Bukti-bukti kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat banyak, tidak mampu kita batasi dengan angka atau jumlah tertentu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumallah berkata, “Ayat-ayat dan burhan yang menunjukkan kenabian Nabi kita Muhammad n sangat banyak dan beragam, lebih banyak dan lebih agung daripada ayat-ayat nabi sebelum beliau.” (al-Jawab ash-Shahih) Semakna dengan Syaikhul Islam, al-Qadhi ‘Iyadh rahimahumallah berkata, “Beliau adalah rasul yang paling banyak membawa mukjizat, paling menakjubkan tanda (kerasulannya), dan paling tampak bukti (kerasulannya), sebagaimana akan kita jelaskan. Tidak ada tulisan yang mengumpulkan semua mukjizat beliau yang sangat banyak itu. Bahkan, satu saja dari mukjizat beliau, yaitu al-Qur’an, tidak ada yang bisa menyebutkan jumlah mukjizat yang terkandung (di dalamnya) dengan angka seribu, dua ribu, atau lebih….” (asy-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Musthafa)
Sebagian ulama berkata, “Beliau telah diberi tiga ribu mukjizat, selain al-Qur’an. Adapun al-Qur’an sendiri, di dalamnya kurang lebih ada enam puluh atau tujuh puluh ribu mukjizat.” Apa yang dikatakan oleh para ulama memang demikianlah keadaannya. Sebab, setiap gerak-gerik, ucapan, perbuatan dan sirah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bukti kebenaran dakwah beliau. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumallah berkata, “Perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sesungguhnya termasuk tanda kenabian. Demikian pula akhlak, sabda, perbuatan, syariat, umatnya, dan karamah-karamah orang-orang saleh dari umat beliau, semua itu termasuk ayat (tanda kenabian) beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Lebih Banyak dan Lebih Menakjubkan dari Mukjizat Nabi Sebelumnya
Jika dibandingkan dengan mukjizat nabi-nabi sebelum beliau, kita dapatkan mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lebih banyak dan lebih menakjubkan. Nabi Isa ‘Alaihissalam menyembuhkan kebutaan—dengan izin Allah Subhanahu wata’ala—dengan cara mengusap mata dalam keadaan mata berada di tempatnya. Adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau menyembuhkan—dengan izin Allah Subhanahu wata’ala—mata yang telah keluar dari lubangnya. Beliau masukkan kembali pada tempatnya, seperti terjadi pada sahabat Qatadah radhiyallahu ‘anhu. Matanya tercongkel dalam Perang Uhud. Bola matanya keluar bersama urat-uratnya, menjulur ke wajah beserta darah yang mengalir, buta, diiringi sakit tiada tara. Keluarga Qatadah hampir saja memotong dan membuang mata Qatadah radhiyallahu ‘anhu yang buta, karena sakit semacam ini mustahil untuk disembuhkan.
Namun, sebelum hal itu dilakukan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar kabar apa yang akan dilakukan oleh keluarga Qatadah. Segera Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil Qatadah. Dengan telapak tangan beliau yang mulia, bola mata Qatadah didorong masuk ke dalam lubang mata kepalanya. Subhanallah! Seketika itu pula sembuh mata Qatadah seperti tidak pernah terluka. Sungguh, mukjizat yang sangat menakjubkan. Mahasuci Allah, mukjizat itu tidak mungkin dikalahkan atau dicapai oleh kehebatan ilmu kedokteran mana pun. Mukjizat ini lebih menakjubkan daripada mukjizat Nabi Isa ‘Alaihissalam. Kisah ini diriwayatkan Abu Ya’la al-Maushili dalam al-Musnad melalui jalan ‘Ashim bin Umar bin Qatadah dari bapaknya dari kakeknya. Al- Albani menguatkan hadits ini dengan syawahidnya dalam takhrij beliau terhadap risalah Bidayatus Sul fi Tafdhili ar-Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam hlm. 42.
