Asysyariah
Asysyariah

doa agar selamat dari mati mendadak

3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Doa Agar Selamat dari Mati Mendadak

Pertanyaan:

Saya mendapatkan kiriman pesan WA tentang doa agar selamat dari mati mendadak seperti ini. Apakah isinya benar?

DO’A SELAMAT DARI MATI MENDADAK

CUKUP DIBACA SEKALI SEUMUR HIDUP

MARI KITA BACA SEKARANG JUGA !

Do’a keselamatan dari kematian mendadak.

Di riwayat kan dari Rasululloh saw, bahwasanya Alloh swt berfirman:

Wahai (Kekasihku) Muhammad,tidak ada seorang pun dari Ummat Mu yang membaca do’a ini walaupun sekali dalam umur nya kecuali dengan kemulyaan dan keagungan Ku,

Aku akan menjamin untuk nya tujuh perkara :

1: Aku akan angkat kefakiran dari nya.

2: Aku akan amankan dia dari pertanyaan Mungkar dan Nakir.

3: Aku akan tuntun jalan nya di Shirat.

4: Aku akan menjaga nya dari kematian mendadak.

5: Aku akan haramkan neraka atasnya.

6: Aku akan menjaga nya dari himpitan kubur.

7: Aku akan melindungi nya dari kemurkaan raja yang jahat dan dzalim.

…. dst.

Jawaban:

Berikut ini tanggapan para ulama yang tergabung dalam al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta (Komite Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Arab Saudi terhadap doa tersebut.

Konteks doa tersebut telah dianalisa oleh tim lembaga fatwa. Kesimpulannya adalah sebagai berikut.

Bahasa doa yang disandarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tersebut adalah doa yang batil, tidak bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Hadits yang diriwayatkan tentang keutamaan doa tersebut adalah hadits yang batil dan palsu. Kami juga tidak menjumpai ada ulama hadits yang mengeluarkan (meriwayatkan) hadits dengan lafaz tersebut.

Tanda-tanda palsunya hadits tersebut sangat tampak berdasarkan fakta-fakta berikut ini.

  1. Doa tersebut menyelisihi dan bertentangan dengan akal sehat serta nukilan yang sahih dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Hal ini ditinjau dari sisi bahwa doa tersebut menjanjikan angka pahala yang sangat besar bagi yang membacanya.

  1. Dalam doa tersebut (pada sebagian penukilan) ada penyebutan lafaz “Ali waliyyullah”.

Tidak diragukan lagi bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu insya Allah termasuk wali Allah. Akan tetapi, penyebutan khusus (waliyyullah) hanya untuk beliau dan tidak untuk yang selainnya, menandakan ada padanya aroma ajaran Syiah Rafidhah.

  1. (Terkesan bahwa) konsekuensi dari mengamalkan doa tersebut, yang membacanya akan masuk surga walaupun dia melakukan dosa-dosa besar atau pembatal-pembatal keimanan.

Ini adalah kebatilan yang diingkari, baik oleh akal maupun oleh nilai-nilai syariat.

Oleh karena itu, setiap muslim wajib tidak ikut andil menyebarkannya. Justru semestinya seorang muslim ikut serta memusnahkan selebaran-selebaran tersebut dan turut menjelaskannya kepada masyarakat agar tidak tertipu dengan selebaran-selebaran tersebut dan yang semisal dengannya.

Seorang muslim harus bersikap selektif dalam urusan agamanya. Hendaknya pula dia bertanya kepada ahli ilmu (agama) terkait dengan persoalan agama yang tidak atau belum jelas baginya. Dengan demikian, dia bisa beribadah kepada Allah di atas cahaya ilmu dan pengetahuan (agama).

Baca juga: Amalan Tanpa Ilmu Laksana Fatamorgana

Jangan sampai dia menjadi korban para dajjal (pembohong) dan orang-orang berjiwa dingin yang ingin memalingkan kaum muslimin dari berbagai urusan yang lebih penting dalam hal agama dan dunia. Mereka ingin menjadikan kaum muslimin selalu bergantung pada sesuatu yang tidak jelas dan amalan-amalan bid’ah yang tidak ada kesahihannya.

Semoga Allah memberikan taufik-Nya. Shalawat dan salam semoga dianugerahkan kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Tertanda

Tim al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta

Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah Alu asy-Syaikh hafizhahullah; Anggota: Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullah; Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah; Syaikh Abdullah bin Ghudayyan rahimahullah

(Sumber: Fatawa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta (24/218) fatwa nomor 21084, melalui Maktabah Syamilah)

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)