Al-Mu’min الْمُؤْمِنُ adalah salah satu dari asmaul husna. Allah azza wa jalla menyebutkan nama ini dalam satu ayat dalam Al-Qur’an, yaitu firman-Nya,
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr: 23)
Dengan demikian, arti nama Allah al-Mu’min ialah mengamankan hamba-hamba-Nya yang beriman dari siksa-Nya sehingga mereka merasa aman darinya. Hal ini seperti dikatakan (dalam bahasa Arab),
آمَنَ فُلَانٌ فُلَاناً
“Fulan mengamankan Fulan.” Maksudnya, memberikan pengamanan kepadanya sehingga dia merasa tenteram dan merasa aman.
Demikian juga dikatakan bahwa Allah adalah al-Mu’min (Allah yang Maha Mengamankan), yakni memberikan pengamanan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Maka dari itu, tidak ada yang aman selain yang diberi pengamanan oleh-Nya.
Berdasarkan kata ini, al-Mu’min mempunyai dua pengertian:
Maksudnya, Allah azza wa jalla membenarkan/memercayai keimanan mereka. Jadi, pembenaran Allah terhadap mereka adalah penerimaan kejujuran mereka dan keimanan mereka serta pemberian pahala atas hal itu.
Hal ini seperti ungkapan bahasa Arab,
صَدَقَ فُلَانٌ فِي قَوْلِهِ وَصَدَّقَ
“Fulan jujur dalam ucapannya dan membuktikan kejujurannya.”
Kalimat di atas diungkapkan apabila dia mengulang-ulang ucapannya dan menekankannya….
Jadi, berdasarkan pengertian kedua ini, Allah azza wa jalla membenarkan apa yang Dia janjikan kepada hamba-hamba-Nya dan membuktikannya.
Tiga makna al-Mu’min di atas boleh disandarkan kepada Allah azza wa jalla.
“Di antara sifat Allah adalah al-Mu’min, (dari kata al-iman, -red.). Asal makna iman adalah pembenaran. Jadi, seorang hamba yang mu’min ialah yang membenarkan dan membuktikan (keimanannya). Adapun (arti nama) Allah al-Mu’min ialah membenarkan apa yang Dia janjikan dan membuktikannya, atau Allah menerima keimanannya. Bisa jadi pula, al-Mu’min diambil dari kata al-aman, yakni tidak ada yang aman selain yang diamankan oleh Allah.”
“Al-Mu’min adalah salah satu nama Allah azza wa jalla, Dzat yang mengesakan diri-Nya dengan firman-Nya,
وَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌۖ
“Dan Ilah kalian adalah Ilah Yang Esa.” (al-Baqarah: 163)
dan firman-Nya,
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
“Allah bersaksi bahwa tiada Ilah yang benar selain Dia.” (Ali Imran: 18)
Dikatakan pula bahwa makna al-Mu’min ialah yang memberi keamanan kepada para wali-Nya dari siksa-Nya.
Ada pula yang mengatakan bahwa arti al-Mu’min dalam sifat Allah ialah Dzat yang makhluk merasa aman dari kezaliman-Nya.
Dikatakan pula bahwa maknanya ialah yang membuktikan janji-Nya kepada para hamba-Nya.
Semua hal di atas termasuk sifat-sifat Allah azza wa jalla. Sebab, Allah azza wa jalla telah membenarkan dengan firman-Nya dakwah tauhid yang diserukan oleh hamba-hamba-Nya, seolah-olah Dia mengamankan makhluk dari kezaliman-Nya. Demikian pula apa yang Allah azza wa jalla janjikan, berupa kebangkitan, surga bagi yang beriman kepada-Nya, serta ancaman neraka bagi yang kafir terhadap-Nya, maka Allah azza wa jalla pasti akan membuktikannya. Tiada serikat bagi Allah azza wa jalla. (dikutip dari kitab Shifatullah al-Waridah fil Kitab was Sunnah)
Di antara nama Allah adalah al-Mu’min. Arti nama itu, menurut salah satu dari dua penafsirannya, bermakna Yang Membenarkan. Dia mendukung kebenaran orang-orang yang jujur dengan bukti-bukti yang Dia tegakkan guna mendukung kejujuran mereka. Allah azza wa jalla pula yang mendukung kebenaran para rasul dan nabi-Nya dalam hal apa yang mereka sampaikan dari-Nya. Dia azza wa jalla pun bersaksi bahwa mereka adalah orang-orang yang jujur.(Allah azza wa jalla membuktikannya) dengan berbagai mukjizat yang menunjukkan kejujuran mereka, baik dengan takdir Nya maupun dengan ciptaan-Nya.
Sebab, sesungguhnya Allah azza wa jalla mengabarkan—dan kabar-Nya adalah benar, ucapan-Nya pun benar—bahwa manusia mesti melihat tanda-tanda al-ufuqiyah (kauniyah) dan an-nafsiyah (yang ada pada jiwa manusia). Tanda-tanda itu menerangkan kepada mereka bahwa wahyu yang disampaikan oleh para rasul mereka adalah benar. Allah azza wa jalla berfirman,
سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa ia adalah benar.” (Fushshilat: 53)
Maksudnya, kebenaran Al-Qur’an. Sebab, Al-Qur’an lah yang disebutkan terlebih dahulu dalam firmannya,
قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كَانَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ ثُمَّ كَفَرۡتُم بِهِۦ
Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika (Al-Qur’an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya?” (Fushshilat: 52)
Baca juga: Antara Al-Qur’an, Taurat, dan Injil
Lantas Allah berfirman,
أَوَ لَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ شَهِيدٌ
“Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Rabbmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat: 53)
Maka dari itu, Allah azza wa jalla bersaksi untuk rasul-Nya dengan firman-Nya bahwa yang dibawa oleh rasul adalah benar. Allah azza wa jalla menjanjikan pula bahwa Dia akan memperlihatkan kepada manusia sebagian ayat-ayat-Nya, baik yang fi’liyah maupun khalqiyah, yang mendukung hal tersebut…. (Madarijus Salikin, 3/466)
Berdasarkan makna yang pertama bahwa Allah yang memberikan keamanan, mengimani nama ini membuat seseorang tidak putus asa dari rahmat Allah. Ia sadar, begitu pemurahnya Allah dan begitu sayang-Nya terhadap hamba-Nya. Jiwa pun menjadi tenteram saat dekat dengan-Nya. Ia yakin bahwa Allah akan melindunginya dari kedahsyatan azab-Nya, mengamankan dirinya darinya, dan menenteramkannya. Semua itu dengan mudah didapatkan oleh seorang hamba dari-Nya, hanya dengan beriman secara benar dia akan memperoleh pengamanan itu.
Berdasarkan makna yang kedua bahwa Allah membenarkan hamba-Nya:
Jadi, mengimani nama tersebut membuahkan suatu keyakinan bahwa Allah azza wa jalla tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya atau menelantarkan mereka. Allah azza wa jalla pasti membantu dan mendukung mereka serta memberikan bukti kebenaran mereka yang beriman.
Adapun menurut makna yang ketiga bahwa Allah akan membuktikan kebenaran janji-janji-Nya, mengimani hal ini akan memberi kita harapan yang besar kepada janji-janji Allah. Kita juga yakin bahwa Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Mahabenar Allah azza wa jalla atas apa yang Dia janjikan dan Mahapemurah Allah dengan karunia yang Dia berikan.
Hanya saja, harapan berbeda dengan angan-angan. Harapan harus disertai oleh usaha untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Kalau sekadar mengharap tanpa berbuat, itu hanyalah angan-angan.
Wallahu a’lam.