(ditulis oleh: Al-Ustadz Abdul Jabbar)
Dengan sebab keimanan, seorang hamba akan mendapatkan kabar gembira di dunia berupa pujian yang baik, dicintai oleh orang-orang yang beriman, mimpi yang baik, dan diperbagus amalan serta akhlaknya. Demikian pula kabar gembira di akhirat berupa jannah (surga) yang penuh dengan kenikmatan dan aman dari azab yang pedih.
Allah l berfirman tentang orang-orang yang beriman,
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.” (Yunus: 64)
Orang yang beriman akan mendapatkan hidayah dan keberuntungan akan meraih semua cita-citanya dan selamat dari segala perkara yang dia takutkan, sebagaimana Allah l menyebutkan mereka di dalam surat al-Baqarah ayat 5,
“Mereka itulah yang tetap mendapatkan petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
Nasihat, peringatan, dan ayat-ayat Allah l akan berguna bagi orang-orang yang beriman.
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (adz-Dzariyat: 55)
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (al-Hijr: 77)
Sebab, keimanan akan membawa pemiliknya untuk berpegang mengikuti dan mengamalkan al-haq. Keimanan akan membawa pemiliknya untuk selalu bersyukur kala mendapatkan kegembiraan, bersabar kala ditimpa kesusahan, dan selalu mengusahakan kebaikan pada setiap waktunya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh sebuah hadits yang sahih dari Nabi n bahwasanya beliau n bersabda (yang artinya), “Sangat menakjubkan urusan seorang mukmin, karena sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika ia mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Jika ia tertimpa musibah ia bersabar, itu adalah kebaikan baginya. Yang demikian itu tidaklah dimiliki selain oleh seorang mukmin.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Yahya Suhaib Ibnu Sinan z)
(diringkas dari Risalah at-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman karya asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di t hlm. 52—56)