Artikel ini adalah seri ketiga dari tulisan yang dibagi menjadi beberapa seri. Bagi yang belum membaca artikel ke-1 dan ke-2, mohon berkenan membuka tautan berikut.
Tidak Ada yang Sia-Sia di Sisi Allah
Ikhlas untuk Allah dalam Bertugas
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَن نَفَّسَ عن مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِن كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عنْه كُرْبَةً مِن كُرَبِ يَومِ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa meringankan suatu kesulitan saudaranya sesama mukmin di dunia, Allah akan memudahkan kesulitannya kelak pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 2699 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Ini adalah suatu kesempatan yang mulia. Pada masa-masa tersebarnya wabah penyakit seperti sekarang ini, Anda dipilih oleh Allah menjadi salah satu dari sekian hamba Allah yang bisa mendapatkan keutamaan hadits di atas. Bagaimana tidak? Apa yang Anda perbuat tidak hanya meringankan suatu kesulitan seorang mukmin, tetapi meringankan banyak kesulitan kaum muslimin.
Sementara itu, kalau kita merenungi dalil-dalil tentang kengerian hari akhir dan kesulitan-kesulitan yang ada padanya, pasti kita akan berusaha untuk bisa selamat darinya. Silakan baca beberapa kengerian dan gambaran sulitnya hari kiamat:
Kelak pada hari kiamat, saat kita membutuhkan kemudahan dari kesulitan-kesulitan yang akan kita hadapi, Allah subhanahu wa ta’ala akan memudahkan Anda dengan sebab pengabdian yang Anda persembahkan kepada kaum muslimin saat ini.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Pertolongan Allah akan senantiasa menyertai seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Sungguh, Allah pasti menolong hamba-Nya sesuai dengan kadar pertolongan hamba tersebut kepada saudaranya.” (Lihat at-Ta’liqat al-Arba’in an-Nawawiyyah hlm. 119)
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk bersemangat menolong saudara sesama muslim. Demikian pula, hadits ini menerangkan bahwa semakin banyak pertolongan seseorang yang diberikan kepada saudaranya sesama muslim, semakin besar pula pertolongan dan taufik dari Allah kepadanya.” (Fath al-Qawiy al-Matin fi Syarh al-Arba’in wa Tatimmah al-Khamsin hlm. 109)
Dengan Anda menolong para pasien, Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pertolongan kepada Anda.
Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma menceritakan,
أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَال: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ وَأَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟
Ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya bertanya, “Siapa manusia yang paling dicintai oleh Allah dan apa amalan yang paling dicintai oleh Allah?”
Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain,
وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سُرُورٌ يُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً أَوْ يَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا أَوْ يَطْرُدُ عَنْهُ جَوْعًا
“Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah perbuatan yang membuat bahagia saudaranya sesama muslim, atau menghilangkan kesulitannya, atau membantu melunasi utangnya, atau membebaskannya dari kelaparan (dengan memberi makan).” (Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 2/575)
Mohon berkenan mencermati sabda Nabi di atas. Jika perlu, mohon diulang-ulangi dengan penuh peresapan. Subhanallah!
Ya Allah, hanya kepada-Mu kami bersyukur dan berterima kasih. Atas nikmat dan karunia-Mu semata, saat ini kami bisa menggunakan ilmu yang selama ini kami pelajari untuk menolong sesama kami.
Ya Allah, kalau bukan karena petunjuk dan rahmat-Mu, tentu kami tidak akan mampu mencapai tahap ini: menjadi hamba-Mu yang bisa memberi kemanfaatan kepada sesama.
Ya Allah, berilah petolongan kepada kami. Kalau bukan pertolongan dan bantuan-Mu, tentu kami tidak akan mampu dan kuat menjalani semua ini.
Hanya kepada-Mu ya Allah, kami berserah diri dan bertawakal.
Belum cukupkah bagi Anda, ketika Allah memilih Anda menjadi hamba Allah yang paling dicintai-Nya?
Tidakkah Anda ridha dan bersyukur, ketika Allah memilih Anda menjadi hamba Allah yang berkesempatan melakukan amalan yang paling dicintai-Nya?
