Al-Imam Abu Utsman Ismail bin Abdur Rahman ash-Shabuni rahimahullah mengatakan,
“Mereka (ashabul hadits) meyakini dan mempersaksikan bahwa seseorang tidaklah mesti masuk surga meski amalnya bagus, (ibadahnya paling ikhlas, ketaatannya paling murni), jalan hidupnya diridhai, kecuali karena Allah subhanahau wa ta’ala memberi kemuliaan kepadanya dengan anugerah dan keutamaan-Nya sehingga memasukkan dirinya ke dalam surga.
Sebab, amal kebaikan yang dia kerjakan tidaklah mudah dia kerjakan kecuali dengan kemudahan yang diberikan oleh Allah yang Mahamulia nama-Nya. Jika Allah tidak memudahkan, tentu dia tidak bisa dengan mudah mengamalkannya. Jika Allah tidak memberi hidayah untuk mengerjakannya, tentu dia tidak diberi taufik untuk mengamalkannya hanya berbekal dengan semata-mata kesungguhan dan semangatnya.
Allah ázza wa jalla berfirman,
“Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nur: 21)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang (ucapan) penghuni surga,
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (al-A’raf: 43)
(‘Aqidatus Salaf Ash-habil Hadits, hlm. 108, poin ke-145)