Kitab Akidah
Dengan penuh rasa syukur, saya berharap agar diberi arahan tentang kitab-kitab yang terbaik dalam masalah akidah dan kitab-kitab yang memerangi kebid’ahan dan khurafat, hingga saya bisa mendapatkannya berapa pun harganya. Semoga dengan mempelajari kitab-kitab tersebut, saya bisa memerangi kebid’ahan dengan izin Allah ‘azza wa jalla, dilandasi hujah yang pasti dan dalil al-Qur’an, atau dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jazakumullah khairan.
Jawab:
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjawab, “Segala puji hanya bagi Allah ‘azza wa jalla yang telah memberimu anugerah berupa mengenal al-haq dan tahu mana yang benar. Kami memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar menambah ilmumu dan menjadikanmu faqih dalam agama-Nya. Semoga Dia mengokohkan kami dan Anda di atas al-haq. Adapun kitab-kitab yang mengajarkan akidah tauhid, alhamdulillah banyak dan mudah. Di antaranya:
Saya nasihatkan agar Anda mendapatkan kitab Majmu’ah at-Tauhid an-Najdiyah. Di dalamnya ada risalah-risalah yang ringkas tentang tauhid dan masalah akidah yang bermanfaat. Karena itu, sepantasnya Anda mencari kumpulan kitab yang diberkahi tersebut.
Demikian pula kitab Syarhu ath-Thahawiyah karya al-Imam al-’Izz ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah, yang merupakan syarah yang berfaedah dan panjang lebar (dari kitab Aqidah ath-Thahawiyah). Kitab ini mencakup bab akidah.
Demikian pula kitab Ighatsah al-Lahafan min Mashaid asy-Syaithan, karya al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Sebab, kitab ini berfaedah dalam hal akidah, berisi peringatan dari kebid’ahan dan peringatan dari penyelisihan (terhadap al-haq). Kitab ini begitu berharga, tidak pantas penuntut ilmu tidak tahu tentangnya.
Demikianlah beberapa kitab yang khusus berbicara tentang akidah.
Adapun kitab-kitab yang khusus membahas tentang bid’ah dan peringatan dari bid’ah, terdapat kitab-kitab yang berfaedah dan mudah, hanya milik Allah-lah segala pujian. Di antaranya,
Inilah kitab-kitab yang mudah. Ada di antaranya yang dibagikan gratis, dan ada pula yang dijual dengan harga murah. Karena itu, semestinya Anda mendapatkannya atau mendapatkan apa yang mudah untuk Anda dapatkan dari beberapa kitab tersebut. Di dalamnya ada kebaikan, insya Allah.
Akan tetapi, di samping itu semua, aku nasihati Anda dan orang-orang semisal Anda agar tidak mencukupkan diri dengan membaca dan memahami sendiri kitab tersebut.
Seharusnya Anda mencari ahli ilmu yang muhaqqiq. Anda baca kitab tersebut di hadapannya agar orang yang berilmu tersebut memberikan penjelasan kepadamu tentang hal yang rumit atau sesuatu yang tidak jelas yang ada di dalamnya, dan dia menerangkan kepadamu al-haq yang ada di dalamnya. Allah ‘azza wa jalla-lah yang memberi taufik.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 1/65—66)
Kitab Tentang Surga dan Neraka
Saya berharap diberikan arahan tentang kitab-kitab yang memberi kabar gembira tentang surga serta kenikmatannya dan kitab-kitab yang memperingatkan dari neraka serta azabnya.
Jawab:
“Yang membahas tentang hal tersebut adalah Kitabullah. Seharusnya Anda membaca al-Qur’anul Azhim dan mentadabburi kandungannya. Dalam al-Qur’an, ada dorongan untuk memeroleh surga dan anjuran melakukan amalan saleh. Di dalamnya ada ancaman yang menakut-nakuti dari neraka dan larangan melakukan perbuatan yang dapat mengantarkan ke neraka.
Al-Qur’an yang agung mengandung janji dan ancaman. Hal ini sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla,
Demikianlah Kami menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau agar al-Qur’an itu membuat peringatan/pelajaran untuk mereka.” (Thaha: 113)
Oleh karena itu, semestinya Anda memperbanyak membaca al-Qur’an al-‘Azhim dengan tadabbur dan berupaya memahami apa yang dituntut oleh al-Qur’an terhadap seorang muslim.
Beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berisi targhib (mendorong/memberikan kabar gembira) dan tarhib (menakut-nakuti/mengancam). Kitab yang membahas tentang hal ini di antaranya at-Targhib wa at-Tarhib karya al-Hafizh al-Mundziri rahimahullah. Kitab ini bernilai tinggi, di dalamnya ada bab tentang targhib dan tarhib. Dibawakan di dalamnya hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pembahasan ini. Semestinya Anda mendapatkannya dan banyak membacanya. Demikian pula kitab Riyadhus Shalihin karya al-Hafizh an-Nawawi rahimahullah.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 1/67—68)
Membaca Surat dalam Shalat dengan Melihat Mushaf
Apakah diperbolehkan membawa mushaf dalam shalat dan membaca dari mushaf tersebut (dengan melihat mushaf), jika orang yang shalat tidak hafal surat yang dibaca? Demikian pula doa, apakah boleh ditulis di kertas dan dibaca di dalam shalat?
Bagaimana cara yang benar lagi berfaedah untuk menghafal al-Qur’an serta aman dari hilangnya hafalan tersebut dari dada ?
Jawab:
“Cara untuk mengokohkan hafalan al-Qur’an dalam dada adalah Anda harus banyak membacanya dan menjaganya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan untuk menjaga al-Qur’an ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الْإِبِلِ ف عُقُلِهَا
“Al-Qur’an itu lebih cepat hilangnya daripada unta yang lepas dari ikatannya.” (HR Muslim)
Anda harus banyak membaca dan mengulang-ulanginya hingga kokoh dalam dada. Sama saja baik dibaca dalam shalat maupun di luar shalat, karena memang tidak ada cara yang efektif untuk menghafal al-Qur’an kecuali dengan dua hal:
Sebab, mengamalkannya akan mengantarkan kepada kokohnya al-Qur’an di dalam kalbu dan terus teringat kepadanya. Ini yang aku pesankan kepada Anda.
Adapun menulis doa-doa di lembaran kertas untuk dibaca dalam shalat, saya memandang agar hal itu tidak dilakukan. Berdoalah dengan doa yang mudah bagi Anda dan yang Anda hafal. Tidak perlu membebani diri dengan menulis dan membacanya pada lembar tertulis, karena hal itu akan menyibukkan Anda dalam shalat.
Membaca al-Qur’an dari mushaf dalam keadaan shalat, jika memang seseorang sama sekali tidak memiliki hafalan al-Qur’an, tidaklah terlarang. Sebagian salaf memberikan keringanan untuk melakukannya. Ini adalah mazhab sekelompok ahlul ilmi. Dengan syarat, orang tersebut memang tidak mampu membaca dari hafalannya dan tidak punya hafalan sama sekali. Atau dia ingin shalat malam, misalnya, dan dia ingin membaca surat al-Qur’an yang banyak atau panjang, padahal dia tidak hafal. Dalam hal ini, tidak ada larangan baginya untuk membaca dari mushaf. Demikian pula dalam shalat tarawih, jika dia tidak hafal al-Qur’an, tidak ada larangan baginya membaca dari mushaf karena adanya kebutuhan.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 1/115)