Muhammad bin Sa’ad dalam ath- Thabaqat juga meriwayatkan dari Zaid bin Aslam radhiyallahu ‘anhu, bahwa mata Qatadah bin an-Nu’man terluka sehingga biji matanya keluar sampai ke pipi.Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengembalikan mata itu hingga sembuh kembali. Ath-Thabarani dan Abu Nu’aim al- Ashbahani meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, “Pada waktu Perang Uhud, aku menjaga wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dari serangan anak panah, tiba-tiba sebuah anak panah melesat mengenai biji mataku. Aku mengambilnya dengan tangan dan berusaha mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketika beliau melihat apa yang ada di telapak tanganku, dua mata beliau berlinangan seraya bersabda, ‘Ya Allah, peliharalah mata Qatadah sebagaimana dia telah memelihara wajah nabinya dengan wajahnya. Jadikanlah kedua matanya lebih baik dan lebih elok serta tajam penglihatannya.’ Sembuhlah mata Qatadah, dan terkabullah doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allahu Akbar. Contoh lain, mukjizat Nabi Musa ‘Alaihissalam. Nabi Musa ‘Alaihissalam memukulkan tongkat ke batu, air pun memancar deras dari 12 mata air. Allah Subhanahu wata’alaberfirman,
وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَرَ ۖ فَانفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۖ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِن رِّزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu.” Lalu memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh, tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masingmasing) makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (al-Baqarah: 60)
Keluarnya mata air dari batu setelah dipukulkan tongkat sungguh menakjubkan. Namun, lebih menakjubkan lagi ketika air keluar dari sela-sela jari-jemari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Jabir bin Abdillah z berkata, “Kehausan menimpa para sahabat pada Perang Hudaibiyah. Ketika itu di hadapan Nabi ada bejana (berisi air), beliau pun berwudhu. Manusia menghampiri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan wajah-wajah yang tampak kesusahan dan kesedihan.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Ada apa dengan kalian?’ ‘Wahai Rasulullah, Kami tidak memiliki air untuk berwudhu, tidak pula untuk minum selain air yang ada di hadapanmu.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meletakkan tangan beliau ke dalam bejana, seketika itu air memancar deras dari sela-sela jari jemari beliau seperti mata air, kami segera minum dan berwudhu dengan air itu.” Jabir ditanya, “Berapa jumlah sahabat ketika itu?” Jabir menjawab, “Seandainya jumlah kami seratus ribu, niscaya air itu mencukupi kami. Ketika itu jumlah kami seribu lima ratus orang.” (HR. al-Bukhari)
Dua Jenis Mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
Mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang banyak dan beragam itu mungkin dikelompokkan dalam dua bagian.
1. Mukjizat-mukjizat yang terjadi semasa hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berakhir dengan wafatnya beliau.
Contohnya, keluarnya air dari jarijemari beliau yang mulia, bertambahnya makanan dari sedikit menjadi banyak.
2. Mukjizat-mukjizat yang terus berlangsung setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga hari kiamat.
Contohnya, berita-berita gaib, kejadian-kejadian sepeninggal beliau, yang beliau kabarkan berdasarkan wahyu Allah Subhanahu wata’ala kemudian terjadi sesuai dengan apa yang beliau kabarkan. Termasuk mukjizat yang kekal adalah al-Qur’an al-Karim.
Dengan memohon pertolongan Allah Subhanahu wata’ala, akan kita kaji beberapa mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tentu sangatlah sedikit jika dibanding dengan samudra mukjizat beliau yang luas dan dalam. Kita nukilkan dari kitab-kitab hadits, kitab dalail an-nubuwah, dan kitab-kitab dan sirah nabawiyah.
Mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Berupa Berita- Berita Gaib
Sebelumnya perlu diingat, Allah Subhanahu wata’ala sajalah yang mengetahui perkara gaib. Allah Subhanahu wata’ala menyingkap sebagian tabir gaib kepada nabi dan rasul sebagai bukti kebenaran dakwah mereka. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا () إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
“(Dia adalah Rabb) yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul yang diridhai- Nya. Sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (al-Jin: 26—27)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنِّي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ وَأَسْمَعُ مَا لاَ تَسْمَعُونَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحَقٌّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ؛ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا عَزَّ وَجَلَّ، وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشِ، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَوَدِدْتُ أَنِّي شَجَرَةٌ تُعْضَدُ
“Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat, dan aku mendengar apa yang tidak kalian dengar, langit-langit bergoncang, dan pantas jika langitlangit bergoncang. Tidak ada ruang lebih dari empat jari di langit kecuali ada malaikat yang meletakkan dahinya bersujud kepada Allah Subhanahu wata’ala. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis, serta kalian juga akan sedikit bermesraan dengan istri-istri di atas ranjang. Sungguh, kalian pasti akan keluar ke jalan-jalan untuk meminta kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan berteriak-teriak. Aku berharap kalaulah aku hanya sebuah pohon yang terpotong.” (HR. at-Tirmidzi dari Abu Dzar al- Ghifari radhiyallahu ‘anhu)
Di antara berita gaib, ketika Perang Badr, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada para sahabat tentang beberapa pembesar pasukan kafir Quraisy yang akan menemui ajalnya di Badr, bahkan beliau tunjukkan tempat-tempat kematian mereka. Apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Nama-nama para tokoh musyrikin Quraisy yang beliau sebut mati terhina di tempat-tempat yang beliau tunjukkan. Di antara berita gaib, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengabarkan bahwa Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhu wafat dalam keadaan syahid. Berita ini pun terwujud.
