Benarkah bahwa persendian kita ada sedekahnya, yakni melalui shalat dhuha? Shalat Dhuha bukanlah tujuan agar kita dimudahkan rezekinya?
Dua rakaat shalat Dhuha memiliki keutamaan sendiri, 4 rakaat shalat Dhuha memiliki keutamaan sendiri, 6 rakaat shalat Dhuha memiliki keutamaan sendiri, hingga 12 rakaat shalat Dhuha akan dibangunkan rumah di surga. Benarkah pernyataan ini?
Setiap persendian kita ada sedekahnya, di antaranya melalui shalat Dhuha. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَومٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ: تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُه عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ.
“Setiap persendian manusia itu ada sedekahnya pada setiap hari yang matahari terbit padanya. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang dengan menaikkannya ke atas kendaraannya atau engkau angkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya, itu juga sedekah. Ucapan yang baik adalah sedekah. Setiap langkah yang engkau gerakkan menuju tempat shalat adalah sedekah. Engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. al-Bukhari no. 2989 dan Muslim no. 1009)
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Setiap pagi, persendian masing-masing kalian ada sedekahnya. Tiap-tiap tasbih (bacaan subhanallah) adalah sedekah. Setiap tahmid (bacaan alhamdulillah) adalah sedekah. Setiap tahlil (bacaan laa ilaha illallah) adalah sedekah. Tiap-tiap takbir (bacaaan allahu akbar) adalah sedekah. Setiap amar makruf nahi mungkar adalah sedekah. Semua itu tercukupi dengan dua rakaat (shalat) Dhuha.” (HR. Muslim no. 720)
Shalat Dhuha bukanlah tujuan utama agar Allah memudahkan rezeki kita. Silakan baca artikel berikut:
Melaksanakan Shalat Dhuha Agar Mendapatkan Rezeki.
Dua rakaat shalat Dhuha memiliki keutamaan sendiri, sebagaimana hadits di atas. Adapun tentang keutamaan shalat Dhuha empat rakaat, wallahu a’lam. Hanya saja, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukannya sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiallahu anha,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللهُ
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha empat rakaat dan (terkadang) beliau menambahnya.” (HR. Muslim no. 719)
كَانَ يُصَلِي الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha enam rakaat.” (HR. ad-Daruquthni dari Ali, Anas, Aisyah, dan Jabir radhiallahu anhum; sebagaimana dinukilkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zadul Ma’ad. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini hasan dalam kitab Irwa’ul Ghalil 2/217)
Ummu Hani radhiallahu anha berkata,
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ وَذَلِكَ ضُحًى.
“Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat delapan rakaat dan ketika itu waktu dhuha.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي صَلَاةَ الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha dua belas rakaat.” (HR. al-Hakim dari Aisyah dan Ummu Salamah radhiallahu anhuma)
Keutamaan akan dibangunkan rumah di surga bagi yang menekuni shalat Dhuha dua belas rakaat, disebutkan dalam hadits Ummu Habibah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلهِ كُلَّ يَوْمٍ ثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ—أَوْ إِلَّا بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang hamba yang muslim shalat karena Allah setiap hari sebanyak dua belas rakaat shalat sunnah, bukan wajib, kecuali akan dibangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)
Namun, hadits ini sepertinya untuk keutamaan shalat sunnah rawatib (qabliyah atau ba’diyah). Hal ini sebagaiman riwayat yang lain dari Ummu Habibah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ: أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ
“Barang siapa shalat dalam sehari semalam dua belas rakaat, niscaya akan dibangunkan untuknya rumah di surga, yaitu empat rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah Magrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum Subuh.” (HR. at-Tirmidzi)
Wallahu a’lam bish-shawab.