Asysyariah
Asysyariah

ummi, adik bersin ….

13 tahun yang lalu
baca 6 menit

(dituli soleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

“Haa…cih!” terdengar suara bersin. “Alhamdulillah…!” disambung suara khas gadis kecil berusia dua tahun yang baru saja bersin itu. Belum fasih dia mengucapkannya, namun cukup menyentuh hati yang mendengarnya. Betapa beruntungnya anak sekecil ini telah mengenal sunnah Nabinya n. Sembari mengucap rasa syukur melihat pemandangan indah itu, terucap jawaban, “Yarhamukillaah….”
Memang, memuji Allah l tatkala bersin adalah salah satu adab mulia yang diajarkan oleh Rasulullah n. Begitu pula mendoakan orang yang bersin. Demikian beliau sabdakan, sebagaimana dinukilkan oleh Abu Hurairah z,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُل: الْحَمْدُ لِلهِ؛ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوْهُ أَوْ صَاحِبُهُ: يَرْحَمُكَ اللهُ؛ فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اللهُ؛ فَلْيَقُلْ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaknya mengucapkan ‘alhamdulillah’ (segala pujian hanyalah milik Allah). Jika dia mengucapkan ‘alhamdulillah’, hendaknya saudaranya atau temannya mendoakan, ‘yarhamukallah (semoga Allah mengasihimu)’. Jika temannya mengatakan kepadanya, ‘yarhamukallah’, hendaknya dia menjawab ‘yahdiikumullah wa yushlihu baalakum (semoga Allah l memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu)’.” (HR. al-Bukhari no. 6224)
Bahkan, kata Rasulullah n, doa bagi seseorang yang bersin lalu mengucap hamdalah termasuk salah satu hak seorang muslim yang harus ditunaikan muslim yang lain. Hal ini disampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud z, bahwa Rasulullah n pernah bersabda,
لِلْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِم أَرْبَعُ خِلاَلٍ: يُشَمِّتُهُ إِذَا عَطَسَ، وَيُجِيْبُهُ إِذَا دَعَاهُ، وَيَشْهَدُهُ إِذَا مَاتَ، وَيَعُوْدُهُ إِذَا مَرِضَ
“Ada empat hak seorang muslim yang harus ditunaikan oleh muslim yang lain: mengunjunginya ketika sakit, menyaksikan jenazahnya ketika dia meninggal, menjawabnya jika dia mengundang, dan mendoakannya jika dia bersin.” (HR. Ibnu Majah no. 1434, dinyatakan sahih oleh al-Imam al-Albani t dalam Shahih Sunan Ibni Majah)
Selain memuji Allah l ketika bersin, Rasulullah n mengajarkan pula adab ketika bersin, yaitu dengan menutup mulut dengan tangan atau baju, serta merendahkan suara bersinnya. Dikatakan oleh Abu Hurairah z,
كَانَ رَسُولُ اللهِ n إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ عَلَى فِيْهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ
“Biasanya Rasulullah n jika bersin menutup wajah beliau dengan tangan atau baju dan merendahkan suara bersinnya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2745, dinyatakan sahih oleh al-Imam al-Albani t dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi)
Suatu adab mulia yang mudah diamalkan sebenarnya. Oleh karena itu, sudah semestinya adab yang mudah diamalkan seperti ini diajarkan kepada anak-anak. Tidak sepantasnya kita biarkan si anak bersin begitu saja tanpa bimbingan, padahal telah datang bimbingan itu dari Rasulullah n.
Ketika si anak tampak hendak bersin, kita ajari dia untuk menutup mulut dengan tangan atau bajunya. Setelah bersin, seketika itu juga kita bimbing mereka untuk memuji Allah l dengan mengucap hamdalah. Ketika mereka bersin dan memuji Allah l, kita doakan mereka dengan mengucapkan yarhamukallah. Jika yang seperti ini kita lakukan berulang-ulang, lambat laun si anak pun akan terbiasa. Akhirnya, sunnah yang mulia ini pun melekat pada kehidupannya. Adapun jika si anak tidak mengucap hamdalah, maka kita tidak mendoakannya. Kita jelaskan pada mereka bahwa kita tidak mendoakannya karena dia tidak mengucap hamdalah setelah bersin. Lalu kita ajari dia untuk mengucapkan hamdalah agar dia mendapatkan doa kebaikan.
Begitu pun ketika anak mendengar orang bersin dan mengucap hamdalah. Kita ajak dia untuk mendoakan orang yang bersin itu dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah n. Namun jika orang yang bersin itu tidak mengucap hamdalah, kita terangkan bahwa orang yang tidak mengucap hamdalah ketika bersin tidak berhak mendapatkan doa.
Dikisahkan oleh Anas bin Malik z,
عَطَسَ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيِّ n فَشَمَّتَ أَحَدَهُمَا وَلَمْ يُشَمِّتِ الْآخَرُ، فَقَالَ الرَّجُلُ: يَا رَسُولَ اللهِ، شَمَّتَّ هَذَا وَلَمْ تُشَمِّتْنِي؟ قَالَ: إِنَّ هَذَا حَمِدَ اللهَ، وَلَمْ تَحْمَدِ اللهَ