Al-Imam al-Bukhari rahimahumallah dalam Shahih-nya meriwayatkan bahwa suatu hari, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke atas Gunung Uhud bersama Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Tiba-tiba gunung bergoncang, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اسْكُنْ أُحُدُ، مَا عَلَيْكَ إِلا نَبِيٌّ، وَصِدِّيقٌ، وَشَهِيدَانِ
“Tenanglah, wahai Uhud, karena sungguh di atasmu ada seorang nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid (yakni Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhu).”
Pada 23 H, Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu meninggal syahid, dibunuh oleh Abu Lu’lu’ al-Majusi. Pada 35 H Utsman radhiyallahu ‘anhu juga terbunuh syahid dalam sebuah tragedi berdarah yang didalangi oleh Abdullah bin Saba’ al-Yahudi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah mengabarkan bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu terbunuh syahid, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَشْقَى الْأَوَّلِينَ عَاقِرُ النَّاقَةِ وَأَشْقَى الْآخِرِينَ الَّذِي يَطْعَنُكَ يَا عَلِيُّ-وَأَشَارَ حَيْثُ يُطْعَنُ
“Orang yang paling binasa dari umat terdahulu adalah penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih ‘Alaihissalam), dan manusia paling celaka dari umat ini adalah orang yang membunuhmu wahai ‘Ali!” seraya menunjuk letak tikaman di tubuh Ali radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam ath-Thabaqatul Kubra (35/3) dengan sanad mursal, tetapi memiliki syawahid (penguat-penguat) dari hadits lain. (Lihat ash-Shahihah 78/3 no 1088)
Di antara berita gaib, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan wafatnya para panglima perang muslimin dalam Perang Mu’tah. Pada Jumadal Ula tahun kedelapan Hijriah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus tiga ribu tentara Islam menuju Syam. Ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu sebagai pemimpin pasukan. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنْ قُتِلَ زَيْدٌ فَجَعْفَرٌ، فَإِنْ قُتِلَ جَعْفَرٌ فَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ
“Jika Zaid terbunuh, penggantinya adalah Ja’far. Jika Ja’far terbunuh, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah.” (HR. al-Bukhari [16/98] no. 4261)
Ibnu Sa’d rahimahumallah dalam ath-Thabaqat al-Kubra menambahkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Apabila Abdullah terbunuh, hendaknya kaum muslimin memilih salah seorang mereka sebagai penggantinya.” (ath-Thabaqat [2/128] namun sanadnya mu’allaq)
Subhanallah, nama-nama panglima perang Rasul meninggal sesuai urutan yang beliau sebutkan, Zaid bin Haritsah, Ja’far, kemudian Abdullah bin Rawahah. Setelah itu Khalid bin al-Walid memimpin pasukan dan melanjutkan pertempuran. Di antara saksi hidup Perang Mu’tah adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata tentang wafatnya Ja’far,
فَكُنْتُ مَعَهُمْ فِي تِلْكَ الْغَزْوَةِ، فَالْتَمَسْنَا جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ فَوَجَدْنَا بِمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ بِضْعًا وَتِسْعِينَ مَا بَيْنَ رَمْيَةٍ وَطَعْنَةٍ
“Ketika itu aku bersama mereka dalam Perang Mu’tah. Kami mencari Ja’far bin Abi Thalib. Kami mendapati di bagian depan jasadnya ada sembilan puluh sekian luka bekas anak panah atau tikaman.”
Di antara berita gaib adalah berita angin topan yang beliau kabarkan dalam Perang Tabuk, perang terakhir yang beliau ikuti. Mukjizat ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Sahabat Abu Humaid radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Perang Tabuk. Dengan mengharap ridha-Nya, sahara kami lalui. Dalam perjalanan itu, kami pun tiba di Wadi al- Qura dan singgah di sebuah perkebunan kurma milik seorang wanita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabat, ‘Coba kalian taksir (berapa kirakira kebun ini menghasilkan panennya)!’ Kita pun mengira-ira berapa kurma yang dihasilkan dari kebun itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menaksirnya sebanyak sepuluh wasaq. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai pemilik kebun, hitunglah hasil kebunmu, sampai nanti kita kembali kepadamu insya Allah.’
Tentara – tentara Allah Subhanahu wata’ala kembali melanjutkan perjalanan. Kami meninggalkan Wadi al-Qura. Setiba di Tabuk, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Angin besar akan menimpa kalian malam ini. Maka dari itu, jangan sekali-kali salah seorang dari kalian berdiri. Siapa yang memiliki unta hendaknya dia ikat erat-erat untanya.” Kabar Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam terjadi, angin yang sangat besar menerpa. Semua yang mengiringi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Tabuk menyaksikan kebenaran berita beliau, sebagai mukjizat dari Allah Subhanahu wata’ala. Badai angin datang mengempaskan apa saja yang dilaluinya. Saat angin bertiup kencang, seorang laki-laki berdiri. Angin pun mengempas dan membawanya hingga terlempar di Gunung Thayyi’….
