Satu kebiasaan yang ringan tetapi bisa jadi jarang diterapkan di tengah keluarga adalah menyebarkan salam. Padahal, banyak buah kebaikan yang bisa dipetik dari ucapan yang mengandung muatan doa ini.
Salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat muslim adalah menyebarkan salam. Dengannya, akan tumbuh rasa saling cinta di antara mereka, biarpun tidak saling mengenal.
Betapa banyak kita temui anjuran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada kita untuk menyebarkan salam. Abu Hurairah radhiallahu anhu menyampaikan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.”
Beliau ditanya, “Apa saja, wahai Rasulullah?”
Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya. Apabila dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia[1]. Jika dia sakit, jenguklah dia; dan jika dia meninggal, iringilah jenazahnya.” (HR. al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)
Baca juga: Arti Salam bagi Seorang Muslim
Abu Hurairah radhiallahu anhu juga menyampaikan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Sementara itu, tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjuki kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan, dalam hadits ini terdapat anjuran kuat untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. (Syarh Shahih Muslim, 2/35)
Beliau juga menjelaskan bahwa ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam, semakin kokoh kedekatan di antara kaum muslimin. Akan tampak pula syiar mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, menyebarkan salam juga akan melatih jiwa untuk senantiasa berendah hati dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya. (Syarh Shahih Muslim, 2/35)
Al-Bara bin Azib radhiallahu anhu menukilkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
أَفْشُوا السَّلاَمَ تَسْلَمُوا
“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.” (HR. Ahmad. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini hasan dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 604)
Maksud hadits di atas, kalian akan selamat dari sikap saling menjauh dan pemutusan hubungan. Selain itu, rasa saling cinta di antara kalian akan langgeng. Hati kalian pun akan bersatu dan permusuhan serta pertikaian akan hilang. (Faidhul Qadir, 2/22)
Baca juga: Mengucapkan Salam dengan Melambaikan Tangan
Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,
اعْبُدُوا الرَّحْمَنَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَأَفْشُوا السَّلاَمَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِالسَّلاَمِ
“Ibadahilah ar-Rahman, berikan makanan, dan sebarkan salam, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan selamat.” (HR. at-Tirmidzi no. 1855. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini sahih dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi)
Banyak nukilan ucapan para salafus saleh yang menunjukkan keutamaan mengucapkan salam. Di antaranya ialah ucapan Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu,
إِنَّ السَّلاَمَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَضَعَهُ اللهُ فِي الْأَرْضِ، فَأَفْشُوهُ بَيْنَكُمْ، إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ، لِأَنَّهُ ذَكَّرَهُمُ السَّلاَمَ، وَإِنْ لَمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ وَأَطْيَبُ
“Sesungguhnya, as-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah letakkan di bumi. Maka dari itu, sebarkanlah salam di antara kalian. Sesungguhnya, apabila seseorang mengucapkan salam kepada suatu kaumlalu mereka menjawab salamnya, dia memiliki keutamaan derajat di atas mereka karena dia telah mengingatkan mereka dengan salam. Apabila salamnya tidak dijawab, akan dijawab oleh makhluk yang lebih baik darinya.” (Riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad. Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 793 mengatakan bahwa riwayat ini sahih secara mauquf dan sahih secara marfu’)
Abu Hurairah radhiallahu anhu pernah mengatakan,
أَبْخَلُ النَّاسِ الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلاَمِ
“Orang yang paling bakhil adalah yang bakhil mengucapkan salam.” (Riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 795 bahwa riwayat ini sahih secara mauquf dan sahih secara marfu’)
Baca juga: Memulai Salam kepada Orang yang Belum Diketahui Agamanya
Setelah mengetahui keutamaan dan penting amalan ini dalam kehidupan masyarakat muslimin, tentu tak layak apabila kita remehkan. Lebih-lebih, berkaitan dengan pendidikan anak-anak kita. Sejak dini, mestinya mereka dikenalkan dan dibiasakan dengan ucapan salam sebagaimana yang diajarkan oleh syariat ini.
Bagaimana mungkin akan kita biarkan anak-anak kita saling mengucapkan salam atau melontarkan sapaan dengan ucapan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? Atau, bahkan mengadopsi dari kebiasaan orang-orang kafir? Betapa banyak kaum muslimin yang masih membiasakan anak-anak mereka ketika berpisah melambaikan tangan sambil mengatakan, “Daaah!” Atau, ketika bertemu dengan anak-anaknya dia menyapa, “Halo, Sayang!” Begitu pula si anak akan menjawab, “Halo, Papa! Halo, Mama!”