Pernah ada dua orang yang bersin di hadapan Nabi n. Beliau mendoakan salah seorang dari mereka dan tidak mendoakan yang lainnya. Orang yang tidak didoakan ini pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, engkau mendoakan orang itu, namun tidak mendoakan saya?” Beliau pun menjawab, “Dia memuji Allah, sementara itu engkau tidak memuji-Nya.” (HR. al-Bukhari no. 6225)
Perlu juga si anak mengetahui bahwa orang yang bersin berkali-kali karena sakit tidak kita berikan doa seperti itu, karena demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah n. Diceritakan oleh Salamah ibnul Akwa’ z,
أَنَّ رَجُلاً عَطَسَ عِنْدَ رَسُولِ الله n وَأَنَا شَاهِدٌ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ الله n: يَرْحَمُكَ الله. ثُمَّ عَطَسَ الثَّانِيَةَ وَالثَّالِثَةَ. فَقَالَ رَسُولُ الله n: هَذَا رَجُلٌ مَزْكُوْمٌ
Pernah ada seseorang bersin di dekat Rasulullah n dan saat itu aku menyaksikannya, Rasulullah pun mendoakan, “Yarhamukallah!” Kemudian dia bersin kedua dan ketiga kalinya, maka Rasulullah n mengatakan, “Orang ini terserang pilek.” (HR. at-Tirmidzi no. 2743, dinyatakan sahih oleh al-Imam al-Albani t dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi)
Diriwayatkan pula bahwa Abu Hurairah z pernah mengatakan,
شَمِّتْ أَخَاكَ وَثَلاَثًا، فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَامٌ
“Doakan saudaramu (yang bersin dan mengucap hamdalah, –pen.) tiga kali. Adapun selebihnya, itu adalah sakit pilek.” (HR. Abu Dawud no. 5034, dinyatakan hasan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
Di samping harus mengetahui adab ketika bersin, anak harus pula mengetahui adab ketika menguap, karena hal ini pun disampaikan oleh Rasulullah n. Beliau n menyatakan sebagaimana disampaikan oleh sahabat yang mulia, Abu Hurairah z,
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ، فَإِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ وَحَمِدَ اللهَ كَانَ حَقًّا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يَقُوْلَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اللهُ؛ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَان، فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَليَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَثَاءَبَ ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci kuap. Jika seseorang bersin lalu memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun kuap, maka itu dari setan. Jika salah seorang dari kalian menguap, hendaknya dia tahan sejauh kemampuannya. Sesungguhnya jika seseorang menguap, setan pun tertawa karenanya.” (HR. al-Bukhari no. 6226)
Dijelaskan oleh para ulama bahwa bersin itu menunjukkan semangat dan ringannya badan. Berbeda dengan kuap yang biasanya disebabkan oleh beratnya badan, kekenyangan, kelambanan, dan kecenderungannya untuk bermalas-malasan. Disandarkannya kuap pada setan, karena setan inilah mengajak kepada syahwat. Yang diinginkan dalam hadits ini adalah peringatan agar berhati-hati dari berbagai sebab yang dapat menimbulkan kuap, yaitu banyak makanan dan sering makan. (al-Minhaj, 18/121)
Dalam sabda Rasulullah n yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri z, beliau menjelaskan bahwa menahan kuap itu dengan meletakkan tangan menutupi mulut. Beliau n bersabda,
إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فَمِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
“Jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaknya dia tahan dengan tangannya di mulutnya, karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 7417)
Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah n memerintahkan untuk menahan kuap dan menutupkan tangan ke mulut agar setan tidak dapat mencapai keinginannya untuk membuat jelek wajah dan masuk ke dalam mulut serta tertawanya karena kuap ini. (al-Minhaj 18/122)
Sungguh, ini adalah pengajaran yang sempurna dari Rasulullah n yang tidak pernah ada dalam ajaran agama mana pun. Yang harus kita ingat, melaksanakan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah n akan membuahkan kebaikan dan kemuliaan. Tidak sepantasnya kita tinggalkan sunnah yang telah jelas benderang di hadapan mata. Tinggal kewajiban kita untuk melaksanakannya, kemudian mengajarkannya kepada anak-anak kita.
Wallahu a’lamu bish-shawab.