Itulah sebagian kejadian di Tabuk. Waktu berlalu hingga datanglah saat kembali ke Madinah. Seperti dijanjikan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali singgah di Wadi al-Qura, di kebun wanita tempat dahulu mereka singgah. Rasulullah n bertanya pada wanita pemilik kebun, “Berapa kurma-kurma yang dihasilkan dari kebunmu?” Wanita itu berkata, “Sepuluh wasaq.”—sesuai taksiran Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka lalu melanjutkan perjalanan hingga sampai ke Thaibah. Di antara berita gaib, saat sakit menjelang Rasulullah n wafat, beliau mengabarkan kepada Fathimah bahwa sakit yang beliau derita berakhir dengan wafatnya beliau. Beliau kabarkan pula kepada Fathimah bahwa dialah orang pertama dari keluarga Rasulullah n yang akan menyusul beliau. Kabar itu pun terjadi.
Di waktu dhuha saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sakit, beliau memanggil Fathimah radhiyallahu ‘anha dan membisikkan sesuatu kepada sang putri. Tiba-tiba Fathimah radhiyallahu ‘anha menangis berlinangan air mata. Lalu beliau membisikkan sesuatu lagi, tibatiba Fathimah radhiyallahu ‘anha tertawa. Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Fathimah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang apa yang dibisikkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan apa yang membuat Fathimah menangis dan tertawa. Fathimah menjawab,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepadaku bahwa beliau akan wafat karena sakit beliau, aku pun menangis mendengarnya. Lalu beliau membisikkan bahwa aku adalah keluarga beliau yang pertama segera menyusul mengikuti beliau, aku pun tertawa.” ( HR. al- Bukhari no. 4433, 4434 dan Muslim [4/1904 no. 2450])
Dalam sebagian riwayat, yang menyebabkan Fathimah radhiyallahu ‘anha tertawa adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Fathimah, tidakkah engkau ridha engkau menjadi pemuka wanitawanita kaum mukminin, pemuka wanitawanita umat ini….” (HR. al-Bukhari no. 3623 dan Muslim [4/1905 no. 2450])
Berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar terjadi, beliau wafat. Kurang lebih enam bulan sepeninggal beliau, Fathimah radhiyallahu ‘anhu menyusul, meraih janji surga yang telah dikabarkan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam. Enam berita gaib di atas telah terjadi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan banyak hal gaib yang sampai saat ini belum terjadi dan pasti akan terjadi. Di antara berita tersebut adalah pertempuran akhir zaman antara kaum muslimin dan Yahudi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُالْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ : يَا مُسْلِمُ، يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ. إِ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
“Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin memerangi Yahudi, membunuhi mereka. Sampai ketika Yahudi bersembunyi di balik batu atau pohon, batu dan pohon berkata, ‘Wahai muslim, wahai Abdullah, Yahudi ada di belakangku. Kemari dan bunuhlah dia.’ Kecuali pohon gharqad, (dia tidak berbicara) karena dia dari pohon Yahudi.”
Mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Berupa Penjagaan Allah Subhanahu wata’ala atas Beliau
Bukan hal yang asing bagi seluruh manusia, baik kaum mukminin maupun orang-orang kafir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memulai dakwah di kota Makkah saat tidak ada seorang pun beriman kepada beliau. Penentangan kaumnya bahkan muncul dari kerabat dekat beliau, seperti Abu Lahab. Berbagai makar dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk memadamkan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, beberapa kali mereka berupaya membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan perencanaan yang sangat matang. Kita tidak lupa upaya Quraisy membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelang hijrah, tidak lupa pula upaya bani Nadhir membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau berkunjung, termasuk upaya Yahudi meracuni beliau seusai Perang Khaibar.
