Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah subhanahu wa ta’ala dengan naungan Arsy-Nya pada hari tidak ada naungan di hari tersebut kecuali naungan-Nya: (1) Pemimpin yang adil, (2) Pemuda yang senantiasa tumbuh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, (3) Orang yang senantiasa hatinya tertambat dengan masjid ketika ia keluar darinya hingga kembali lagi kepadanya, (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah subhanahu wa ta’ala, keduanya berkumpul karena Allah subhanahu wa ta’ala, dan berpisah karena-Nya, (5) Orang yang mengeluarkan sedekah kemudian merahasiakannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, (6) Seorang laki-laki yang dirayu berbuat keji oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu menjawab, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, (7) dan Seseorang yang ingat (berzikir) kepada Allah subhanahu wa ta’ala di tempat yang sunyi kemudian kedua matanya meneteskan air mata.”
Derajat Hadits
Hadits ini muttafaqun ’alaihi, diriwayatkan oleh Muhammad bin Isma’il al-Bukhari dan Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi dalam kitab Shahih keduanya dari sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.
Perhatian Islam Terhadap Pemuda
Hadits yang ada di hadapan kita adalah sebagian dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan perhatian Islam kepada para pemuda.
Hadits-hadits tentang pemuda sangat banyak. Seandainya hadits-hadits tersebut dikumpulkan dan dipelajari, niscaya kandungan faedahnya akan terus mengalir selama dunia masih ada.
Pembaca rahimakumullah, dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita betapa beratnya hari pembalasan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan amalan yang menjadi sebab keselamatan dari kesusahan pada hari itu.
Di antara tujuh golongan kaum mukminin yang Allah subhanahu wa ta’ala beri naungan pada hari tersebut adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ
“Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah subhanahu wa ta’ala dengan naungan Arsy-Nya pada hari yang tiada naungan di hari tersebut kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, …”
Sebuah motivasi bagi para pemuda agar mereka bekerja keras memperbaiki dunia dan akhiratnya dengan senantiasa beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk itulah manusia diciptakan di muka bumi.
Hadits ini juga mengandung dorongan bagi orang tua dan semua elemen masyarakat untuk mewujudkan generasi muda yang baik yang tumbuh sejak dini dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, baiknya para pemuda tidak lepas pula dari peran orang tua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
“Semua anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua bapak ibunyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana hewan ternak, apakah engkau lihat ada yang dilahirkan terpotong telinganya? (Tidaklah yang memotong kecuali pemiliknya – pen.).”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anakmu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukul mereka (jika tidak shalat) pada umur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 395 dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya (Syu’aib) dari kakeknya.)
Masa muda adalah masa yang sangat sensitif, rawan, dan sangat butuh pengawasan. Pada masa remaja, syahwat mencapai puncaknya sehingga tidak jarang kaum muda-mudi terjerembab dalam kemaksiatan.
Sungguh, sebuah nikmat yang sangat besar jika seorang pemuda mampu mengisi hari-harinya dengan iman dan amal saleh. Sungguh, merupakan kemuliaan ketika seorang pemuda mendapat anugerah akidah yang sahih dan akhlak yang mulia. Setiap orang tua pasti berandai putra-putrinya tumbuh dalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lisan selalu basah dengan zikir. Lantunan al-Qur’an selalu terdengar dari lisan-lisan mereka. Saat azan terdengar, mereka segera menunaikan shalat, demikian seterusnya. Mereka tumbuh dalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala akan senantiasa dalam liputan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Di akhirat kelak, ia akan mendapat naungan Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian pula di dunia, Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menjaganya.
Berbicara penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala atas pemuda-pemuda yang saleh, mengingatkan kita kepada kisah Ashabul Kahfi. Mereka adalah para pemuda beriman yang selalu menjaga hak-hak Allah subhanahu wa ta’ala. Pada saat fitnah meliputi mereka, Allah subhanahu wa ta’ala selamatkan Ashabul Kahfi dengan menidurkan mereka selama 309 tahun dalam sebuah goa.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (wahai Nabi) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk;
Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, “Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Rabb selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.”
