Pada artikel sebelumnya, telah dibahas tentang doa dan zikir yang memiliki keutamaan memberikan perlindungan kepada kita dari berbagai penyakit dan kemudaratan. Demikian pula telah dijelaskan doa yang dibaca ketika kita tertimpa kesempitan, permasalahan yang pelik, kesedihan, dan gundah gulana. Silakan dibaca kembali artikel sebelumnya dalam tautan berikut:
Bagian 5: Memperbanyak Doa Meminta Perlindungan dari Segala Penyakit
Bagian 6: Wirid Rutin Harian Sebagai Perlindungan dari Penyakit
Bagian 7: Doa-Doa Ketika Tertimpa Kesempitan dan Kesedihan
Pada artikel kali ini, akan dibahas tentang amalan-amalan yang memiliki keutamaan untuk mencegah penyakit dan berbagai kemudaratan. Di antara amalan tersebut adalah:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
غَطُّوا الْإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لاَ يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إلَّا نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ. وَفِي رِوَايَةٍ : فَإِنَّ فِي السَّنَةِ يَوْمًا يَنْزِلُ فِيهِ وَبَاءٌ
“Tutuplah bejana-bejana dan ikatlah (tutuplah) tempat-tempat air minum. Sebab, setiap satu tahun sekali ada satu malam yang wabah penyakit turun padanya. Tidaklah wabah penyakit tersebut melewati bejana atau tempat air yang tidak ditutup, kecuali akan masuk ke dalamnya.” Dalam riwayat yang lain, “Sebab, setiap satu tahun sekali ada satu hari yang wabah penyakit turun padanya.” (HR. Muslim no. 2014, dari sahabat Jabir bin Abdillah)
Pada hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membimbing umatnya untuk menutup tempat-tempat makanan dan mengikat (menutup) wadah-wadah air minum.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan sebabnya, yaitu bahwa setiap satu tahun sekali ada satu malam atau satu hari yang wabah penyakit turun padanya. Tidaklah wabah penyakit tersebut melewati bejana atau tempat air yang tidak ditutup, kecuali akan masuk ke dalamnya.
غَطُّوا الْإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، وَأَغْلِقُوا الْبَابَ، وَأَطْفِئُوا السِّرَاجَ، فَإِنَّ الشَّيْطاَنَ لاَ يَحُلُّ سِقَاءً، وَلاَ يَفْتَحُ بَابًا، وَلاَ يَكْشِفُ إِنَاءً، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إلَّا أنْ يَعْرُضَ عَلَى إِنَائِهِ عُودًا، وَيَذْكُرَ اسْمَ اللهِ، فَلْيَفْعَلْ، فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ تُضْرِمُ عَلَى أَهْلِ الْبَيْتِ بَيْتَهُمْ.
وَفِي رِوَايَةٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ: وَأَكْفِئُوا الْإِنَاءَ، أَوْ خَمِّرُوا الْإِنَاءَ
“Tutuplah bejana-bejana dan ikatlah (tutuplah) tempat-tempat air minum, tutuplah pintu-pintu, dan matikanlah api penerangan. Sebab, setan tidak mampu membuka ikatan (penutup) tempat minum, pintu, dan penutup bejana. Jika kalian sama sekali tidak mendapatkan suatu apapun untuk dijadikan sebagai penutup, kecuali dengan sekadar membentangkan sebatang kayu di atas bejana tersebut dan menyebut nama Allah, maka lakukanlah. Sungguh, tikus dapat membakar pemilik rumah dengan menyulut rumahnya (akibat api penerangan yang tidak dimatikan).” (HR. Muslim no. 2012, dari sahabat Jabir bin Abdillah)
Pada hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membimbing umatnya untuk menutup tempat-tempat makanan dan mengikat (menutup) wadah-wadah air minum.
Bahkan, apabila kita tidak mendapatkan sesuatu pun untuk dijadikan sebagai penutup, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membimbingkan untuk tetap menutupnya walau hanya sekadar membentangkan batang kayu di atas bejana tersebut, dengan menyebut nama Allah (dengan mengucapkan: bismillah).
Dalam hadits lain disebutkan bahwa ketika kita menutup wadah-wadah makanan, mengikat (menutup) wadah-wadah minum, menutup pintu-pintu, dan mematikan api; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membimbing untuk menyebut nama Allah (mengucapkan bismillah). Beliau bersabda,
وَأَغْلِقْ بَابَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَطْفِئْ مِصْبَاحَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَوْكِ سِقَاءَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرْ إِنَاءَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَلَوْ تَعْرُضُ عَلَيْهِ شَيْئًا
“Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah. Matikanlah api penerangan dan sebutlah nama Allah. Ikatlah (tutuplah) wadah air minum dan sebutlah nama Allah. Tutuplah bejana dan sebutlah nama Allah. (Apabila engkau tidak mendapati sesuatu untuk menutup,) tutuplah walaupun hanya dengan membentangkan sesuatu di atasnya.” (HR. al- Bukhari no. 3280 dari Jabir bin Abdillah)
Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.