Adakah makar mereka yang mampu memadamkan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berhasil? Tidak ada satu makar pun berhasil menimpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak pula makar mereka memudaratkan dakwah Islam…. Cukuplah semua ini sebagai bukti atau mukjizat yang menunjukkan kebenaran dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berupa penjagaan Allah Subhanahu wata’ala ini ditunjukkan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (al-Maidah: 67)
Tentang turunnya ayat ini, Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,
سَهَرَ رَسُولُ اللهِ رَسُولَ اللهِ، ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَقُلْتُ: يَا مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ: أَ رَجُلٌ صَالِحٌ يَحْرُسُنَا اللَّيْلَةَ؟ فَقَالَتْ: بَيْنَمَا نَحْنُ فِي ذَلِكَ قَالَ سَمِعْتُ صَوْتَ السِّلاَحِ، فَقَالَ: مَنْ هَذَا؟ سَعْدٌ وَحُذَيْفَةُ، جِئْنَا نَحْرُسُكَ. فَنَامَ رَسُولُ اللهِ حَتَّى سَمِعْتُ غَطِيطَهُ، وَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ,فَأَخْرَجَ رَسُولُ اللهِ رَأْسَهُ مِنْ قُبَّةِ أُدْمٍ، وَقَالَ: انْصَرِفُوا يَا أَيُّهَا النَّاسُ فَقَدْ عَصَمَنِيَ اللَّهُ
Suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak tidur hingga larut. Berkatalah Aisyah, “Wahai Rasulullah, apa yang terjadi kepadamu?” Beliau menjawab, “Adakah seorang lelaki saleh menjaga kita malam ini?” Tiba-tiba kami mendengar suara senjata (mendekat). Rasulullah bertanya, “Siapa itu?” “Sa’d dan Hudzaifah, kami datang untuk menjagamu.” Tidurlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga aku mendengar beliau mendengkur. Kemudian turunlah ayat ini. Seketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluarkan kepala beliau dari tenda yang terbuat dari kulit dan bersabda, “Pulanglah kalian, wahai manusia, sungguh Allah Subhanahu wata’ala menjagaku.”
Mukjizat Berupa Doa-Doa yang Terkabulkan
Inilah salah satu tanda kenabian, mukjizat yang disaksikan kaum mukminin, bahkan musuh-musuh Allah Subhanahu wata’ala. Doadoa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam terkabul. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, “Kekeringan pernah melanda di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Suatu saat, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di hari Jumat, datang seorang Arab gunung dari arah yang menghadap mimbar, dari pintu yang menghadap ke arah Darul Qadha (rumah pelunasan).”
Dia berkata, “Wahai Rasulullah, harta benda binasa, keluarga kelaparan, kuda-kuda, kambing-kambing, ternakternak binasa, jalan-jalan pun terputus, berdoalah kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk kami agar Dia menurunkan hujan.” (Anas radhiyallahu ‘anhu berkata), “Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangan beliau berdoa, hingga saya bisa melihat putih ketiaknya,
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا
‘Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.’
Orang-orang pun mengangkat tangan mereka, berdoa bersama beliau’.” “Demi Allah, kami sama sekali tidak melihat segumpal awan pun di langit, tidak pula pelangi. Sungguh, langit ketika itu bersih seperti kaca.” Anas berkata, “Lalu dari balik Gungung Sala’ muncul awan seperti perisai. Ketika sampai ke tengah-tengah langit, awan itu menyebar, kemudian turun hujan. Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, belum lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menurunkan kedua tangannya—saat berdoa—datanglah awan berbondong seperti gunung. Tidaklah beliau turun dari mimbar kecuali hujan telah turun dengan lebat hingga air hujan berjatuhan dari jenggot Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Dalam satu riwayat: … lalu kami keluar, berjalan dalam genangan air hingga kami tiba di rumah (karena begitu lebatnya hujan). Hampir-hampir seseorang tidak dapat sampai ke rumahnya.” (Kota Madinah) dituruni hujan di hari itu, esoknya, esok lusa, dan hari-hari selanjutnya sampai hari Jumat berikutnya tanpa henti. Jalan-jalan kota Madinah pun penuh air.”
Anas radhiyallahu ‘anhu selanjutnya berkata, “Demi Allah, kami tidak melihat matahari selama enam hari.” Jumat berikutnya, seorang badui yang dahulu atau badui lainnya datang ke masjid dari pintu yang sama. Ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga sedang berkhutbah. Dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, rumahrumah roboh, jalan-jalan terputus, dan binatang-binatang ternak binasa, para musafir tidak dapat bepergian, jalan-jalan terhalang, harta benda pun tenggelam. Berdoalah kepada Allah Subhanahu wata’ala agar menahan hujan itu untuk kami.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum, kemudian mengangkat kedua tangan beliau dan berdoa, ‘Ya Allah, (hujanilah) sekeliling kami, namun jangan atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan di atas puncak-puncak gunung dan dataran tinggi, di perut-perut lembah dan tempattempat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan.’
Tidaklah beliau menunjukkan kedua tangan beliau ke suatu awan kecuali awan tersebut terbelah seperti lubang bulat yang luas, terbelah seperti terbelahnya kain.” Anas berkata, “Saya lihat awan menyingkir di sekitar Madinah ke kanan dan ke kiri seperti kumpulan kambing. Turunlah hujan di sekeliling kami, tetapi tidak diturunkan sedikit pun di dalam kota Madinah. Akhirnya, kami dapat keluar dan berjalan di bawah sinar matahari.” Allah Subhanahu wata’ala menampakkan kepada manusia mukjizat Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengabulkan doanya. Lembah Qanah mengalir selama sebulan. Tidak ada seorang pun dari suatu daerah kecuali ia menceritakan hujan lebat (di kota Madinah tahun itu.)
