Salah satu Asmaul Husna (nama Allah yang terbaik) adalah al-Khabir (الْخَبِيْرُ). Arti nama itu secara ringkas adalah Yang Maha Mengetahui.
Nama Allah tersebut terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Di antaranya,
عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِۚ وَهُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡخَبِيرُ
Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (al-An’am: 73)
فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِۦ قَالَتۡ مَنۡ أَنۢبَأَكَ هَٰذَاۖ قَالَ نَبَّأَنِيَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡخَبِيرُ
Maka, tatkala (Nabi) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah), (Hafshah) bertanya, “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (at-Tahrim: 3)
Baca juga: Mengenal Allah
Adapun dalil dari sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah hadits dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha dalam Shahih Muslim (no. 974),
قَالَتْ عَائِشَةُ: أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟! قُلْنَا: بَلَى.
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Tidakkah kalian mau kuberitahukan kepada kalian tentang diriku dan Rasulullah?”
Kami mengatakan, “Tentu.”
قَالَتْ: لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِيَ الَّتِى كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ
Aisyah radhiallahu anha bercerita, “Suatu malam, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di rumahku. Beliau berbalik lalu meletakkan pakaian bagian atasnya. Beliau juga melepaskan dua sandalnya lalu meletakkan keduanya di samping kedua kakinya. Kemudian beliau menggelar ujung sarungnya di atas kasurnya. Kemudian, beliau berbaring.
Baca juga: Jadikan Istirahatmu Bernilai di Sisi Allah
فَلَمْ يَلْبَثْ إِلاَّ رَيْثَمَا ظَنَّ أَنْ قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا وَفَتَحَ الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا
Tidaklah beliau tetap dalam keadaan tersebut kecuali selama mengira bahwa aku telah tertidur. Beliau lalu beliau mengambil pakaian bagian atasnya dengan pelan-pelan. Beliau juga memakai sandalnya dengan pelan-pelan, lalu membuka pintu dan keluar, lalu menutupnya juga dengan pelan-pelan.
فَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ، فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ
Aku pun memakai pakaianku di atas kepalaku dan aku berkerudung. Lalu, aku menutup mukaku dengan kain kemudian aku membuntuti di belakang beliau hingga beliau sampai di Pekuburan Baqi’. Beliau shallallahu alaihi wa sallam berhenti dan berdiri dalam waktu yang lama. Beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, lalu berbalik.
فَانْحَرَفْتُ فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ فَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلاَّ أَنِ اضْطَجَعْتُ فَدَخَلَ
Aku pun berbalik. Beliau berjalan cepat, sehingga aku pun berjalan cepat. Beliau kemudian berlari kecil, aku pun berlari kecil. Lalu, beliau berlari agak cepat, aku pun berlari agak cepat hingga aku mendahului beliau dan masuk (ke dalam rumah).
Tiada jeda selain aku membaringkan diri, kemudian Rasulullah masuk.
Baca juga: Di Balik Rumah Tangga Rasul (bagian 2)
فَقَالَ: مَا لَكِ يَا عَائِشُ حَشْيَا رَابِيَةً.
Beliau mengatakan, ‘Ada apa denganmu, wahai Aisyah? Napasmu terengah-engah.’
قَالَتْ: قُلْتُ: لاَ شَيْءَ.
Aku menjawab, ‘Tidak apa-apa.’
قَالَ: لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ.
Beliau mengatakan, ‘Kamu harus mengabarkan kepadaku atau akan mengabariku al-Lathif (Yang Mahalembut) lagi al-Khabir (Maha Mengetahui).’
قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي؛ فَأَخْبَرْتُهُ.
Aisyah mengatakan, ‘Kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah.’ Lalu aku menceritakannya.
قَالَ: فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي. قُلْتُ: نَعَمْ.
Beliau lalu mengatakan, ‘Jadi, engkau adalah bayangan hitam yang di depanku tadi?’
Aisyah menjawab, ‘Ya.’
فَلَهَدَنِي فِي صَدْرِي لَهْدَةً أَوْجَعَتْنِي ثُمَّ قَالَ: أَظَنَنْتِ أَنْ يَحِيفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟
Beliau lantas menekan dadaku dengan tekanan yang membuatku sakit. Kata beliau, ‘Apakah kamu kira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan mengkhianatimu?’
