Al-Muhyi adalah salah satu nama Allah subhanahu wa ta’ala. Arti nama Allah al-Muhyi ialah Yang Maha Menghidupkan.
Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan nama ini dalam surah Fushilat ayat 39.
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلۡأَرۡضَ خَٰشِعَةً فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡۚ إِنَّ ٱلَّذِيٓ أَحۡيَاهَا لَمُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰٓۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus. Apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya, Rabb Yang Menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Qadir
Tentang al-Muhyi (Yang Maha Menghidupkan) dan al-Mumit (Yang Maha Mematikan), para ulama berbeda pendpat tentang kedudukannya sebagai nama dan sifat Allah. Sebagian ulama memasukkan keduanya sebagai asmaul husna. Di antara mereka ialah al-Qurthubi, Ibnul Arabi, dan az-Zajjaj. Adapun dari kalangan ulama masa kini ialah Syaikh Zaid al-Madkhali.
Al-Baihaqi mengatakan dalam kitab al-I’tiqad bahwa al-Muhyi adalah yang menghidupkan
Allah subhanahu wa ta’ala mematikan, maksudnya mematikan makhluk yang hidup. Dengan kematian itu, Dia melemahkan makhluk yang kuat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةٍ ضَعۡفًا وَشَيۡبَةًۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ
“Allah, Dia lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dia lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (ar-Rum: 54)
كَيۡفَ تَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمۡ أَمۡوَٰتًا فَأَحۡيَٰكُمۡۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡ ثُمَّ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah? Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu. Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (al-Baqarah: 28)
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَحۡيَاكُمۡ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَكَفُورٌ
“Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi). Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat.” (al-Hajj: 66)
Dengan mengimani bahwa Allah adalah Yang Maha Menghidupkan, kita mengetahui betapa besarnya kemampuan Allah. Dialah yang menghidupkan segala sesuatu. Dengan air, Dia jadikan segala sesuatu yang hidup. Firman Allah,
أَوَ لَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ كَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?” (al-Anbiya: 30)
Maksudnya, asal-usul segala sesuatu yang hidup adalah air. Demikian penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah.
Sebagai contoh, lihatlah bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menghidupkan sebuah padang yang tandus. Allah menurunkan hujan padanya, lantas tumbuhlah rerumputan dan pepohonan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعًا مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًاۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
“Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. Lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan. Kemudian Dia menjadikannya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada hal tersebut benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (az-Zumar: 21)
Baca juga: Kedudukan Akal dalam Islam
Lihatlah pula bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan semua yang melata di atas bumi dari air,
وَٱللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَآبَّةٍ مِّن مَّآءٍۖ فَمِنۡهُم مَّن يَمۡشِي عَلَىٰ بَطۡنِهِۦ وَمِنۡهُم مَّن يَمۡشِي عَلَىٰ رِجۡلَيۡنِ وَمِنۡهُم مَّن يَمۡشِي عَلَىٰٓ أَرۡبَعٍۚ يَخۡلُقُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air. Sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (an-Nur: 45)
Lihatlah bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia,
أَلَمۡ نَخۡلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ ٢٠ فَجَعَلۡنَٰهُ فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ ٢١ إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعۡلُومٍ ٢٢ فَقَدَرۡنَا فَنِعۡمَ ٱلۡقَٰدِرُونَ ٢٣
“Bukankah Kami menciptakanmu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan. Lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” (al-Mursalat: 20—23)
Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Khaliq
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٍ مِّنَ ٱلۡبَعۡثِ فَإِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضۡغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيۡرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمۡۚ وَنُقِرُّ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوٓاْ أَشُدَّكُمۡۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرۡذَلِ ٱلۡعُمُرِ لِكَيۡلَا يَعۡلَمَ مِنۢ بَعۡدِ عِلۡمٍ شَيًۡٔاۚ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَأَنۢبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٍ
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan. Di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Kamu lihat bumi ini kering. Kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai tumbuh-tumbuhan yang indah.” (al-Hajj: 5)
Pada ayat itu pula, Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan bagaimana Dia menghidupkan kembali orang yang telah mati. Tak lain, hal itu semacam Allah menciptakannya dari ketiadaan menjadi seorang sosok manusia. Oleh karena itu, untuk menghidupkannya kembali, amatlah mudah bagi Allah subhanahu wa ta’ala.
Baca juga: Kematian adalah Kepastian, Apa Yang Sudah Engkau Siapkan?
وَهُوَ ٱلَّذِي يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِۚ وَلَهُ ٱلۡمَثَلُ ٱلۡأَعۡلَىٰ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Bagi-Nya lah sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (ar-Rum: 27)
Hal itu juga sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menghidupkan padang yang tandus, menjadi subur dengan diturunkannya hujan padanya. Apabila segala kehidupan makhluk yang hidup adalah pemberian- Nya, maka Dialah yang Mahahidup dan tidak akan mati. Bertawakallah kepada-Nya.
وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡحَيِّ ٱلَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهِۦۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
“Dan bertawakallah kepada Allah Yang Mahahidup (Kekal) Yang Tidak Mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa para hamba-Nya.” (al-Furqan: 58)
Bersyukurlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang menghidupkan kita setelah kematian kita; hanya kepada-Nyalah kita kembali.
Wallahul Muwaffiq.