Pohon Kurma Berbuah Seketika
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sewaktu ayahku meninggal, ia masih mempunyai utang yang banyak. Kemudian, aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melaporkan kepada beliau mengenai utang ayahku. Aku berkata kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, ayahku telah meninggalkan banyak utang. Aku sendiri sudah tidak mempunyai apa-apa lagi selain yang keluar dari pohon kurma. Akan tetapi, pohon kurma itu sudah dua tahun tidak berbuah.’ Hal ini sengaja aku sampaikan kepada Rasulullah agar orang yang memiliki piutang tersebut tidak berbuat buruk kepadaku.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajakku pergi ke kebun kurma. Sesampainya di sana beliau mengitari pohon kurmaku yang dilanjutkan dengan berdoa. Setelah itu beliau duduk seraya berkata kepadaku, ‘Ambillah buahnya.’ Mendengar perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, aku langsung memanjat pohon kurma untuk memetik buahnya yang tiba-tiba berbuah. Buah kurma itu kupetik sampai cukup jumlahnya untuk menutupi utang ayahku, bahkan lebih.” (HR. al-Bukhari juz 4 no. 780)
Kambing Muda Mengeluarkan Air Susu
Inilah kisah masuk Islamnya Abdullah bin Mas’ud al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu. Beliau menyaksikan sebuah mukjizat. Berikut ini kisah beliau. Ketika itu aku masih muda belia. Aku sedang menggembalakan kambingkambing milik ‘Uqbah bin Abi Mu’aith di Makkah. Ketika itu datang kepadaku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Keduanya menghindar dari kaum musyrikin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai anak muda, adakah susu segar untuk kami minum?” Aku menjawab, “Aku orang yang mendapatkan amanat. Aku tidak mungkin memberi minum kamu berdua.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda, “Adakah di antara kambing-kambing ini jadza’ah, yang belum dikawini pejantan?” Aku katakan, “Ya, ada.” Aku pun membawa kambing betina yang dimaksud. Abu Bakr memeganginya sementara Rasulullah n memegang perut kambing dan berdoa. Tiba-tiba besarlah kantung susu kambing tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerahnya dan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu menampung susu pada sebuah piring batu. Beliau pun minum, disusul oleh Abu Bakr. Keduanya lalu memberiku minum susu segar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada kantung susu, “Kempislah!” Kembalilah ia seperti semula. Beberapa waktu kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku meminta kepada beliau, ‘Ajarilah aku bacaan yang indah itu—yakni al-Qur’an.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sungguh, engkau orang yang terpelajar.’ Aku pun mengambil dari mulut beliau tujuh puluh surat….” (HR. Ahmad dan Abu Dawud ath-Thayalisi)
Mukjizat Berupa Makanan dan Minuman yang Bertambah Banyak
Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuberkata, “Semasa parit Khandaq digali, aku melihat Rasulullah n dalam keadaan sangat lapar—bahkan disebutkan dalam riwayat, beliau mengganjal perut beliau dengan batu. Aku segera kembali ke rumahku dan bertanya kepada istriku, ‘Apakah engkau memiliki sesuatu untuk disuguhkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam? Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat lapar.’ Istriku mengeluarkan sebuah wadah yang berisi satu cupak gandum. Kami juga mempunyai seekor anak kambing dan beberapa ekor ayam. Aku lalu menyembelihnya, sementara istriku menumbuk gandum. Kami sama-sama selesai, kemudian aku memotong-motong anak kambing itu dan memasukkannya ke dalam kuali.
Setelah dirasa cukup, aku bersiap pergi memberi tahu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Istriku berpesan, ‘Jangan engkau permalukan aku di hadapan Rasulullah dan orangorang yang bersamanya.’ Aku menghampiri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berbisik kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, kami telah menyembelih anak kambing kami. Istriku juga telah menumbuk satu cupak gandum yang ada pada kami. Karena itu, kami menjemput Anda dan beberapa orang bersamamu.’ Demikian Jabir berbisik. Undangan hanya tertuju untuk Rasulullah n dan beberapa sahabat, mengingat sedikitnya makanan yang dipersiapkan. Tiba-tiba—di luar dugaan Jabir— RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallamn berseru, ‘Wahai penggali Khandaq! Jabir telah membuat makanan untuk kalian.
Kalian semua dipersilakan ke rumahnya.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata kepadaku, ‘Jangan engkau turunkan kualimu dan jangan engkau buat roti adonanmu sebelum aku datang.’ Aku pun datang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendahului orang lain. Aku menemui istriku. Dia marah kepadaku dan berkata, ‘Ini semua karenamu.’ Aku berkata, ‘Aku telah sampaikan semua pesanmu itu.’ Istriku mengeluarkan adonan roti tersebut, Rasulullah n meludahinya dan mendoakan keberkahannya.