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (al-Kahfi: 13-15)
“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu. Niscaya Rabbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (al-Kahfi: 16)
Pemuda dan Masa Depan Umat
Pemuda adalah bagian dari sebuah masyarakat. Di atas pundak merekalah tugas dan beban masyarakat akan dipikulkan. Cepat atau lambat, tongkat estafet perjuangan akan diserahkan oleh kaum tua kepada kaum muda.
Jika para pemuda baik, terdidik di atas iman, dan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, niscaya akan baiklah sebuah masyarakat. Demikian pula sebaliknya, jeleknya ibadah dan akhlak kaum muda adalah alamat kejelekan sebuah negeri.
Sejenak kita melihat sejarah Islam. Kita dapatkan bahwa di antara kunci keberhasilan perjuangan generasi awal umat ini adalah keberhasilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendidik para pemuda.
Semua mengakui dan menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat memberi perhatian kepada para pemuda dalam kehidupan beliau. Para pemuda pada zaman itu benar-benar mendapatkan perhatian dan tempaan pendidikan terbaik hingga terbentuklah generasi terbaik umat, di antaranya para sahabat yang masih sangat belia.
Lihat sebagai contoh perhatian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para pemuda. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat, ‘Jagalah Allah, niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ketahuilah, jika semua umat bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagimu. Jika semua umat bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering’.” (HR. at-Tirmidzi, dia berkata, “Hadits ini hasan sahih.”)
Siapa pun yang membaca sirah Rasul dan tarikh sahabat niscaya akan menyaksikan peran pemuda yang tidak kalah hebatnya dengan para sahabat yang telah berusia.
Dalam perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tercatat pemuda pemudi yang berperan besar dalam kejadian sejarah besar ini. Asma’ binti Abu Bakr ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhuma mengantar bekal untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayahnya, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu, ke goa Tsur. Abdullah bin Abu Bakr radhiallahu ‘anhuma menggembala kambing di sekitar goa Tsur untuk menghilangkan jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika Perang Uhud, Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa pedangnya, meminta izin kepada beliau untuk mengikuti peperangan. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencegahnya, karena Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma belum mencapai umur baligh.
Dalam hal ilmu pun bermunculan ulama sahabat dari kalangan pemuda, seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr, dan Abdullah bin az-Zubair radhiallahu ‘anhum.
Bahkan, pada akhir hayat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk pasukan perang terakhir yang beliau bentuk dan kirimkan untuk berhadapan dengan pasukan Romawi, beliau tetapkan seorang pemuda belia sebagai panglimanya, Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma.
Walhasil, bukan hanya para sahabat yang berumur yang mendapat perhatian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat yang masih muda pun mendapat perhatian yang luar biasa dari kekasih Allah subhanahu wa ta’ala.
Pemuda dalam Bidikan Musuh Islam
Pemuda memang memiliki posisi strategis dalam berbagai lini kehidupan. Demikian pula dalam kancah dakwah dan perjuangan Islam.
Musuh-musuh Islam sangat menyadari hal itu. Untuk melemahkan atau memerangi Islam, mereka siapkan secara khusus makar dan jerat-jerat untuk merusak generasi muda. Intinya, mereka berupaya menjauhkan pemuda dari nilai-nilai Islam dengan segala upaya yang mungkin mereka tempuh. Mereka tidak ingin para pemuda Islam tumbuh dalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam dunia informasi dan teknologi, musuh-musuh Islam juga memasang jerat. Kita sadari bahwa pusat-pusat berita dikuasai oleh musuh Islam. Sudah barang tentu, mereka berusaha menggiring opini pemuda untuk memahami segala informasi seperti yang mereka inginkan.
Di dunia internet atau dunia maya, mereka siapkan situs-situs yang merusak akidah, akhlak, dan moral. Mereka memberi kemudahan agar para pemuda bisa menjelajah dan mengakses situs-situs tersebut.
