Pertanyaan:
Kami adalah santri. Terkadang dalam menghafal, kami sering berlomba-lomba, ingin yang paling depan. Apabila ada yang mendahului kita dalam menghafal, semangat kita semakin menjadi. Seolah-olah masing-masing dari kita ingin menjadi yang paling unggul. Apakah yang demikian diperbolehkan?
Semangat para penuntut ilmu untuk menjadi yang lebih unggul dalam menuntut ilmu insya Allah termasuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ
“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.” (al-Baqarah: 148)
Baca juga: Berlomba dalam Kebaikan
Semoga hal itu juga termasuk ghibthah (menginginkan kenikmatan seperti yang ada pada saudaranya). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ القُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak ada hasad (yang dibolehkan) kecuali kepada dua (sifat) orang; (1) orang yang Allah mengaruniakan Al-Qur’an kepadanya kemudian dia tegakkan Al-Qur’an tersebut siang dan malam, dan (2) orang yang Allah mengaruniakan harta, dia infakkan siang dan malam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim no. 816 dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu anhuma)
Baca juga: Hasad
Ibnu Umar radhiallahu anhuma mengisahkan tentang ayahnya, Umar bin al-Khaththab,
أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّدَقَةِ، فَقَالَ عُمَرُ: وَعِنْدِي مَالٌ كَثِيرٌ، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَأَفْضُلَنَّ أَبَا بَكْرٍ. قَالَ: فَأَخَذْتُ ذَلِكَ الْمَالَ وَتَرَكْتُ لِأَهْلِي نِصْفَهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عُمَرُ، إِنَّ هَذَا مَالٌ كَثِيرٌ، فَمَا تَرَكْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: قُلْتُ نِصْفَهُ. قَالَ: وَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ بِمَالٍ كَثِيرٍ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، إِنَّ هَذَا مَالٌ كَثِيرٌ، فَمَا تَرَكْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memerintahkan bersedekah. Umar radhialahu anhu berkata, “Aku memiliki harta yang banyak. Demi Allah, aku akan mengalahkan Abu Bakr.”
Umar melanjutkan, “Aku ambil harta tersebut dan aku sisakan separuhnya untuk keluargaku. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Umar, sungguh, ini harta yang sangat banyak. Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?’
Aku menjawab, ‘Aku sisakan separuhnya’.”
Umar mengisahkan lagi, “Kemudian Abu Bakr radhiallahu anhu datang membawa harta yang banyak. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu bertanya, ‘Wahai Abu Bakr, sungguh, ini harta yang sangat banyak. Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?’
Abu Bakr menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya’.” (HR. Ahmad dalam kitab Fadhail ash-Shahabah 1/360 no. 537 dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani)
Baca juga: Bersedekahlah
Namun, seiring dengan itu, hendaknya dia terus berusaha untuk meluruskan niat utama menuntut ilmu.
Wallahu a’lam bish-shawab.