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menuju ke kuali kami lalu meludahinya dan mendoakan keberkahannya. Setelah itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sekarang panggillah pembuat roti untuk membantumu dan cedoklah dari kualimu, tetapi jangan engkau turunkan.’ Ternyata kaum muslimin yang datang sebanyak seribu orang. Aku bersumpah, demi Allah, mereka semua dapat memakannya hingga kenyang dan pulang. Sementara itu, kuali kami masih mendidih seperti sediakala. Demikian juga adonan roti itu masih tetap seperti asalnya.” (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, kitab Minuman)
Menyembuhkan Penyakit dengan Izin Allah Subhanahu wata’ala
Telah kita lalui kisah mata Qatadah bin an-Nu’man radhiyallahu ‘anhu yang tercongkel di Perang Uhud. Allah Subhanahu wata’ala menyembuhkan matanya dengan mukjizat yang DiaS ubhanahu wata’ala tampakkan bagi Rasul dan kekasih- Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Bukhari meriwayatkan dari Yazid bin Abu Ubaid, ia berkata, “Aku melihat bekas luka tersayat di betis Salamah bin al-Akwa.” Aku bertanya, “Luka apa ini?” “Aku terluka pada Perang Khaibar,” jawabnya. Selanjutnya ia pergi kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lalu meniup luka tiga kali tiupan dan aku tidak lagi merasakan sakit. Di antara penyakit yang sembuh melalui mukjizat yang Allah Subhanahu wata’ala tampakkan kepada Rasul dan Kekasih-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah luka bakar yang menimpa sahabat kecil, Muhammad bin Hathib radhiyallahu ‘anhu. Al-Imam adz-Dzahabi rahimahumallah meriwayatkan dalam Siyar A’lamun Nubala, dari Simak bin Harb dari Muhammad bin Hathib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
تَنَاوَلْتُ قِدْرًا، فَاحْتَرَقَتْ يَدِي ، فَانْطَلَقَتْ بِي أُمِّي إِلَى رَجُلٍ جَالِسٍ، فَقَالَتْ لَهُ: يَا رَسُول اللهِ، وَأَدْنَتْنِي مِنْهُ، فَجَعَلَ يَنْفُثُ، وَيَتَكَلَّمُ بِكَ مَالٍ أَدْرِي مَا هُوَ، فَسَأَلْتُ أُمِّي بَعْدَ ذَلِكَ مَا كَانَ يَقُولُ. قَالَتْ: كَانَ يَقُولُ: أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ
Pernah aku mengambil periuk hingga terbakarlah tanganku. (Aku teringat), ibuku kemudian membawaku kepada seorang yang sedang duduk. Ibu berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah,” dan mendekatkanku kepada beliau. Lalu beliau meniup lukaku dengan mengucapkan kalimat yang aku tidak tahu (saat itu). Aku lalu bertanya pada ibu, apa yang dahulu Rasulullah n baca? Ibuku menjawab, “Dahulu beliau membaca,
أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ
‘Jauhkan (hilangkanlah) lah penyakit ini, wahai Rabb sekalian manusia, sembuhkanlah karena Engkaulah yang mampu menyembuhkan, tidak ada yang menyembuhkan kecuali Engkau’.”
Dalam riwayat an-Nasai, Muhammad bin Hathib berkata, “Aku pun menjadi sehat, tidak merasakan apa-apa.” (HR. an-Nasai)
Kisah lain diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, al-Baihaqi, ath- Thabarani, dan Abu Nuaim dari jalan Sulaiman bin Amru bin al-Ash, dari ibunya, ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu Jamrah Aqabah. Beliau melempar batu dan orang-orang pun melakukannya. Setelah selesai Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali, tiba-tiba ada seorang perempuan membawa anaknya yang bisu datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini anakku yang sedang mendapat bala. Ia tidak bisa berbicara.’ Baginda n meminta sebuah bejana yang dibuat dari batu yang berisi air. Setelah itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memegangnya, meludahinya, dan berdoa. Beliau ulangi sekali lagi dan menyuruh agar air itu diminumkan kepada anak perempuan itu. Akhirnya anak itu sembuh, malah menjadi lebih baik daripada yang lainnya.”