Betapa banyak hal itu terjadi. Masih banyak pula gambaran yang lain. Sementara itu, contoh yang begitu gamblang kita dapatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau biasa menyapa dan menyampaikan salam kepada anak-anak para sahabat.
Anas bin Malik radhiallahu anhu—pelayan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menghabiskan masa kecilnya dalam bimbingan beliau—menceritakan,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bertemu dengan anak-anak kecil, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Muslim no. 2168)
Baca juga: Meneladani Akhlak Nabi
Peristiwa yang disaksikan oleh Anas bin Malik radhiallahu anhu ini membekas dalam dirinya sehingga Anas pun melakukannya. Tsabit al-Bunani rahimahullah meriwayatkan bahwa dia pernah berjalan bersama Anas bin Malik radhiallahu anhu melewati anak-anak kecil. Anas lalu mengucapkan salam kepada mereka dan mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ
“Nabi shallallahu alaihi wa sallam dahulu biasa melakukannya.” (HR. al-Bukhari no. 6247 dan Muslim no. 2168)
Perbuatan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini diikuti pula oleh sahabat yang lainnya. Anbasah bin Ammar rahimahullah menceritakan,
رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يُسَلِّمُ عَلَى الصِّبْيَانِ فِي الكُتَّابِ
“Aku pernah melihat Ibnu Umar memberi salam kepada anak-anak kecil di kuttab[2].” (Riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad. Syaikh al-Albani rahimahullah menyatakan dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 797 bahwa sanadnya sahih)
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu di atas, “Hadits ini menunjukkan disenanginya memberi salam kepada anak-anak yang berusia tamyiz.” (Syarh Shahih Muslim, 14/148)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menukilkan penjelasan Ibnu Baththal rahimahullah, “Memberi salam kepada anak-anak mengandung pendidikan terhadap adab-adab syariat. Di dalamnya terkandung pula sikap menjauhi kesombongan pada diri orang-orang yang besar, perilaku tawadhu, dan lemah-lembut kepada orang-orang di sekitar.” (Fathul Bari, 11/40—41)
Ketika menyampaikan salam, hendaknya seseorang memperdengarkan ucapan salamnya. Tsabit bin Ubaid rahimahullah meriwayatkan,
أَتَيْتُ مَجْلِسًا فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ فَقَالَ: إِذَا سَلَّمْتَ فَأَسْمِعْ، فَإِنَّهَا تَحِيَّةٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةٌ طَيِّبَةٌ
Aku pernah mendatangi suatu majelis yang di situ ada Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma. Beliau berkata, “Apabila engkau mengucapkan salam, perdengarkan ucapanmu. Sebab, ucapan salam adalah penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan.” (Riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad. Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 769 mengatakan bahwa sanadnya sahih)
Anak-anak sudah semestinya dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika datang dan pergi. Mereka juga perlu mengetahui ucapan salam yang lebih utama. Seseorang yang mengucapkan salam dengan sempurna tentu memiliki keutamaan.
Abu Hurairah radhiallahu anhu menceritakan,
إِنَّ رَجُلاً مَرَّ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي مَجْلِسٍ، فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالَ: عَشْرَ حَسَنَاتٍ. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ، فَقَالَ: عِشْرُوْنَ حَسَنَةً. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ: ثَلاَثُونَ حَسَنَةً. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ وَلَمْ يُسَلِّمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ: مَا أَوْشَكَ مَا نَسِيَ صَاحِبُكُمْ، إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْمَجْلِسَ فَلْيُسَلِّمْ، فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، وَإِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ، مَا الْأُوْلَى بِأَحَقَّ مِنَ الْآخِرَةِ
Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang saat itu sedang berada di suatu majelis. Orang itu berkata, “Assalamu alaikum.”
Beliau pun bersabda, “Dia mendapat sepuluh kebaikan.”
Datang lagi seorang yang lain, lalu berkata, “Assalamu alaikum warahmatullahi.”
Beliau bersabda, “Dia mendapat dua puluh kebaikan.”
Ada seorang lagi yang datang, lalu mengatakan, “Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
Beliau pun bersabda, “Dia mendapat tiga puluh kebaikan.”
