An-Nur adalah salah satu nama Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّهَا
“Dan terang-benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya Rabbnya.” (az-Zumar: 69)
Nama Allah an-Nur terdapat pula dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ …
“Ya Allah, milik-Mu lah segala pujian. Engkaulah cahaya langit-langit dan bumi, dan milik-Mu lah segala pujian….” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Arti an-Nur adalah cahaya. Ia juga merupakan salah satu sifat Allah. Jadi, Allah subhanahu wa ta’ala memiliki nama an-Nur dan Dia juga memiliki nur (bercahaya).
“Di antara nama Allah adalah an-Nur, yang juga merupakan salah satu sifat-Nya. Dari Allah pula cahaya di langit dan di bumi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٍ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖا
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.” (an-Nur: 35)
“Allah menamai diri-Nya dengan Nur cahaya, menjadikan kitab-Nya sebagai cahaya, menyebut Rasul-Nya sebagai cahaya, dan menjadikan agama-Nya sebagai cahaya. Allah pun menutupi antara diri-Nya dan makhluk-Nya dengan cahaya. Dia subhanahu wa ta’ala juga menjadikan negeri tempat tinggal para wali-Nya sebagai cahaya yang gemerlap.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut di atas ditafsirkan bahwa Allah-lah yang membuat bercahaya langit-langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala yang memberikan hidayah kepada langit-langit dan bumi. Dengan cahaya itu pula penduduk langit dan bumi mendapat petunjuk. Ini merupakan perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala.
Ada cahaya yang merupakan salah satu sifat Allah. Dari sifat itulah kemudian diambil salah satu nama nama Allah, yaitu an-Nur—yang berarti cahaya—dan merupakan salah satu asmaul husna.
Contoh penisbahan yang pertama adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّهَا
‘Dan terang-benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya Rabbnya.’ (az-Zumar: 69)
Ayat ini menyebutkan tentang tersinarinya bumi pada hari kiamat dengan cahaya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Hal itu terjadi saat Allah subhanahu wa ta’ala datang untuk memberikan keputusan kepada umat manusia.’ (Ijtima’ Juyusy al-Islamiyah)
Adapun contoh penisbahan yang kedua adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٍ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖا
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.” (an-Nur: 35)
Dengan mengimani nama Allah an-Nur dan mengimani bahwa nur merupakan salah satu sifat Allah, yaitu bahwa Allah bercahaya, Allah pula yang memberikan cahaya kepada seluruh makhluk-Nya di langit dan bumi sehingga keduanya menjadi bercahaya karena Allah yang memberinya cahaya; kita selaku penduduk bumi mesti bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, dengan cahaya dari-Nya kita bisa menikmati kehidupan dunia ini.
Yang lebih penting daripada itu adalah cahaya berupa hidayah. Hidayah merupakan cahaya. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebut Al-Qur’an sebagai cahaya dan Nabi-Nya sebagai cahaya. Oleh karena itu, orang yang mendapat hidayah di dunia kelak akan mendapatkan cahaya di akhirat. Di akhirat, terang atau redupnya cahaya sesuai dengan kuat atau lemahnya hidayah di dunia.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi kita cahaya yang terang-benderang di dunia dan di akhirat. Amin.