Hewan dan Pepohonan Memberikan Persaksian Kerasulan
Suatu hari seorang penggembala Yahudi menggembalakan kambingkambingnya. Di tengah kesibukannya, datang serigala memangsa seekor kambing. Penggembala mengejar serigala hingga berhasil merebut kambing yang dimangsanya. Setelah gagal memangsa, sang serigala duduk di atas ekornya. Sambil menatap penggembala, tiba-tiba ia berkata seperti layaknya manusia, “Wahai penggembala, tidakkah kamu takut kepada Allah Subhanahu wata’ala? Kamu telah merebut rezekiku yang Allah Subhanahu wata’ala berikan untukku?” Penggembala berkata, “Menakjubkan, serigala berbicara seperti manusia!”
Sang serigala berkata, “Maukah kukabarkan kepadamu yang lebih menakjubkan dari ini? Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tinggal di Yatsrib (Madinah), ia mengabarkan kepada manusia beritaberita (gaib) dari umat-umat terdahulu.” Sambil menggiring kambingkambingnya, bergegas sang penggembala menuju Madinah untuk bersua dengan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang dikabarkan oleh serigala. Setibanya di Madinah ia ceritakan semua kejadian kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Waktu itu para sahabat tengah berkumpul. Mendengar cerita penggembala, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun membenarkannya lalu bersabda, “Ini adalah tanda dari tanda-tanda kiamat….”
Kisah menakjubkan ini diceritakan Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan Ahmad dalam al-Musnad (3/83—84).
Ibnu Katsir rahimahumallah berkata, “Sanad hadits ini sesuai dengan syarat al- Imam Muslim rahimahumallah dan al-Baihaqi rahimahumallah menyatakannya sahih.” Sanadnya juga dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah (1/241—242 no. 122). Adapun hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh Ahmad Syakir dalam Musnad Imam Ahmad (no. 8049 dengan tahqiq beliau).
Allah Mahakuasa menjadikan hewan berbicara, sebagaimana halnya Mahakuasa menjadikan kita semua berbicara. Di hari kiamat, kulit-kulit manusia akan berbicara sebagai saksi atas perbuatan mereka. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوا أَنطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ () وَمَا كُنتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَن يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِن ظَنَنتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِّمَّا تَعْمَلُونَ
Mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.” (al- Fushshilat: 21—22)
Demikianlah persaksian seekor serigala. Adapun persaksian pepohonan ada beberapa kejadian, di antaranya sebagai berikut.
Suatu saat seorang Arab badui mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Hai orang Arab dusun, engkau akan pergi ke mana?” Dia menjawab, “Pulang ke rumah.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah engkau ingin kebaikan?” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Kebaikan apa?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan aku adalah Rasul-Nya.” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Siapa yang menjadi saksi atas apa yang engkau katakan?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pohon ini.” Beliau bersabda begitu sambil menunjuk ke arah salah satu pohon di tepi lembah. Kemudian pohon tersebut berjalan hingga berdiri di depan beliau.
Beliau meminta pohon tersebut bersaksi hingga tiga kali, dan pohon tersebut pun bersaksi seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dikisahkan pula oleh Ibnu Abbas bahwa seorang Arab Badui datang kepada Muhammad dan berkata, “Bagaimana aku bisa tahu bahwa engkau seorang nabi?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Dengan kesaksian pohon kurma itu bahwa saya adalah Rasul Allah.” Sang Badui menyetujuinya. Rasul kemudian memanggil pohon kurma itu, spontan pohon itu bergerak menghampiri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu merunduk di hadapannya. Setelah itu, Rasul menyuruh pohon tersebut untuk kembali lalu ia pun kembali ke tempatnya. Si Arab Badui memeluk Islam saat itu, di tempat itu juga. Demikian diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.
Mukjizat Dibelahnya Dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
Dibelahnya dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam terjadi di masa kecil beliau dan setelah beliau diangkat menjadi rasul. Apa yang dikisahkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu sebagaimana dalam Shahih Muslim terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berusia sekitar empat tahun. Saat itu beliau berada di perkampungan bani Sa’d ketika masa susuan kepada Halimah as-Sa’diyah. Peristiwa ini menjadi sebab beliau dikembalikan kepada Aminah. Peristiwa pembelahan dada beliau terulang kembali 50 tahun kemudian saat beliau di-isra’-kan, sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat-riwayat yang sahih.
Beberapa berita tentang mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah kita lalui. Kewajiban kita adalah meyakini berita-berita yang sahih tentang mukjizat walaupun segala kejadian tersebut menyelisihi kebiasaan hukum alam yang berlaku. Termasuk mukjizat terakhir yang baru kita baca, dibelahnya dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahumallah berkata, “Semua berita tentang dibelahnya dada dan dikeluarkannya jantung serta berita-berita (mukjizat lain) yang menakjubkan dan di luar kebiasaan, wajib kita terima (yakini) tanpa mencoba-coba (mengingkarinya) dengan memalingkannya dari hakikatnya. (Kita wajib mengimaninya) karena semua itu mungkin dan tidak mustahil di hadapan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala.”
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.