Sebenarnya dia adalah Umaimah bintu ‘Abd bin Bijad bin ‘Umair bin Al-Harits bin Haritsah bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib. Adapun Ruqaiqah adalah nama ibunya, Ruqaiqah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza, saudari Khadijah bintu Khuwailid x, istri Nabi n.
Umaimah disunting oleh Habib bin Ku’aib bin ‘Utair Ats-Tsaqafi.
Dia adalah salah satu wanita yang beriman kepada Rasulullah n dan berbai’at pada beliau. Para wanita itu pun menyatakan, tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak mereka, dan tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, serta tidak akan mendurhakai Rasulullah n dalam perkara yang ma’ruf.
Umaimah menuturkan sendiri kisah bai’at tersebut. Ia berkata:
بَايَعْتُ رَسُولَ اللهِ n فِي نِسوَةٍ، فَقَالَ لَنَا: فِيمَا اسْتَطَعْتُنَّ وَأَطَقْتُنَّ. قُلتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَرْحَمُ بِنَا مِنَّا بِأَنفُسِنَا. فَقُلتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، بَايِعْنَا. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ n: إِنَّمَا قَوْلِي لِمِائَةِ امْرَأَةٍ كَقَولِي لِامْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ
“Aku membai’at Rasulullah n bersama para wanita.
Maka bersabdalah Rasulullah n kepada kami, “Dalam perkara-perkara yang kalian mampu dan sanggupi. “
“Allah dan Rasul-Nya lebih penyayang terhadap kami daripada sayangnya kami terhadap diri kami sendiri,” ujarku.
“Wahai Rasulullah, bai’atlah kami!” pintaku[1].
Rasulullah n menjelaskan bahwa beliau tidak berjabat tangan dengan wanita (yang tidak halal bagi beliau), “Ucapanku terhadap seratus wanita sama dengan ucapanku terhadap seorang wanita[2].”[3]
Umaimah meriwayatkan hadits dari Rasulullah n dan istri-istri beliau. Kemudian riwayatnya diambil oleh putrinya, Hukaimah dan Muhammad ibnul Munkadir. Kehidupannya diwarnai teladan bagi orang-orang setelahnya.
Umaimah bintu Ruqaiqah, semoga Allah meridhainya….
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
Sumber bacaan:
Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (8/31-32)
Al-Isti’ab, Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (2/488)
Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/130-131)
[1] Umaimah mengucapkan demikian karena yang ia tahu berbaiat itu dengan cara berjabat tangan sebagaimana dilakukan para lelaki saat membai’at Rasulullah n. Karenanya kata Sufyan, salah seorang perawi hadits di atas, yang dimaukan dengan Umaimah adalah, “Jabatlah tangan kami.”
[2] Rasulullah n membai’at mereka, para wanita, hanya dengan ucapan tanpa menjabat tangan mereka, karena seperti kata Ummul Mukminin Aisyah x dalam hadits yang diriwayatkan Al-Imam Muslim dalam Shahihnya:
مَا مَسَّ رَسُولُ اللهِ n بِيَدِهِ امْرَأَةً قَطُّ إِلاَّ أَن يَأخُذَ عَلَيْهَا فَأَعْطَتْهُ، قَالَ: اذْهَبِي فَقَدْ بَايَعْتُكِ
“Rasulullah n tidak pernah sama sekali menyentuh tangan seorang wanita (yang tidak halal bagi beliau). Dalam berbaiat tidak lain yang beliau lakukan hanyalah mengambil perjanjian bai’at dari si wanita lalu si wanita memberikan janjinya kepada beliau. Setelahnya beliau bersabda, “Pergilah engkau karena sungguh aku telah membai’atmu.”
Bahkan beliau n pernah bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمُسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuk kepada salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jamul Kabir dengan sanad yang hasan)
[3] HR. At-Tirmidzi dengan sanad yang shahih.