Kemudian, ada seseorang yang bangkit meninggalkan majelis tanpa mengucapkan salam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun mengatakan, “Betapa cepatnya teman kalian itu lupa. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi suatu majelis, hendaknya dia mengucapkan salam. Apabila ingin duduk, hendaknya dia duduk. Apabila dia pergi meninggalkan majelis, hendaknya mengucapkan salam. Tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada salam yang akhir.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad. Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 757 menilainya sahih)
Hendaknya anak-anak diajari pula agar memberi salam kepada orang yang lebih tua. Demikian yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abu Hurairah radhiallahu anhu menukilkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلَى الْكَبِيْرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ
“Yang kecil memberi salam kepada yang besar, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.” (HR. al-Bukhari no.6234 dan Muslim no. 2160)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menukilkan ucapan Ibnu Baththal rahimahullah, “Pemberian salam orang yang lebih muda (kepada yang lebih tua, –pent.) disebabkan hak orang yang lebih tua. Karena itu, orang yang lebih muda diperintahkan untuk memuliakannya dan bersikap rendah hati kepadanya.” (Fathul Bari, 11/22)
Hal yang tak patut ketinggalan dalam pembiasaan salam adalah mengucapkan salam ketika masuk rumah. Allah azza wa jalla berfirman,
فَإِذَا دَخَلۡتُم بُيُوتًا فَسَلِّمُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ تَحِيَّةً مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُبَٰرَكَةً طَيِّبَةًۚ
“Apabila kalian memasuki rumah, ucapkanlah salam bagi diri kalian sebagai penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan.” (an-Nur: 61)
Makna ayat di atas mencakup rumah miliknya dan rumah orang lain, baik di rumah itu ada orang maupun tidak.
Makna firman Allah subhanahu wa ta’ala, “… ucapkanlah salam bagi diri kalian,” ialah seseorang hendaknya mengucapkan salam kepada yang lain. Sebab, kaum muslimin itu bagaikan satu individu, dari sisi saling cinta dan saling menyayangi serta mengasihi di antara mereka. Jadi, ucapan salam disyariatkan ketika memasuki semua rumah, tanpa dibedakan rumah yang satu dengan yang lain. (Taisirul Karimir Rahman, hlm. 575)
Mujahid dan Qatadah menjelaskan, “Apabila engkau masuk rumah untuk menemui keluargamu, ucapkanlah salam kepada mereka. Apabila engkau masuk rumah yang tak berpenghuni, ucapkanlah,
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
ASSALAAMU’ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/431)
Baca juga: Hukum Menjawab Salam ketika Sedang Membaca Al-Qur’an
Ini perlu dibiasakan pada anak-anak. Sebab, orang yang masuk rumah dengan mengucapkan salam memiliki keutamaan. Abu Umamah al-Bahili radhiallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ … (مِنْهَا) وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Ada tiga orang yang mendapat jaminan dari Allah azza wa jalla, … (di antaranya) seseorang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, dia mendapatkan jaminan dari Allah azza wa jalla.” (HR. Abu Dawud no. 2494. Syaikh al-Albani rahimahullah menilainya sahih dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
Anak-anak perlu diajari pula cara menjawab salam sesuai dengan tuntunan syariat. Allah azza wa jalla memerintahkan,
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ
“Dan apabila kalian diucapkan salam penghormatan, balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa) ….” (an-Nisa: 86)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Apabila seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian, balaslah dengan ucapan salam yang lebih utama daripada yang dia ucapkan, atau balaslah sebagaimana yang dia ucapkan. Jadi, membalas salam dengan menambah ucapan salam hukumnya sunnah, sedankan membalas dengan ucapan yang sama hukumnya wajib.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/269)
Demikian yang semestinya dilakukan oleh setiap orang tua dalam menanamkan kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh pengajar yang mendidik anak-anak. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberikan nasihat, “Apabila seorang pengajar memasuki kelas, hendaknya dia mengucapkan salam dengan mengatakan assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hendaknya pula dia mengetahui bahwa ini adalah perilaku Islami yang agung, yang memperkuat ikatan cinta dan kepercayaan di antara murid, serta antara pengajar dan muridnya.”
Beliau menambahkan, “Tidak sepantasnya mengucapkan salam dengan kalimat ‘elamat pagi’ atau ‘selamat sore’. Namun, tidak mengapa, setelah memberikan salam, dia mengucapkan perkataan itu dengan sedikit perubahan. Misalnya, ‘Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu pagi ini,’ sehingga ucapan itu mengandung makna doa ….” (Nida` ilal Murabbiyin wal Murabbiyat, hlm. 17)
Baca juga: Mengucapkan Salam kepada Ahli Kitab
Inilah tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara kaum muslimin. Tentu saja, kita harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagai gantinya, kita menghidupkan sunnah yang sedemikian benderang ini dalam kehidupan kita dan anak-anak kita.
Wallahu a’lam bish-shawab.
[1] Dengan mengucapkan yarhamukallah.
[2] Kuttab adalah tempat anak-anak belajar membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an.