Dalam dunia pendidikan, musuh Islam berupaya memisahkan agama dengan dunia, seperti yang terjadi di negara-negara sekular. Di sekolah umum sejak SD, SMP, hingga perguruan tinggi, agama tidak mendapatkan perhatian.
Masih di dunia pendidikan dan kebudayaan, musuh Islam membuka program pertukaran budaya dan pendidikan menuju lembaga penyebar kesesatan. Itu semua mereka galakkan demi meracuni generasi muslimin.
Betapa banyak pemuda muslim belajar Islam bukan dari ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mereka justru menggali Islam dari para profesor nonmuslim di negara Barat, orientalis yang mengajarkan Islam dengan wajah yang berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan heran saat para pemuda kembali dari Kanada, Leiden, atau tempat lainnya dengan gelar doktor bidang Islam yang diraihnya, ternyata mereka telah menjadi kaki tangan musuh Islam, sadar atau tidak. Mereka perjuangkan emansipasi wanita, menyerukan kebebasan berpikir, demokrasi, dan sekian kerancuan yang bakal merusak kaum muslimin.
Tidak kalah bahayanya ketika banyak pemuda Islam belajar Syiah (Rafidhah) di pusat-pusat kesesatan mereka seperti di Qum Najaf, Iran. Hal ini terjadi tidak tanpa disengaja. Sungguh, Rafidhah bersama Yahudi terus berserikat untuk menebarkan kekufuran di tengah kaum muslimin. Kran untuk belajar di sarang kekufuran itu benar-benar dibuka lebar.
Bagaimana keadaan pemuda muslim saat ini? Sungguh, fenomena yang sangat menyedihkan terpampang di hadapan kita. Banyak pemuda tidak mengerti akidah yang sahih, jauh dari ibadah dan akhlak. Tokoh pemuda dengan sekian banyak kerancuan berpikir pun bermunculan. Allahul musta’an.
Pembaca rahimakumullah, bercerita tentang krisis pemuda muslim di dunia secara umum dan di negeri kita secara khusus tidak pernah habis. Namun, cukuplah beberapa kalimat di atas menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa pemuda adalah sumber daya yang sangat strategis bagi kejayaan sebuah umat. Sesungguhnya mereka sedang diperebutkan oleh musuh-musuh Islam. Ya, mereka berada dalam bidikan.
Apa yang Harus Kita Perbuat?
Kita bersedih melihat kondisi pemuda saat ini. Namun, tidak boleh kita berputus asa dari kenyataan. Jalan keluar dari problematika pemuda adalah kembali kepada bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal membina dan memperbaiki pemuda.
Mari kita berdoa dengan bersungguh-sungguh untuk kebaikan kita dan para pemuda.
Mari kita berikan perhatian khusus kepada para pemuda sebagaimana halnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam kehidupan beliau.
Mari kita bekerja sama mencurahkan segala kemampuan kita, harta, pikiran, tenaga untuk membimbing para pemuda meniti jalan salafus shalih, membimbing mereka berakidah yang benar, dan beribadah di atas tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini adalah mengingatkan para pemuda akan hari akhir, hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah subhanahu wa ta’ala.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ
“Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah subhanahu wa ta’ala dengan naungan Arsy-Nya pada hari yang tiada naungan di hari tersebut kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, …”
Mengingat kematian dan hari akhir akan menjadikan baiknya pemuda. Dengan mengingat hari akhir, setidaknya mereka akan memetik beberapa faedah, di antaranya:
Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundak sahabat muda, Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma. Beliau mengingatkan hakikat kehidupan dunia dan cepatnya ajal menjemput. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan.”
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma memahami wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan segera menyiapkan bekal amalan saleh. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika kamu berada di sore hari, jangan
menunggu pagi hari. Jika engkau di pagi, hari janganlah menunggu sore. Manfaatkanlah masa sehat sebelum datang masa sakitmu, dan (manfaatkan) saat hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Bukhari)
Semoga uraian di atas memberi faedah dan mengingatkan kita tentang betapa berharganya pemuda dalam perjuangan membela agama Allah subhanahu wa ta’ala.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal