Pertanyaan:
Tadi di sekolah saya terpaksa berbohong. Ketika mengambil nilai, saya mengatakan nilai saya 83, padahal sepertinya nilai saya itu 60. Sebab, beberapa teman saya juga terlihat berbohong dan lainnya nilainya tinggi. Jadi, saya terpaksa berbohong. Saya mau bilang kepada guru, tetapi saya tidak berani dan takut ada rasa bagaimana begitu. Jadi, saya harus bagaimana? Apakah masih ada cara lain untuk menghapus dosa berbohong saya selain mengatakan kepada guru?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (at-Taubah: 119)
Baca juga: Kejujuran
Berbohong sama dengan berdusta yang merupakan perilaku yang tercela dan berdampak buruk. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
“Jauhilah perbuatan dusta. Sebab, dusta akan membawa pada kejahatan dan kejahatan akan membawa ke neraka. Sungguh, seseorang senantiasa berdusta dan membiasakan diri berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. al-Bukhari no. 6093 dan Muslim no. 2607 dari sahabat Ibnu Masud radhiallahu anhu)
Baca juga: Arti Sebuah Kejujuran
Di antara dampak yang dirasakan ketika seseorang berdusta adalah merasa tidak tenang dan gelisah. Sungguh, benar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ الكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkan apa yang membuatmu ragu menuju apa yang tidak membuatmu ragu. Sebab, kejujuran adalah ketenangan, sedangkan dusta menimbulkan kebimbangan.” (HR. at-Tirmidzi no. 2518 dari sahabat Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma)
Baca juga: Tinggalkanlah Segala Kebimbanganmu
Maka dari itu, seseorang yang merasa dirinya telah berbohong, hendaknya dia segera bertobat dan meminta ampun kepada Allah. Selain itu, dia juga segera meminta maaf kepada pihak yang dibohongi selagi masih ada kesempatan. Allah lebih berhak ditakuti oleh seseorang. Seseorang lebih pantas merasa malu kepada Allah daripada kepada manusia.
Perlu juga diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari kebohongan akan menghilangkan keberkahan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang jual beli,
فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Jika mereka berdua jujur dan terus terang, niscaya akan jual belinya diberkahi. Namun, jika mereka berdua menyembunyikan (aib barang dagangannya) dan berdusta dan, niscaya berkah jual belinya akan hilang.” (HR. al-Bukhari no. 2082 dan Muslim no. 1532 dari sahabat Hakim bin Hizam radhiallahu anhu)
Baca juga: Kejujuran dalam Jual Beli
Sedikit tetapi berkah, lebih mulia daripada banyak tetapi mendatangkan petaka.
Wallahu a’lam bish-shawab wa billahi at-taufiq.