Pertanyaan:
Shalat witir yang paling afdal berapa rakaat? Tiga rakaat dengan sekali salam atau satu rakaat satu salam?
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5/123), Abu Dawud (no. 1423) dan an-Nasai (3/235—236) dengan sanad yang sahih dari sahabat Ubai bin Ka’b radhiallahu anhu, beliau berkata,
كَانَ يُوتِرُ بِ{سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى} وَ{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} وَ{قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ}
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat witir. Setelah membaca surah al-Fatihah, beliau membaca ‘sabbihisma rabbikal a’la’ (surah al-A’la), dan ‘Qul ya ayyuhal kafirun’ (surah al-Kafirun, dan ‘Qul huwallahu ahad’ (surah al-Ikhlas).”
Hadist ini mengisyaratkan bahwa Rasulullah melakukan shalat witir sebanyak tiga rakaat. Pada setiap rakaat, beliau membaca surah-surah tersebut setelah membaca al-Fatihah.
Namun, apakah shalat witir tersebut dilakukan dengan tiga rakaat sekali salam atau dua kali salam (dua rakaat dan satu rakaat)?
Baca juga: Seputar Qunut Witir (bagian 1)
Yang jelas, menurut pendapat jumhur ulama, kedua cara tersebut boleh. Imam al-Auza’i rahimahullah berkata,
كِلَاهُمَا حَسَنٌ
“Kedua-duanya baik.”
Namun, witir dengan dua kali salam lebih afdal menurut jumhur ulama. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (4/24).
Shalat witir dengan tiga rakaat sekali salam, apakah dilakukan dengan dua kali duduk tasyahud seperti halnya shalat Magrib atau cukup satu kali?
Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berpendapat dengan dua kali tasyahud seperti halnya shalat Magrib.
Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syaikh Muqbil al-Wadi’i lebih memilih pendapat ini. Mereka berdalil dengan hadits Aisyah radhiallahu anha yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan shalat witir sebanyak lima rakaat dan tidak duduk kecuali pada rakaat terakhir. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Baca juga: Seputar Qunut Witir (bagian 2)
Aisyah radhiallahu anha juga menyebutkan,
يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat (malam) empat rakaat, tidak perlu engkau tanya tentang bagusnya dan panjang bacaannya. Kemudian beliau shalat empat rakaat lagi, tidak perlu engkau tanya tentang bagusnya dan panjang bacaannya. Setelah itu, beliau shalat tiga rakaat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kalau diperhatikan sekilas, dalam hadits di atas beliau melakukannya tiga rakaat sekali salam.
Adapun melakukan shalat witir dengan hanya satu rakaat tanpa ada shalat sebelumnya, para ulama menyebutkan bahwa jumlah minimal shalat witir adalah satu rakaat. Ibnul Mundzir dalam kitab al-Ausath berkata,
“Yang kami sukai, seseorang shalat (malam) dua-dua rakaat, kemudian witir dengan satu rakaat. Seandainya dia melakukan shalat witir satu rakaat saja tanpa ada shalat apa pun sebelumnya, hal ini dibolehkan.”
Baca juga: Shalat Tarawih
Sebagian ulama juga berdalil dengan hadits Ibnu Umar radhiallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ، فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
“Jika kamu khawatir datang waktu subuh, witirlah dengan satu rakaat.” (HR. al-Bukhari no. 1137 dan Muslim no. 749)
Wallahu a’lam bish-shawab.