هُوَ مَوْلَانَا
( Allah adalah pelindung kita - 1-)
Konteks situasi saat itu adalah gerakan kaum munafik yang selalu membuat ulah dan menebar ujaran-ujaran negatif tentang umat Islam. Musuh di dalam selimut semacam mereka memang ibarat duri dalam daging. Tidak ada hentinya memproduksi kekacauan.
Jika umat Islam memperoleh kemenangan, mengalami kemajuan, atau dakwah yang semakin meluas, kaum munafik sakit hati dan bertambah benci. Sebaliknya, mereka akan tertawa bahagia dan bergembira ria apabila umat Islam mengalami kekalahan, kemunduran, dan kerugian. Sambil bernada menghina, mereka bilang, “Kan, kami sudah bilang jangan begini jangan begitu”, “Kalian sih tidak mengindahkan saran kami”, atau ,” Memang kalian bebal!”
Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya menerangkan firman Allah dalam surat at Taubah ayat 50 dan 51, bahwa dalam situasi semacam itu, Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk menjawab tegas:
لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal"
Inilah keyakinan! Keyakinan yang semestinya kita ingat, kita pegang, dan kita jaga. Keyakinan bahwa Allah adalah pelindung kita. Jika Allah telah memberi perlindungan, adakah yang pantas ditakuti hamba? Adakah yang bisa membuat sedih hamba? Adakah yang dapat membuatnya galau?
Tidak ada!
هُوَ مَوْلانَا
Badruddin al 'Aini (wafat 855 H) dalam Umdatul Qari Syarah Sahih Bukhari (23/162) menerangkan bahwa ayat di atas juga berlaku saat menghadapi ujian-ujian dunia, termasuk persoalan rumit, problem berat, ekonomi yang melemah, masa paceklik, harga barang yang naik, sakit dll. Tentu saat-saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini pun masuk di dalamnya.
Maka, untukmu saudaraku yang sedang pusing karena diberhentikan dari pekerjaan, untukmu saudaraku yang kesulitan melunasi hutang, untukmu saudaraku yang penghasilannya berkurang drastis, untukmu saudaraku yang terbelit tanggungan, ingatlah bahwa Allah adalah pelindung kita.
هُوَ مَوْلانَا
Untukmu saudaraku, yang sedang diterpa badai konflik rumahtangga, untukmu saudaraku yang berpikir berat tentang pendidikan anak-anak, untukmu saudaraku yang menjalankan tugas negara, untukmu saudaraku yang sedang disibukkan dengan amanah dakwah, ingatlah bahwa Allah adalah pelindung kita.
هُوَ مَوْلانَا
Untukmu saudaraku yang sedang terbaring sakit, saudaraku yang sedang menjalani isolasi mandiri, saudaraku yang sedang susah mencari tabung dan oksigennya, saudaraku yang bersedih karena orangtua atau keluarganya positif Covid, saudaraku yang telah kehilangan orang yang dicintainya, jangan berlama-lama dalam kesedihan sebab Allah adalah pelindung kita.
هُوَ مَوْلانَا
Semoga Allah Ta'ala selalu melindungi kita, keluarga, masyarakat, dan negara kita dari hal-hal yang buruk.
Lendah, 12/07/2021
(Materi Kajian Streaming Radio Darussalam Wonogiri, 11 Juli 2021)
=================
هُوَ مَوْلانَا
(Allah adalah pelindung kita) -2-
Sejumlah orang datang menemui Abu Hazim, “ Apakah Anda sudah mengetahui bahwa harga barang-barang sedang meroket tinggi?”. Abu Hazim menjawab, “Lantas, apa alasan kalian menjadi galau? Sungguh! Dzat yang memberi rejeki kita di saat barang-barang sedang murah, Dzat itulah yang memberi rejeki kita sewaktu barang-barang harganya mahal” (Tahdzibul Hilyah 1/526)
Kawan, apa yang dikeluhkan orang-orang di atas, banyak juga dikeluhkan orang-orang di masa sekarang. Kesulitan ekonomi! Harga naik, sebagian barang langka di pasar, sembako yang terbatas dan sebagainya.
Kemiskinan telah dianggap sebagai musuh yang menakutkan. Bagi sebagian orang, kemiskinan adalah akhir dari kehidupan. Kaya atau miskin menjadi ukuran status mulia dan hinanya seseorang. Lebih parah lagi jika kemiskinan diidentikkan dengan mereka yang taat beragama, jujur tak mau curang, amanah anti khianat, dan konsekuen dalam menerapkan halal-haram.