Apabila kita menutup pintu dan menyebut nama Allah (mengucapkan “bismillah”), setan tidak akan mampu membuka pintu tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
“Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah (mengucapkan ‘bismillah’). Sungguh, setan tidak akan mampu membuka pintu yang ditutup.” (HR. al-Bukhari no. 3304, dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ
“Apabila seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca,
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
BISMILLAAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAHI LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH
“Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada-Nya dan tidak ada daya upaya serta kekuatan, kecuali hanya dengan pertolongan-Nya.”
(Barang siapa yang membaca doa ini ketika keluar rumah) dikatakan kepadanya,
هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ
“{Kamu telah diberi petunjuk , diberi kecukupan (atas urusan-urusanmu), dan dijaga (dari segala keburukan).” (Hal ini) membuat setan menjauhinya. Bahkan, setan akan berkata kepada setan yang lain, “Bagaimana mungkin kamu bisa menggoda orang yang telah diberi petunjuk, diberi kecukupan, dan dijaga?” (HR. Abu Dawud no. 5095, dari sahabat Anas bin Malik. Hadits ini dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud no. 5095)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْأَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
ALLAAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA AN ADHILLA AU UDHOLLA AU AZILLA AU UZALLA AU UZHLIMA AU UZHLAMA AU AJHALA AU YUJHALA ALAYYA
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari terjatuh dalam kesesatan atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, bodoh atau dibodohi.” (HR. Abu Dawud dari Ummu Salamah, dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani; lihat Shahih Abi Dawud dan Misykah al-Mashabih 2/783)
Makna أّنْ أَضِلَّ ialah menyimpang dari al-haq (kebenaran), berasal dari kata الضَّلَالُ yang bermakna lawan dari petunjuk dan hidayah. Makna أَوْ أُضِلَّ ialah ‘aku disesatkan oleh orang lain atau aku menyesatkan orang lain’. (Lihat ‘Aunul Ma’bud, 14/296 no. 5083)
Baca pula: Doa Ketika Keluar Rumah
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A’UUDZU BI KALIMAATILLAAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHALAQ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah (kalamullah) Yang Sempurna, dari kejahatan makhluk yang telah Dia ciptakan.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ
Barang siapa singgah di suatu tempat, kemudian dia mengucapkan:
أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ
A’UUDZU BI KALIMAATILLAAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHALAQ
لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ، حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ.
“Niscaya tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakannya hingga ia meninggalkan tempat persinggahan tersebut.” (HR. Muslim no. 2708, dari sahabiyah Khaulah bintu Hakim radhiyallahu anha)
Ketika menjelaskan hadits di atas, Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah membawakan kisah Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr al-Anshari al-Qurthubi.
Imam al-Qurthubi mengatakan, “Hadits ini adalah berita yang benar dan pernyataan yang jujur. Kami membuktikan kebenaran dan faktanya, baik secara dalil maupun pengalaman. Sungguh, sejak aku mendengar hadits ini, aku senantiasa mengamalkannya. (Dengan sebab doa ini) aku belum pernah tertimpa mudarat apa pun hingga suatu ketika aku lupa tidak membaca doa ini. Pada malam harinya, aku pun disengat kalajengking ketika singgah di suatu kota yang bernama Mahdiyyah[1]. Ketika aku merenung dan introspeksi diri, akhirnya aku sadar bahwa aku telah lupa membaca permohonan perlindungan dengan doa tersebut.” (Lihat Taisir al-‘Aziz al-Hamid fi Syarh Kitab at-Tauhid hlm. 175)
Apabila Anda bepergian menuju suatu daerah kemudian Anda singgah di suatu tempat, jangan lupa membaca doa ini. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjaga dan melindungi dirimu dari berbagai kemudaratan, termasuk dari penularan penyakit yang berbahaya.
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ البَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barang siapa membaca dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah di malam hari, (kedua ayat tersebut) akan mencukupinya.” (HR. al-Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)
Ketika menjelaskan makna كَفَتَاهُ “mencukupinya”, Imam asy-Syaukani menyimpulkan bahwa seolah-olah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memaksudkan ‘mencukupinya dalam hal perlindungan dari setiap keburukan atau membentenginya dari apa yang dia khawatirkan’. Dan karunia Allah amatlah luas. (Tuhfah adz-Dzakirin hlm. 99)
Demikian beberapa amalan yang apabila kita lakukan dengan ikhlas dan diniatkan melaksanakan sunnah (ajaran) Nabi shallallahu alaihi wa sallam, memiliki keutamaan-keutamaan tertentu. Secara khusus, sebagian amalan di atas bisa menjadi ikhtiar mencegah wabah penyakit. Demikian pula secara umum sebagian amalan yang lain adalah sebab mendapatkan perlindungan dari segala mudarat, termasuk penyakit dan wabah.
Tidak berarti amalan-amalan tersebut hanya dilakukan pada masa wabah penyakit, tetapi sebenarnya juga disyariatkan pada selain masa-masa wabah. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan kita taufik untuk mengamalkan bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam setiap sendi kehidupan kita.
[1] Sebuah kota yang terletak di sebelah timur daerah Qairawan. Saat ini kota Mahdiyyah masuk wilayah Tunisia.