و تعالى, Marilah kita mulai dari diri kita sendiri. Mendidik dan mengawasi buah hati, serta melatihnya untuk tegar dan tidak hanyut dalam pusaran gelombang teknologi yang melalaikan. Iringi nasihat dan teguran dengan contoh nyata yang tampak di depan mata kita. Semoga Allah سبحانه و تعالى memperbaiki kita dan keluarga kita semua. Aamiin.
Selesai walhamdulillah.
Sumber : https://t.me/buletinalfaidah