Asysyariah
Asysyariah

mewakafkan harta lebih dari setengah

4 tahun yang lalu
baca 2 menit
Mewakafkan Harta Lebih dari Setengah
Pertanyaan:

Bolehkah kita mewakafkan harta miliki saya lebih dari setengahnya, dalam keadaan tidak sakit? Apakah harus dengan persetujuan anak-anak saya?

Jawaban:

Tidak ada batasan minimal ataupun maksimal dari harta yang dia miliki untuk disedekahkan, diinfakkan, atau diwakafkan.

Jadi, seseorang boleh bersedekah seberapa pun dari hartanya, selama yang bersangkutan tidak memudaratkan dirinya dan orang-orang yang wajib dia nafkahi, dia juga dalam kondisi sehat. Selain itu, dia juga optimis bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.

Baca juga: Bersedekahlah

Ibnu Umar radhiallahu anhuma mengisahkan tentang ayahnya, Umar bin al-Khaththab,

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّدَقَةِ، فَقَالَ عُمَرُ: وَعِنْدِي مَالٌ كَثِيرٌ، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَأَفْضُلَنَّ أَبَا بَكْرٍ. قَالَ: فَأَخَذْتُ ذَلِكَ الْمَالَ وَتَرَكْتُ لِأَهْلِي نِصْفَهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عُمَرُ، إِنَّ هَذَا مَالٌ كَثِيرٌ، فَمَا تَرَكْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: قُلْتُ نِصْفَهُ. قَالَ: وَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ بِمَالٍ كَثِيرٍ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، إِنَّ هَذَا مَالٌ كَثِيرٌ، فَمَا تَرَكْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: اللَّهَ وَرَسُولَهُ.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memerintahkan untuk bersedekah. Umar radhiallahu anhu berkata, “Aku memiliki harta yang banyak. Demi Allah, aku akan mengalahkan Abu Bakr.”

Umar melanjutkan, “Aku ambil harta tersebut dan aku sisakan separuhnya untuk keluargaku. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Umar, sungguh, ini harta yang sangat banyak. Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?’

Aku menjawab, ‘Aku sisakan separuhnya’.”

Umar mengisahkan lagi, “Kemudian Abu Bakr datang membawa harta yang banyak. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu bertanya, ‘Wahai Abu Bakr, sungguh, ini harta yang sangat banyak. Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?’

Abu Bakr menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya’.” (HR. Ahmad dalam kitab Fadhail ash-Shahabah 1/360 no. 537 dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani)

Baca juga: Menyikapi Nikmat Dunia Sebagai Ujian

Persetujuan pihak keluarga atau anak-anak bukanlah syarat. Akan tetapi, tentu saja akan lebih baik jika dimusyawarahkan dengan mereka terlebih dahulu.

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)