Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan, “Barang siapa mengingkari al-ba’ts (hari kebangkitan) berarti dia telah kafir.”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْۚ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبۡعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Bahkan, demi Rabbku, benar-benar kalian akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (at-Taghabun: 7) (Lihat al-Ushul ats-Tsalatsah)
Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami rahimahullah berkata, “Dia (orang yang mengingkari hari kebangkitan) telah kafir kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya.” (A’lamus Sunnah al-Mansyurah, hlm. 96)
Kita nyatakan kepada orang yang mengingkari hari kebangkitan tersebut bahwa
Bagaimana kalian mengingkarinya, sementara kalian justru menerima penukilan filosof dan pemikir yang menyimpang? Padahal penukilan mereka tidaklah sampai derajat penukilan berita adanya hari kebangkitan, tidak dalam cara penyampaiannya, tidak pula dalam kenyataan yang terjadi.
Hal ini terbukti dari beberapa sisi:
Dzat yang menciptakannya dari tidak ada tentu Mahakuasa untuk mengembalikannya sebagaimana menciptakan dia dari tidak ada. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَهُوَ ٱلَّذِي يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِۚ
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.” (ar-Rum: 27)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
كَمَا بَدَأۡنَآ أَوَّلَ خَلۡقٍ نُّعِيدُهُۥۚ وَعۡدًا عَلَيۡنَآۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ
“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (al-Anbiya: 104)
Dzat yang telah menciptakan keduanya tentu Mahakuasa untuk menciptakan manusia dan mengembalikan mereka (hidup) setelah mati.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
“Sesungguhnya, penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ghafir: 57)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَلَمۡ يَعۡيَ بِخَلۡقِهِنَّ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحۡـِۧيَ ٱلۡمَوۡتَىٰۚ بَلَىٰٓۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
“Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan tidak merasa payah dalam menciptakannya, Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang mati? Ya, (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (al-Ahqaf: 33)
Baca juga: Kehidupan Setelah Kematian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَوَ لَيۡسَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يَخۡلُقَ مِثۡلَهُمۚ بَلَىٰ وَهُوَ ٱلۡخَلَّٰقُ ٱلۡعَلِيمُ ٨١ إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيًۡٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٨٢
“Dan tidaklah Dzat yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (Yasin: 81—82)
Dzat yang telah menghidupkan tanah setelah matinya tentu Mahakuasa untuk menghidupkan manusia yang telah mati dan membangkitkannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلۡأَرۡضَ خَٰشِعَةً فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡۚ إِنَّ ٱلَّذِيٓ أَحۡيَاهَا لَمُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰٓۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang. Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Dzat yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Fushshilat: 39)
Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan kepada kita tentang kejadian-kejadian Dia pernah menghidupkan makhluk setelah matinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَوۡ كَٱلَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرۡيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحۡيِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعۡدَ مَوۡتِهَاۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِاْئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥۖ قَالَ كَمۡ لَبِثۡتَۖ قَالَ لَبِثۡتُ يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٍۖ قَالَ بَل لَّبِثۡتَ مِاْئَةَ عَامٍ فَٱنظُرۡ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمۡ يَتَسَنَّهۡۖ وَٱنظُرۡ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجۡعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِۖ وَٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡعِظَامِ كَيۡفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكۡسُوهَا لَحۡمًاۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعۡلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (dindingnya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”
Maka Allah mematikan orang tersebut seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah keledai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”
Tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, “Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (al-Baqarah: 259)
Kalaulah tidak ada hari kebangkitan, niscaya penciptaan manusia hanyalah sia-sia, tidak ada nilai dan hikmahnya. Tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan ternak dalam kehidupan ini.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثًا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ ١١٥ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡكَرِيمِ ١١٦
“Apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (sia-sia) dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada sembahan yang hak selain Dia, Rabb (yang mempunyai) Arsy yang mulia.” (al-Mu`minun: 115—116)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri mendapatkan balasan atas apa yang telah dilakukannya.” (Thaha: 15)
Baca juga: Kiamat Adalah Urusan Gaib
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأَقۡسَمُواْ بِٱللَّهِ جَهۡدَ أَيۡمَٰنِهِمۡ لَا يَبۡعَثُ ٱللَّهُ مَن يَمُوتُۚ بَلَىٰ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقًّا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٨ لِيُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِي يَخۡتَلِفُونَ فِيهِ وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰذِبِينَ ٣٩
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati.” (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkan mereka), suatu janji yang benar dari Allah. Akan tetapi, kebanyakan manusia tiada mengetahui. Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “Kun (jadilah),” maka jadilah ia. (an-Nahl: 38—40)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْۚ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبۡعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Bahkan, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (at-Taghabun: 7)
(Diringkas dari Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah)
Baca juga: Beriman Adanya Kebangkitan Setelah Kematian
Demikianlah sekelumit pembahasan tentang hari kebangkitan, yang merupakan salah satu urusan akidah yang harus diketahui dan diimani oleh seorang muslim.
Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi taufik kepada kita untuk selalu istiqamah dalam mencari al-haq dan mengamalkannya.
Walhamdulillah.