Pertanyaan:
Apakah kita boleh membangunkan saudara atau temen untuk shalat malam/tahajud (misal melalui pesan di media sosial)? Apakah itu termasuk riya?
Wallahu a’lam. Bisa jadi, ada benarnya dari satu sisi. Namun, tidak bisa dipahami bahwa secara mutlak tidak boleh membangunkan orang lain dengan alasan khawatir riya. Sebab, nyatanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membangunkan istri dan menantu beliau untuk shalat malam.
Baca juga: Pengaruh Orang Tua Terhadap Anak
Dikisahkan bahwa suatu ketika Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dan Fathimah bintu Rasulillah radhiallahu anha hendak tidur. Tiba-tiba Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengetuk pintu sembari berkata kepada keduanya,
أَلاَ تُصَلِّيَانِ؟
“Apakah tidak sebaiknya kalian shalat?” (HR. al-Bukhari no. 1127 sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu)
Baca juga: Shalat Witir yang Afdal
Ada juga hadits,
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ، نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى، نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang pria yang bangun pada malam hari, kemudian shalat dan membangunkan istrinya. Jika sulit dibangunkan, dia percikkan air ke wajah istrinya. Semoga Allah juga merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari, kemudian shalat dan membangunkan suaminya. Jika sulit dibangunkan, dia percikkan air ke wajah suaminya.” (HR. Abu Dawud no. 1308 dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا، أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا، كُتِبَا فِي الذَّاكِرِينَ وَالذَّاكِرَاتِ
“Manakala seorang suami membangunkan istrinya pada malam hari, kemudian keduanya bersama-sama shalat dua rakaat, mereka berdua akan ditulis termasuk dzakirin dan dzakirat (para lelaki dan perempuan yang selalu berzikir).” (HR Abu Dawud no. 1309 dari sahabat Abu Hurairah dan Abu Said al-Khudri radhiallahu anhuma)
Baca juga: Pemimpin Rumah Tangga yang Dirahmati
Ummu Salamah radhiallahu anha berkata,
اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَزِعًا، يَقُولُ: سُبْحَانَ اللَّهِ، مَاذَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الخَزَائِنِ، وَمَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الفِتَنِ، مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الحُجُرَاتِ – يُرِيدُ أَزْوَاجَهُ لِكَيْ يُصَلِّينَ – رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tiba-tiba bangun dari tidurnya pada suatu malam sembari berkata, “Subhanallah, perbendaharaan apa yang telah Allah turunkan? Fitnah apa yang telah turun? Siapa yang mau membangunkan wanita-wanita penghuni kamar (yang beliau maksud adalah para istri beliau, agar mereka shalat)? Banyak wanita berpakaian ketika di dunia, tetapi telanjang di akhirat kelak.” (HR. al-Bukhari no. 7069)
Demikian pula beberapa hadits lain yang menunjukkan ada saatnya seseorang tertuntut untuk membantu saudaranya untuk beribadah di malam hari. Terlebih lagi kalau seseorang memang diminta untuk membangunkan, atau ingin membiasakan anak bangun malam.
Wallahu a’lam bish-shawab.