Pertanyaan:
Saya seorang akhwat muslimah yang terkadang merasa iri terhadap teman yang sudah bekerja. Saat ini saya sedang berdagang. Terkadang muncul keinginan untuk bekerja di kantor. Dahulu saya sering melamar kerja ke perusahaan dan qadarullah sering tidak lolos. Apalagi jika sedang kumpul keluarga dan ditanya kerja di mana, saya sering merasa minder. Saya jadi sering malas jika diajak kumpul keluarga. Saya minta nasihatnya akan hal ini.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيًۡٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah: 216)
Jika ayat ini direnungi dengan baik, insya Allah perasaan minder dan iri akan segera terobati. Seorang wanita muslimah yang bertakwa dan menyadari kapasitasnya sebagai seorang wanita, tidak sepantasnya memiliki keinginan bekerja di perkantoran perusahaan, yang keumumannya berpotensi terjadi pelanggaran syariat terkait dengan statusnya sebagai seorang wanita.
Baca juga: Wanita Bekerja di Luar Rumah
Seorang wanita semestinya tidak sering keluar rumah kecuali ada keperluan yang mendesak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman memerintah para istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ
“Dan hendaklah kalian tetap di rumah-rumah kalian. Janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah dahulu.” (al-Ahzab: 33)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ
“(Tetap berada di) rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka.” (HR. Ahmad no. 5471, Abu Dawud no. 567; Syaikh al-Albani menilai hadits ini sahih dalam Irwa`ul Ghalil no. 515)
Baca juga: Wanita Adalah Aurat
Di perkantoran sering terjadi ikhtilath yang sulit dihindari oleh seorang muslimah. Selain itu, di lingkungan perkantoran juga sulit bagi muslimah untuk berhijab syar’i dengan sempurna.
Melihat dari dua dampak ini, seorang muslimah patut mensyukuri nasibnya yang tidak bekerja di perkantoran. Hendaknya pula dia mencukupkan diri dengan pekerjaan atau usaha sederhana tetapi bisa terhindar dari maksiat. Dia tidak perlu minder. Dia justru hendaknya menampakkan hal itu sebagai sebuah keberuntungan.
Baca juga: Rumahmu Tetap Istanamu
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (al-Hujurat: 13)
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجًا
“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadanya jalan keluar.” (ath-Thalaq: 2)
Wallahu a’lam bish-shawab.