قَالَتْ: مَهْمَا يَكْتُمِ النَّاسُ يَعْلَمْهُ اللهُ، نَعَمْ.
Aisyah mengatakan, ‘Bagaimanapun manusia menyembunyikan, Allah mengetahuinya. Ya.’
قَالَ: فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي
Nabi mengatakan, ‘Sesungguhnya, Jibril datang kepadaku ketika kamu melihat, lalu dia memanggilku dan menyembunyikannya darimu. Aku menjawab panggilannya dan aku sembunyikannya darimu. Tidak mungkin baginya untuk masuk sementara engkau telah menanggalkan pakaianmu. Aku kira engkau telah tertidur, maka aku tidak suka untuk membangunkanmu. Aku khawatir kamu takut (kaget).
Baca juga: Bahaya yang Mengancam Keharmonisan Rumah Tangga
فَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ.
Jibril lalu mengatakan, ‘Sesungguhnya Rabbmu menyuruhmu agar datang ke penghuni kuburan Baqi’ untuk kamu memintakan ampun untuk mereka.’
قَالَتْ: قُلْتُ: كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ، يَا رَسُولَ اللهِ؟
Aisyah mengatakan, ‘Apa yang aku katakan untuk mereka, wahai Rasulullah?’
قَالَ: قُولِي: السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُونَ.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, ‘Katakanlah, ‘Kesejahteraan untuk penghuni tempat tinggal ini, dari kalangan mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian’.”
Ibnu Manzhur mengatakan, “(Arti al-Khabir adalah) Yang Maha Mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang.”
Al-Khaththabi mengatakan, “Yang Maha Mengetahui seluk beluk hakikat sesuatu.”
Abu Hilal al-Askari mengatakan dalam kitabnya, al-Furuq al-Lughawiyyah,
“Perbedaan antara al-‘ilmu (yang diambil darinya nama al-Alim) dan al-khubru (yang diambil darinya nama al-Khabir); al-khubru artinya mengetahui seluk beluk sesuatu yang diketahui sesuai dengan hakikatnya. Jadi, kata al-khubru memiliki makna yang lebih daripada kata al-‘ilmu.” (Dinukil dari kitab Shifatullah karya ‘Alawi as-Saqqaf)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Arti kata al-khubrah (yang darinya diambil nama al-Khabir) adalah mengetahui dalamnya sesuatu. Tidak diragukan bahwa ilmu terhadap bagian luar dari sesuatu merupakan sifat kesempurnaan dan terpuji. Akan tetapi, mengetahui bagian dalamnya tentu lebih sempurna. Karena itu, al-Alim artinya Maha Berilmu terhadap apa yang tampak dari sesuatu. Adapun al-Khabir ialah Maha Berilmu terhadap apa yang tidak tampak dari sesuatu.
Apabila terkumpul antara ilmu dan khubrah, ini lebih mendalam lagi dalam hal meliputi sesuatu. Terkadang dikatakan bahwa khubrah punya makna yang lebih daripada ilmu. Sebab, kata khabir dipahami oleh orang-orang adalah seseorang yang mengetahui sesuatu dan mahir padanya. Berbeda halnya dengan seseorang yang hanya memiliki ilmu tetapi tidak punya kemahiran pada apa yang dia ilmui, dia tidak disebut khabir.
Berdasarkan hal ini, al-Khabir memiliki makna yang lebih dari sekadar ilmu.” (Tafsir Surah al-Hujurat)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Al-Khabir al-Alim adalah yang ilmu-Nya meliputi segala yang lahir dan yang batin, yang tersembunyi dan yang tampak, yang mesti terjadi, yang tidak mungkin terjadi, dan yang mungkin terjadi, di alam yang atas dan yang bawah, yang terdahulu, yang sekarang, dan yang akan datang. Tidak tersembunyi padanya sesuatu pun.”
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Dengan mengimani nama Allah ini, seseorang akan bertambah rasa takutnya kepada Allah, baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan. (Syarah al-‘Aqidah al-Wasithiyah)
Wallahu a’lam.