Semoga Allah senantiasa memberikan kepada kita keikhlasan dan kejujuran dalam beramal.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Sungguh, ketika seorang muslim menjeguk saudaranya (yang sedang sakit), dia senantiasa berada dalam taman surga sampai dia kembali.” (HR. Muslim no. 2568 dari sahabat Tsauban)
مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَزَلْ يَخُوضُ فِي الرَّحْمَةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ اغْتَمَسَ فِيهَا
“Barang siapa menjenguk orang sakit, dia telah memasukkan dirinya ke dalam rahmat sampai dia duduk. Jika dia telah duduk, rahmat akan meliputinya.” (HR. Ahmad no. 14260 dari sahabat Jabir bin Abdillah. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 2504)
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang muslim menjenguk sesama muslim yang sedang sakit pada pagi hari, kecuali tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat (mendoakan rahmat dan ampunan) untuknya hingga sore hari. Demikian pula tidaklah dia menjenguknya pada sore hari, kecuali tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat (mendoakan rahmat dan ampunan) untuknya hingga pagi hari. Dia akan mendapatkan taman di surga (kelak).” (HR. at-Tirmidzi no. 969 dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 969)
Imam al-Baghawi rahimahullah mengatakan, “Maksud sabda Nabi ‘dia akan mendapatkan taman di surga’ adalah dia akan dimasukkan ke dalam surga.” (Syarh as-Sunnan lil Imam al-Baghawi 5/217)
Perhatikan dan renungi hadits-hadits di atas. Di dalam Islam, menjenguk saudara kita sesama muslim yang sedang sakit memiliki pahala dan keutamaan yang sangat agung. Jika balasan bagi orang yang menjenguk saja demikian, bagaimana pendapat Anda tentang seorang yang tidak hanya menjenguk, tetapi bahkan menyertai, melayani, dan merawat?
Allahu akbar. Sungguh, rahmat Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah luas.
Oleh karena itu, selalu niatkan setiap visit dan kunjungan Anda kepada pasien, untuk menjenguk saudara sesama muslim, sekaligus melayani dan merawatnya.
Pernahkah Anda melakukan ibadah iktikaf? Jika pernah, berapa hari? Di masjid mana?
Pernahkah Anda membayangkan beriktikaf selama sebulan penuh di Masjid Nabawi, di kota Madinah, di Arab Saudi?
Jika jawabannya adalah “belum”, semoga keadaan Anda saat ini adalah kesempatan untuk mendapatkan pahala yang besar tersebut. Perhatikan dengan saksama hadits berikut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ (يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ) شَهْرًا
“Sungguh, (seandainya) aku menyertai saudaraku untuk (membantunya) menyelesaikan satu keperluannya, (hal tersebut) lebih aku sukai daripada aku beriktikaf selama sebulan di masjid ini (yaitu Masjid Nabi di Madinah).” (Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 2/575)
Sungguh, jika pahala membersamai saudara sesama muslim dalam menyelesaikan satu hajat/kebutuhannya sebegitu besarnya; lantas bagaimana lagi dengan seseorang yang menyertai banyak kaum muslimin untuk menyelamatkan nyawanya?
Oleh karena itu, ketika Anda membersamai pasien dan terus memantau perkembangan kesehatannya, mengukur suhu badannya, gizinya, memeriksa hasil laboratoriumnya, mengukur tekanan darahnya, mencatat hasilnya di lembaran rekam medisnya, menyuntiknya, menuliskan resepnya, memasang infusnya, dll.; jangan lupa meniatkan di dalam hati Anda untuk mendapatkan keutamaan dan pahala yang besar sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba, sampai dia dimintai pertanggungjawaban tentang:
(HR. at-Tirmidzi no. 2417 dari sahabat Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 2417)
Apabila kita merenungi hadits di atas, tentu kita akan mengintrospeksi diri. Demikian pula kita membayangkan, bagaimana keadaan kita nanti ketika kita dimintai pertanggungjawaban dalam empat hal di atas? Apakah kita siap?
Mungkin kita akan menjawab, “Belum siap.”
Alhamdulillah, pada saat-saat seperti ini, Allah subhanahu wa ta’ala memberi Anda kesempatan untuk mengamalkan ilmu yang Anda miliki. Semoga dengan Anda bersungguh-sungguh menolong kaum muslimin dalam wabah ini, Allah akan mengokohkan kedua kaki Anda kelak pada hari kiamat, saat banyak kaki tergelincir.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجِةٍ حَتَّى تَتَهَيَّأَ لَهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزُولُ الْأَقْدَامُ
“Barang siapa menyertai saudaranya dalam rangka menunaikan satu hajat/keperluannya hingga keperluan itu tuntas, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan mengokohkan kakinya, pada hari saat banyak kaki yang tergelincir padanya.” (Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 2/575)
Perjuanganmu bersabar membersamai pasien untuk merawat dan menyelamatkan jiwanya adalah perbuatan yang sangat agung. Semoga dengan sebab keikhlasan dan kesungguhan Anda, Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kemudahan kepada Anda kelak pada hari kiamat.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi Anda perlindungan dan kelancaran saat bertugas.