Bagi yang mencari ridha Allah, tidak ada yang lebih menentramkan dari yakin berucap :
هُوَ مَوْلانَا
Allah adalah pelindung kita
Abu Hazim, “Kenapa aku mesti takut miskin? Sementara Maulaa-ku (Pelindungku) memiliki semua yang ada di langit dan di bumi, apa yang ada di antara keduanya dan apa yang ada di bawah tanah” (Mausu'ah Ibnu Abi Dunya 2/269)
Makhul Asy Syami berbicara tentang janin dalam perut ibu yang tidak bisa meminta, tidak bersedih, dan tidak galau. Namun, Allah mengalirkan rejeki untuknya melalui tali pusar dan makanan melalui aliran darah ibunya. Setelah lahir, rejeki itu berganti melalui air susu ibunya. Kemudian selanjutnya melalui makanan dan minuman yang dibuatkan dan disuapkan, sampai ia sendiri yang bisa memegang dan makan dengan tangannya.
Setelah dewasa dan kuat, kenapa malah bertanya-tanya, “Mana rejekiku?”
Kata Makhul, “Sungguh celaka kamu! Kamu saat dalam perut ibumu, saat di pangkuan ibumu, selalu diberi rejeki. Setelah kamu besar dan bisa berpikir, malah berkata ; Bakal mati saya. Mana rejekiku?” (Uyunul Akhbar 2/730)
Abu Abdirrahman Al Umari berkata, “ Dahulu saya hanyalah janin dalam perut ibuku. Rejekiku selalu mengalir sampai saat makanan disuapkan untukku. Setelah saya besar dan mengenal Rabb-ku, malah saya berprasangka buruk (tentang rejeki)”.
Beliau menegur diri sendiri, “Apakah ada seorang hamba yang lebih jahat dari saya?” (Mausu'ah Ibnu Abi Dunya 2/272)
Jangan takut! Tidak perlu resah. Bukankah Allah adalah pelindung kita?
هُوَ مَوْلانَا
Mungkin kita yang jauh dari Allah. Barangkali kita yang selama ini tak mendekat kepada-Nya. Bisa jadi kita lah yang menjadi penyebabnya, yaitu membuat Allah murka. Dengan dosa-dosa. Melalui kesalahan-kesalahan kita. Mungkin kita yang lupa bahwa Allah adalah Dzat yang maha dekat lagi maha mengabulkan doa dalam waktu yang singkat.
Seseorang datang menemui Rabi' bin Abdurrahman meminta beliau untuk menyampaikan kepada pimpinan wilayah tersebut agar bisa membantu keperluannya. Rabi' lantas menangis. “Ah, saudaraku. Jika engkau memiliki keperluan, mintalah kepada Allah, niscaya engkau dapati bahwa Allah maha cepat dan maha dekat” (Mausu'ah Ibnu Abi Dunya 1/165)
Bukan berarti tidak boleh meminta bantuan. Bukan maksudnya memohon pertolongan itu dilarang. Sebab kita hidup harus saling membantu, dan tolong menolong satu dengan lainnya. Namun, begitu mudahnya kah kita melupakan Allah? Secepat itukah kita lupa bahwa kita punya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang?
Banyak-banyaklah mengingat Allah Ta'ala! Seringlah mengucapkan :
لَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاّ بِاللهِ
Panglima Azdamhar -seorang panglima kerajaan Persia- , mencoba menghadang pasukan islam pimpinan Muhammad bin al Qasim dengan mengerahkan pasukan gajah berjumlah 80 ekor. Pasukan islam benar-benar kewalahan. Di saat-saat itulah, Muhammad bin al Qasim terus menerus mengucapkan, “Laa haula wa laa quwwata illa billah”. Setelahnya, pasukan gajah dapat dipukul mundur dan Allah beri kemenangan untuk pasukan islam. (Mausu'ah Ibnu Abi Dunya 2/95-96)
Ibnul Qayyim ( al Wabil as Shayyib hal.77) ketika berbicara mengenai kalimat Laa haula wa laa quwwata illa billah, menyatakan, “ Dzikir ini memiliki efek menakjubkan saat menemui masalah-masalah yang rumit, menanggung beban-beban berat, dihadapkan pada raja-raja, bertemu dengan orang yang ditakuti, dan menghadapi situasi-situasi genting. Dzikir ini juga memiliki efek untuk mencegah kefakiran”
Kawan, hari-hari ini adalah hari-hari yang cukup berat. Sudah satu setengah tahun kita dihadapkan masa pandemi Covid. Apalagi hari-hari ini masuk gelombang yang kesekian. Sudah saatnya kita semakin semangat ibadah, bertambah berbenah, dan salah satu caranya adalah banyak-banyak berdzikir.
لَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاّ بِاللهِ
Marilah saling mengingatkan bahwa Allah adalah pelindung kita.
هُوَ مَوْلانَا
Lendah , 12/07/2021
( Materi Kajian Streaming Radio Darussalam Wonogiri, 11 Juli 2021)
t.me/anakmudadansalaf