Kebencian Nasrani dan Yahudi telah mengitari tembok-tembok sejarah Islam. Sebagaimana dinyatakan al-Qur’an, denyut kebencian ini tak akan pernah berhenti, hingga kita mau mengikuti agama mereka. Di antara makar mereka, adalah menciptakan pelbagai agama atau isme-isme baru yang sekilas mirip Islam namun sejatinya teramat menyimpang. Muaranya jelas, merusak Islam dari dalam dan memecah barisan muslimin.
Salah satu agama imitasi itu adalah Syiah Rafidhah. Agama ini sebenarnya tidak berbeda dengan agama-agama yang muncul belakangan seperti Ahmadiyah, Baha’i, dan Kristen Ortodoks Syria yang sudah mengglobal atau al-Qiyadah al-Islamiyah dalam lingkup lokal. Namun, karena sejarahnya yang tua—sudah muncul di zaman sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak heran jika agama ini telah berakar di sebagian orang dan mempunyai jutaan pengikut.
Syiah sendiri berakar dari akidah Majusi, agama resmi Kerajaan Persia yang pernah berdiri di wilayah Iran dan Irak sekarang—yang warga negaranya mayoritas Syiah. Rafidhah juga berakar dari kepercayaan Yahudi. Jika kebanyakan agama-agama palsu adalah gabungan Islam dengan Kristen, Syiah Rafidhah adalah gabungan tiga agama sekaligus yakni: Islam, Yahudi, dan Majusi. Jadi, dendam Persia dan kebencian Yahudi bahu-membahu melahirkan “musuh dalam selimut” bernama Syiah ini.
Karena itu, perbedaan-perbedaan mendasar antara Islam dan Syiah mesti dipahami oleh setiap muslim, agar kita tidak terbutakan dari kesesatan mereka. Syiah bukanlah mazhab di dalam Islam tetapi agama yang berdiri sendiri. Masih kurangkah fatwa sahabat Nabi dan ulama yang menyatakan kekafiran mereka?
Atau lupakah kita dengan sejarah? Siapa dalang di balik terbunuhnya Utsman bin Affan dan Husain bin Ali radhiallahu ‘anhum? Siapakah yang membantu tentara Nasrani dalam merebut al-Quds? Siapakah pengkhianat Daulah Bani Abbasiyah, yang memberi kemudahan invasi bangsa Tartar ke Baghdad hingga menyebabkan runtuhnya daulah tersebut yang diikuti pembantaian besarbesaran terhadap umat Islam? Siapakah rezim Suriah dan Iran sekarang yang membantai umat Islam yang minoritas?
Didasari keyakinan bahwa di luar Syiah Rafidhah adalah kafir; Ahlus Sunnah itu najis sehingga harus dilenyapkan; harta kaum muslimin dianggap harta rampasan perang; dan vonis Ahlus Sunnah sebagai penghuni neraka, menyebabkan mereka memenuhi lembaran sejarah dengan menumpahkan darah kaum muslimin yang tidak sejalan dengan kesesatan dan penyimpangan mereka.
Keyakinan berdarah-darah Syiah tak berhenti hingga di sini. Syiah meyakini bahwa saat Imam Mahdi mereka muncul, yang pertama kali ia lakukan adalah mengeluarkan dua khalifah Rasul, Abu Bakr dan Umar radhiallahu ‘anhuma dari kuburnya lalu menyiksa keduanya. Imam Mahdi ala mereka juga akan membantai bangsa Arab dan kaum Quraisy, serta akan menghancurkan Ka’bah dan Masjidil Haram.
Di panggung media, Syiah seolah berseberangan politik dengan Yahudi. Bahkan menjadi simbol perlawanan “Islam” terhadap hegemoni Barat di Timur Tengah. Tak heran jika banyak yang mengelu-elukan Syiah (baca: Iran) dan tokoh-tokohnya seperti Khomeini, Ahmadinejad, dan sebagainya. Namun, soal goreng-menggoreng opini, Yahudi memang jagonya. Demonstrasi besarbesaran dan krisis politik dalam beberapa tahun terakhir yang berhasil menumbangkan sejumlah penguasa di Afrika dan Timur Tengah—diistilahkan media sebagai Arab Spring—tak lepas dari campur tangan dan kolaborasi Yahudi dan Syiah.
Itulah Syiah, bersenyawa dengan Yahudi, mereka akan terus melukis sejarah dengan tinta darah. Waspadalah!